Minggu keempat Adven menjadi minggu terakhir bagi umat Kristiani mempersiapkan Natal. Pada minggu Adven IV renungan minggu ini mempelajari tokoh iman, yaitu Maria.
Dilansir dari laman Paroki Paulus Depok bacaan minggu Adven IV diambil dari Lukas pasal 1 ayat 26-38. Dalam bacaan tersebut menceritakan tentang pemberitahuan tentang kelahiran Yesus.
Berikut ini bacaan dan renungan pada minggu keempat Adven beserta bacaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Renungan Minggu Adven IV dan Bacaannya
Bacaan Minggu Adven IV
Lukas 1:26-38
- Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
- kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
- Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
- Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
- Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
- Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
- Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
- dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
- Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
- Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
- Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
- Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
- Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Renungan Minggu Adven IV
Injil hari ini ditutup dengan kalimat yang sangat bagus, yang menggambarkan suasana hati Maria: 'Lalu malaikat pergi meninggalkan dia". Maria ditinggalkan sendirian sejak itu Maria harus mencari sendirian tidak ada lagi penjelasan-penjelasan khusus yang dapat diperoleh dari yang lain.
Dalam suasana batin yang demikian dapat menerangkan ngapa ia pergi mengunjungi Elisabeth. Maria, setelah menerima kedatangan Malaikat Gabriel bergegas mengunjungi Elisabet saudaranya (Luk 1:39).
Jarak yang ditempuh paling sedikit 150 km di daerah perbukitan. Bisa dibayangkan, seorang gadis harus naik-turn perbukitan menempuh jarak sejauh itu, seorang diri lagi! Tentu, ada semangat yang luar biasa dalam diri Maria. Dari manakah datangnya semangat itu?
Tentu saja dari kunjungan Malaikat Gabriel yang membawa kabar gembira baginya. Baru saja, ia menerima kasih karunia Allah (Luk 1:28). Berkat kuasa Allah dan karunia Roh Kudus yang turun atasnya, ia dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Anak Allah Yang Mahatinggi (Luk 1:30-35).
Mungkin, ia tidak sepenuhnya memahami kehendak Allah atas dirinya itu. Namun, keterbukaan dan kepasrahannya untuk melaksanakan kehendak Allah menjadikan ia mempunyai semangat baru.
Apa yang dipahami oleh Bunda Maria adalah bahwa dirinya dicintai oleh Allah. Dengan salam yang diterimanya dari malaikat Gabriel, dia percaya dirinya dipilih karena dicintai. Dan karena dicintai maka Tuhan menyertai.
la telah menerima warta gembira, maka dengan penuh semangat hendak berbagi kegembiraan kepada Elisabet, saudaranya. Dari sini, kita belajar bahwa warta gembira, berkat dan kasih karunia yang kita terima, tidak untuk kita simpan bagi diri kita sendiri tetapi untuk kita bagikan kepada sesama. Maka, marilah kita saling berbagi berkat, kasih karunia dan sukacita.
Untuk berbagi berkat, kasih karunia dan sukacita, Bunda Maria harus mau berlelah-lelah, mengorbankan waktu dan tenaga, juga siap menghadapi resiko di perjalanan. Jarak 150 km kemungkinan hanya ditempuh dengan jalan kaki.
Kalau kecepatan rata-rata 5 km/jam, paling tidak memakan waktu 30 jam (sehari semalam lebih). Pasti melelahkan dan berisiko, apalagi pada malam hari.
Namun, ia berani menghadapi semua itu karena ia percaya penuh bahwa Tuhan selalu menyertainya (Luk 1:28). Maka, dalam berbagi berkat, kasih karunia dan sukacita, hendaknya kita juga berani berkorban, berani berjerih lelah, dan berani menghadapi resiko karena yakin bahwa Tuhan selalu menyertai kita.
Tuhan mencintai kita.
Demikian renungan dan bacaan minggu Adven IV. Semoga berkat Tuhan selalu menyertai!
Artikel ini ditulis oleh Elisabeth Meisya peserta magang bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(apu/dil)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM