Puncak hujan meteor Alfa Monocerotid akan terjadi pada 21 November malam hingga 22 November 2023 pagi sebelum matahari terbit. Lantas, apa itu hujan meteor Alfa Monocerotid? Berikut penjelasannya.
Alfa Monocerotid adalah meteor yang titik munculnya berada di dekat bintang Alfa Monocerotid. Alfa Monocerotid berasal dari sisa debu komet C/1917 F1 (Mellish), yang mengorbit matahari dengan periode 143,5 tahun.
Bintang tersebut merupakan bintang raksasa dengan klasifikasi K0 III dan memiliki magnitudo semu 3,93. Jarak bintang Alfa Monocerotid sekitar 144 tahun cahaya dari Bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip American Meteor Society, Alfa Monocerotids adalah hujan meteor kelas III, yang sangat jarang terjadi setiap tahunnya. Sebagai informasi, ada empat kelas hujan meteor yang dikelompokkan oleh Robert Lunsford berdasarkan Zenith Hourly Rate (ZHR), yaitu:
- Kelas I: Hujan meteor tahunan yang terbesar di mana tingkat ZHR yakni bernilai 10 atau lebih.
- Kelas II: Hujan meteor tahunan berskala medium dengan tingkat ZHR biasanya bernilai 2 hingga 10.
- Kelas III: Hujan meteor yang jarang terjadi setiap tahun, tapi memiliki potensi hujan berskala besar jika terjadi.
- Kelas IV: Hujan meteor yang paling jarang terjadi dengan skala sangat kecil yakni bernilai hampir tidak mencapai angka 2 dalam tingkat ZHR-nya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hujan meteor Alfa Monocerotid yang akan terjadi di 2023 juga berpotensi menghasilkan pertunjukan besar yang spektakuler. Adapun hujan meteor ini terakhir terjadi pada 1925, 1935, 1985, 1995, dan 2019.
Bagaimana Cara Mengamati Hujan Meteor Alfa Monocerotid?
Dikutip dari bosscha.itb.ac.id, puncak hujan meteor ini akan terjadi pada 21-22 November 2023. Adapun waktu terbaik untuk melihat hujan meteor Alfa Monocerotid adalah jam tiga dini hari tepat pada malam puncak terjadinya fenomena langit tersebut.
Untuk mengamatinya, Earth Sky menyarankan pengamat untuk mencari lokasi yang jauh dari kota, lampu jalan maupun lokasi-lokasi yang berpolusi cahaya. Lalu pengamat dapat mengarahkan pandangan ke langit sesegera mungkin setelah berada di wilayah tersebut.
Dalam waktu kurang dari 30 menit dalam kegelapan, mata pengamat akan beradaptasi dan hujan meteor Alfa Monocerotid akan terlihat dengan mata telanjang. Untuk memastikan arah datangnya hujan meteor, pengamat dapat menggunakan aplikasi peta bintang.
Selain itu, dapat pula mengamati hujan meteor Alfa Monocerotid di rumah melalui teleskop virtual yang tersedia secara daring melalui situs-situs tertentu. Teleskop virtual tersebut biasanya menyiarkan secara langsung hujan meteor via live streaming.
Mengapa bisa terjadi hujan meteor?
Proses terjadinya fenomena hujan meteor bermula adanya sebuah batuan di luar angkasa yang berpapasan dengan Bumi. Batuan tersebut merupakan serpihan komet yang telah hancur maupun batuan yang berbeda di luar angkasa.
Gaya gravitasi Bumi yang lebih besar menarik batuan tersebut, sehingga batuan itu bertemu dan bergesekan dengan atmosfer Bumi. Gesekan yang terjadi di atmosfer Bumi dengan batuan pun menyebabkan timbulnya tekanan pada batuan tersebut dan akan menimbulkan panas. Salah satu jenis lapisan atmosfer Bumi ini, yakni lapisan mesosfer.
Karena adanya panas yang ditimbulkan oleh batuan tersebut, mengakibatkan timbulnya api ataupun pembakaran pada batuan tersebut. Hal inilah yang dapat menimbulkan cahaya menyerupai bintang jatuh. Karena adanya meteor yang jatuh dan menyala ini, maka dinamakan hujan meteor.
Dinamakan hujan karena biasanya meteor yang berasal dari serpihan komet yang terbakar, hangus, dan jatuh ini berjumlah lebih dari satu. Sehingga lebih tepat jika disebut sebagai hujan meteor.
Dilansir dari SkyandTelescope, komet yang menjadi sumber Alfa Monocerotids belum diketahui. Namun, karakteristik orbitnya mengarah pada komet dengan periode yang panjang, sekitar 500 tahun. Nama dari hujan meteor ini diambil dari titik radian yang terletak di konstelasi Monoceros atau dikenal juga sebagai Unicorn.
Nah, itulah informasi mengenai hujan meteor Alfa Monocerotids yang puncaknya akan terjadi pada 21-22 November 2023. Selamat menyaksikan, Dab!
(cln/ahr)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas