Pohon randu alas diduga berusia ratusan tahun di tempat permakaman Pedukuhan Kauman, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, habis terbakar. Menurut Dukuh Kauman, Murdiyanto, pohon itu dulunya tumbuh di dekat beteng (benteng).
Pohon randu alas itu ada sepasang, satu di sisi selatan, dan satu lagi di sisi utara. Karena ada sepasang, pohon itu kerap disebut pohon lanang (lelaki) dan pohon wedok (wanita).
Adapun yang terbakar ialah pohon di sisi utara. Pohon itu disebut sudah mati sejak 10 tahun lalu. Murdiyanto mengatakan pohon randu alas itu berhubungan dengan Kerajaan Mataram Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejarahnya itu dari zaman Mataram Islam. Jadi dulunya kan ada beteng di sekitar situ (kini jadi tempat permakaman Pedukuhan Kauman)," kata Murdiyanto saat ditemui detikJogja di kediamannya, Jumat (13/10/2023).
Jejak Situs Masjid Pleret
Untuk diketahui, di samping tempat permakaman itu terdapat situs masjid Pleret.
"Itu dulu kan situs masjid ada beteng ke selatan. Randu alas itu pas beteng, itu judule lanang karo wedok (judulnya lelaki dan wanita). Yang menanam siapa tidak tahu," ujar Murdiyanto.
"Kata Mbah Buyut saya yang umur 110 tahun, tahunya ukuran pohon randu alas itu sudah segitu," imbuhnya.
Menurut cerita versi lain, Murdiyanto mengatakan, sepasang pohon itu punya anak yakni pohon randu alas lain yang berada di Pedukuhan Karet, Pleret, Bantul.
"Ada cerita itu kan pohon lanang wedok (lelaki wanita), punya anak di Karet. Tapi itu cerita turun temurun, harus dibuktikan," ucapnya.
Kompleks Makam Ramai Didatangi Peziarah
Pria yang kerap disapa Ragil ini melanjutkan, tiap malam Jumat banyak peziarah ke makam Kauman. Bukan untuk mendatangi pohon itu, tapi berziarah ke makam Kanjeng Ratu Labuhan.
"Kalau malam Jumat di makam Kauman banyak orang, mereka ziarah ke makam leluhurnya sendiri. Di sana juga ada leluhur, ada makam Kanjeng Ratu Labuhan, banyak yang ziarah," ujarnya.
Ragil menambahkan dulu warga kerap memanfaatkan kapuk dari pohon randu itu. Namun, itu terhenti setelah salah satu pohon tersebut mati akibat sambaran petir.
"Sekitar 10 tahun lalu pohon yang terbakar malam tadi mati karena tersambar petir," ucapnya.
Oleh sebab itu, Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY memasang pagar besi di sekitar pohon tersebut. Tujuannya agar pohon tersebut tidak roboh akibat mengering.
"Karena pohon mati kena petir, Disbud pasang pagar besi itu sebelum COVID-19. Saat itu saya mohon dipotong, oleh Dinas tidak diperkenankan. Lalusaya tanya, ini milik dinas nggih (ya), dijawab iya. Lalu saya bilang kalau ada apa-apa saya komplain ke dinas," pungkasnya.
Disbud DIY: Sementara Dibiarkan Dulu
Juru pelihara (Jupel) Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut belum akan memindahkan puing-puing bekas terbakarnya pohon randu alas berusia ratusan tahun di Kauman, Pleret, Bantul. Tujuannya agar masyarakat mengetahui kronologi hilangnya pohon tersebut.
Jupel Disbud DIY Rahmat Fauzi mengatakan, puing bekas terbakarnya pohon randu alas itu untuk sementara belum dipindahkan. Pasalnya, pagi tadi api sempat muncul lagi dari pohon tersebut.
"Sementara kami sebagai pemelihara untuk membersihkan di sekitarnya saja. Untuk menampakkan bekas semalam kebakar, tadi pagi kan apinya masih ada," kata Rahmat kepada detikJogja, Jumat (13/10) malam.
Rahmat memastikan puing-puing itu tidak akan berpindah tempat.
"Itu tidak kita geser kemana-mana, karena kronologi kejadian itu, biar utuh ceritanya. Jadi sementara perintah seperti itu, dari Dinas tidak dibawa kemana-mana," ujarnya.
"Ya sementara kita abadikan di situ, kita amankan saja," imbuh Rahmat.
(dil/ams)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka