Virus Japanese Encephalitis belakangan sedang ramai di Kulon Progo. Sebab, penyakit ini sudah menginfeksi 5 anak dengan satu di antaranya meninggal dunia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo, Rina Nuryati berkata virus penyebab radang otak (ensefalitis) ini bersifat zoonosis. Atau, ditularkan dari hewan ke manusia.
Rina menerangkan, virus JE ini dibawa nyamuk jenis Culex yang telah terinfeksi dari binatang seperti sapi, ayam, dan jenis unggas lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi penularannya itu bukan manusia ke manusia, tapi lewat binatang, di mana paling banyak dari nyamuk Culex," jelasnya kepada awak media, Selasa (14/11/2023).
Hari ini, 15 November 2023, Rina mengatakan bahwa lima anak yang suspek virus JE, kini sudah dinyatakan negatif. Hasil ini berdasarkan pengujian oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jogja.
"Iya negatif semua. Yang kemarin belum ada hasil, tadi sdah keluar hasilnya yaitu negatif. Termasuk yang kemarin meninggal juga hasilnya negatif," ungkap Rina Nuryati saat dihubungi wartawan, Rabu (15/11/2023).
Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan, kasus terkonfirmasi virus JE di Indonesia sejak tahun 2014 hingga Juli 2023 tercatat sejumlah 145 kasus. CFR (Case Fatality Rate) dari penyakit ini mencapai 20-30%. Sementara itu, dari sejumlah penderita yang bertahan hidup, 30-50% akan mengalami lumpuh, kejang, perubahan perilaku, hingga cacat berat.
Untuk dapat menghindari dan mengantisipasinya, detikers perlu untuk memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang virus ini. Berikut informasi lengkap mulai dari pengenalan JE secara umum, gejala, pencegahan dan pengobatannya.
Tentang Virus Japanese Encephalitis
Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, virus ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1871. Saat itu, Japanese Encephalitis disebut 'summer encephalitis'. Hampir seluruh wilayah Asia menjadi wilayah penyebaran virus JE, seperti Jepang, Korea, India, Srilanka, Indonesia, hingga bagian utara Australia.
Japanese Encephalitis adalah penyakit radang otak yang disebabkan oleh virus JE. Virus ini bersumber dari binatang yang ditularkan melalui nyamuk culex yang terinfeksi. Beberapa binatang yang menjadi reservoar dari penyakit ini adalah babi, kuda, dan beberapa spesies burung.
Dikutip dari lamancdc.gov, nyamuk ini hanya memerlukan waktu 7-10 hari untuk berubah dari telur menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk culex betina akan memilih tempat-tempat berair seperti tong, kolam hias, genangan air, anak sungai, parit, hingga daerah rawa. Sekali bertelur, nyamuk culex betina dapat menghasilkan 100 hingga 300 butir telur.
Nyamuk ini lebih aktif pada malam hari di area persawahan dan irigasi. Kasus penyakit ini tercatat lebih sering terjadi saat musim hujan. Hal ini disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:
- Bertambahnya jumlah nyamuk culex selama musim hujan
- Tidak adanya antibodi spesifik JE yang didapat secara alamiah atau via imunisasi
- Tinggal di daerah endemik JE
- Perilaku kurang menjaga tubuh sehingga mudah tergigit nyamuk culex
Gejala Penyakit Japanese Encephalitis
Mengutip laman Centers for Disease Control and Prevention dan Kementerian Kesehatan, masa inkubasi dari penyakit ini adalah 5-15 hari. Gejala utamanya adalah demam, sakit kepala, muntah, perubahan status mental, gejala gastrointestinal, perubahan gradual gangguan bicara, hingga disfungsi motorik.
Pada anak, gejala biasanya berupa demam, iritabilitas, muntah, diare, dan kejang. Untuk penderita anak, 75% gejala yang muncul adalah kejang, sedangkan untuk penderita dewasa, gejala paling sering adalah sakit kepala dan gejala peningkatan tekanan intrakranial.
Cara Mencegah Infeksi Virus Japanese Encephalitis
Oleh karena penyebabnya adalah gigitan nyamuk culex, maka detikers harus menghindari gigitan tersebut. Terdapat beberapa cara untuk mengurangi risiko tergigit nyamuk culex, sebagai berikut:
- Gunakan obat nyamuk, seperti DEET, picaridin/icaridin, IR3535, Minyak Lemon Eucalyptus (OLE), dan Para Menthane Diol (PMD)
- Gunakan pakaian berlengan panjang
- Pasang tirai pada jendela dan pintu
- Tidur dalam posisi tertutupi kelambu
- Hidupkan AC jika tersedia
Selain berusaha menghindari gigitan nyamuk culex, berikut ini adalah cara meminimalisir penyebaran virus JE:
- Menjaga kebersihan lingkungan (mengganti air di bak mandi, membersihkan genangan air, membuang sampah)
- Penguatan surveilans
- Melakukan imunisasi JE
- Memberi vaksin pada babi, kuda, dan unggas
Pengobatan untuk Penderita Japanese Encephalitis
Hingga kini belum ada pengobatan khusus untuk langsung menangani pasien JE. Pengobatan yang ada bersifat simtomatik dengan istirahat, minum, dan mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas. Selain itu, rawat inap untuk pemantauan dan perawatan yang lebih intensif juga dapat dilakukan.
Nah, demikian informasi mengenai penyakit Japanese Encephalitis, mulai dari pengenalan JE secara umum, gejala, pencegahan hingga pengobatannya. Jaga kesehatan dan kebersihan ya, detikers!
(apl/ahr)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan