Warga mengeluh Alun-alun Selatan atau Alun-alun Kidul (Alkid), Kota Jogja, gersang dan tercium bau yang mengganggu. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) pun angkat bicara terkait masalah tersebut.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Beny Suharsono mengatakan kawasan Alkid merupakan salah satu kawasan yang akan ditata ulang menyusul telah ditetapkannya Sumbu Filosofi Jogja menjadi Warisan Budaya Dunia.
"Ini kan bagian-bagian dari segmen yang harus ditata ulang, terhadap semua segmen yang ada di sumbu filosofi," jelas Beny saat ditemui wartawan di Kompleks Kepatihan, Jumat (22/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak hanya gersang dan bau, sekarang ini kan Pemda sudah mengambil langkah konkret tentang penataan kota," lanjutnya.
Meski begitu, lanjut Beny, untuk menyelesaikan permasalahan ini memerlukan kerja sama antara Pemda DIY dan Pemkot Jogja. Pemkot Jogja, menurutnya, harus memahami jika memang pusat pemerintahan provinsi berada di kota Jogja.
"Makanya (pemerintah) kota itu harus meyakini, Ibu Kota provinsi itu di Kota," jelas mantan kepala Bappeda tersebut.
"Sampah, itu bukan hanya masalahnya kota, masalahnya provinsi juga, tetapi kan kita sudah berbagi, penanganan itu seperti ini, penanganan ini seperti ini," sambungnya.
![]() |
Benny pun akan mendatangi Pemkot Jogja untuk membahas penataan Alun-alun Selatan atau Alun-alun Kidul ini.
"Jadi kalau itu (bau dan gersang), yo ayo, makanya ini kami sendiri akan sowan ke kota ini ceritanya," tutur Beny.
Sementara itu, Pemkot Jogja menegaskan akan mengecek ke lokasi sore ini.
"Saya akan cek dulu ya, ini segera saya terjunkan tim untuk ngecek di Alun-alun Kidul," terang Penjabat (Pj) Wali Kota Jogja Singgih Raharjo saat dihubungi wartawan, Jumat (22/9).
Mengenai bau sampah yang dikeluhkan warga, Singgih mengklaim jika pihaknya terus memantau sampah di Alkid dan menurutnya sudah tidak ada lagi tumpukan sampah.
"Untuk yang sampah, itu saya pantau terus itu di sana clear, nggak ada lagi, beberapa waktu lalu aja yang ada," jelasnya.
"Saya cek lagi sore ini, segera, saya pastikan nanti kalau ada tumpukan ya kita bersihkan," imbuh Singgih.
Singgih menambahkan, lantaran Alkid masuk dalam kawasan Sumbu Filosofi Jogja yang telah menjadi warisan budaya dunia, kewenangan Pemkot Jogja hanya sebatas operasional saja.
"Kalau infrastruktur itu kan di (Pemda) DIY, kalau operasional di (Pemerintah) Kota, untuk kebersihannya dan sebagainya," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, salah seorang warga Jogja, Waris (61) mengeluhkan bau tak sedap saat sedang berolahraga di Alkid. Ia mengaku sudah sempat protes tentang sampah dan bau di Alkid ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jogja.
"Kemarin saya pernah protes ke kepala DLH langsung. Tapi tanggapannya itu karena sini komunitas, jadi sumbu filosofis yang dipasrahkan ke Dinas Pariwisata, dia kerja sama dengan kebudayaan. Nah penanganan sampah sama paguyuban bukan ditangani oleh DLH. Dampaknya kan sampahnya jarang diambil sampai bau," terang Waris saat ditemui detikJogja, Kamis (21/9).
"Saya kalau olahraga ambil agak siang itu biar sudah menguap (bau sampahnya)," sambungnya.
Waris juga mengeluhkan soal fasilitas olahraga yang sudah rusak. Dia juga menyoroti fasilitas umum di sekitar Alkid yang dia nilai kurang.
Tak hanya itu, dia juga menyoroti keberadaan pohon yang mengering di sudut barat Alkid. Menurutnya, pohon itu sudah lebih dari setahun dan rawan tumbang.
"Ini ada pohon sudah setahun lebih mulai pandemi itu nggak dipotong. Padahal biaya dari Danais itu besar, tapi kelihatannya belum menyentuh di pertanaman. Di sini itu ada aturan khusus kalau mau ganti pohon. Tidak seperti kita nanam njuk terus pohon dicabut. Katanya itu harus nanam dulu baru njuk pohon dicabut, diganti," ujarnya.
Hal senada disampaikan Yoyok (62) yang juga sering berolahraga di Alkid. Dia mengeluhkan kondisi Alun-alun Kidul yang gersang.
"Ini kebersihannya, lapangannya mbok dikasih air biar hijau. Ini kan fasilitas umum, tapi nggak pernah disiram sama pemerintah, Dinas LHK. Yang saya lihat ya hanya ada pot-potnya," ujar Yoyok.
Komentar Terbanyak
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Cerita Warga Jogja Korban TPPO di Kamboja, Dipaksa Tipu WNI Rp 300 Juta/Bulan
Jokowi Diadukan Rismon ke Polda DIY Terkait Dugaan Penyebaran Berita Bohong