Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, DIY, menyebut hingga bulan November ada ratusan kasus leptospirosis dan beberapa di antaranya meninggal dunia. Jumlah kasus tersebut melebihi jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD).
"Kalau penyakit menular tahun ini kita perlu mewaspadai leptospirosis yang disebabkan air kencing tikus. Karena trennya leptospirosis di Bantul malah justru lebih tinggi dari DBD," kata Kepala Dinkes Bantul, Agus Tri Widiyantara kepada wartawan di Bantul, Jumat (22/12/2023).
Secara rinci, Agus menjelaskan jika hingga bulan November tercatat ada 157 kasus leptospirosis. Sedangkan untuk kasus DBD tercatat mencapai 125 kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari 157 kasus leptospirosis itu sembilan di antaranya meninggal dunia. Kalau dibandingkan dengan tahun lalu juga naik, karena tahun lalu ada 137 kasus leptospirosis dan empat di antaranya meninggal dunia," ujarnya.
Untuk itu, tahun 2014 Dinkes menekankan pentingnya masyarakat yang bekerja di ladang atau tempat yang berpotensi menjadi sarang tikus agar mengenakan sepatu boots. Mengingat leptospirosis menular dari urin tikus.
"Artinya bagi masyarakat jika bekerja di tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan tikus jangan sampai punya luka terbuka khususnya di kaki. Karena nanti bisa jadi tempat masuknya kuman leptospirosis," ucapnya.
Selain itu, apabila masyarakat mengalami sakit kepala, mual, demam, diare, mata merah dan nyeri otot agar segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat. Pasalnya semua itu merupakan gejala yang mengarah pada leptospirosis.
"Kalau ada yang merasakan gejala ke arah leptospirosis kami minta segera ke puskesmas, rumah sakit atau klinik terdekat. Kenapa? Biar bisa segera tertangani," ucapnya.
(apu/ams)
Komentar Terbanyak
Sultan HB X soal Polemik Pemanfaatan Lahan Pantai Sanglen: Yang Ngijinke Sopo
UAD Bikin Rudal Merapi Antipesawat, Mampu Kunci Target dengan Cepat
Pakar UGM Sebut Pajak Toko Online Langkah Positif, tapi...