Pada akhir tahun ini, langit akan dihiasi oleh hujan meteor Geminid. Hujan meteor ini terlihat paling jelas di wilayah rasi bintang Gemini. Oleh sebab itu, dinamakan sebagai hujan meteor Geminid.
Hujan meteor Geminid terjadi pada 11-20 Desember2024. Dikatakan dalam unggahan Instagram Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hujan meteor Geminid dapat dilihat sejak pukul 20.00 WIB hingga jelang fajar.
Jelang tengah malam, langit akan dipenuhi lebih dari 100 meteor yang meluncur dari arah rasi bintang Gemini. Fenomena ini berasal dari aliran kerikil serta debu antariksa yang ditinggalkan asteroid 3200 Phaeton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hujan meteor Geminid ini merupakan fenomena astronomi yang normal. Kerikil atau debu luar angkasa masuk ke atmosfer bumi dan menciptakancahaya yang indah.
Cara Menyaksikan Hujan Meteor Geminid
Hujan meteor Geminid dapat disaksikan dengan mata telanjang tanpa alat khusus. Kalian bisa menyaksikannya dari tempat yang jauh dari polusi cahaya.
Semakin gelap langit, maka hujan meteor bisa semakin jelas terlihat. "Manfaatkan setiap kesempatan untuk mengagumi ciptaan Tuhan YME. Salah satunya dengan adanya hujan meteor Geminid. Meski bulan Desember bukan waktu terbaik untuk mengamati langit malam karena mendung dan hujan, namun kesempatan selalu ada tanpa disangka," ujar peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Rhorom Priyatikanto.
Dari Mana Asalnya Hujan Meteor Geminid?
Hujan meteor Geminid akan mencapai puncaknya pada malam antara 13-14 Desember 2024. Hujan meteor ini dianggap sebagai salah satu hujan meteor tahunan terbaik.
Puing-puing yang menyebabkan Geminid berasal dari asteroid yang dikenal sebagai 3200 Phaethon. Setelah para astronom menemukan Phaethon pada 1983, mereka menyadari bahwa orbit asteroid tersebut cocok dengan orbit meteor Geminid.
Dikatakan dalam situs NASA, hal ini menunjukkan Phaethon adalah sumber hujan meteor tahunan tersebut. Meskipun sebagian besar hujan meteor berasal dari komet, Phaethon diklasifikasikan sebagai asteroid dekat Bumi dan bukan komet.
Kadang-kadang klasifikasi ini ditentang, karena orbit Phaethon mirip dengan orbit komet. Ditambah lagi, wahana antariksa STEREO milik NASA pada 2009 dan 2012 mendeteksi ekor yang samar dan cahaya yang cepat di sekitar asteroid yang paling dekat dengan Matahari.
Akibatnya, beberapa astronom menyebut Phaethon sebagai komet batu, meskipun istilah asteroid aktif mungkin lebih tepat, karena objek serupa telah ditemukan di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter.
(nah/pal)