Geomembran TPS Tamanmartani Sleman Sempat Robek gegara Truk Sampah

Geomembran TPS Tamanmartani Sleman Sempat Robek gegara Truk Sampah

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Selasa, 15 Agu 2023 16:45 WIB
Tempat penampungan sampah sementara (TPSS) di Padukuhan Kebon, Kaluhanan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Sleman mulai dibuka hari ini, Senin (7/8/2023).
Tempat penampungan sampah sementara (TPSS) Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Sleman,, Senin (7/8/2023). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Sleman -

Operasional TPS di Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Sleman, sempat terhenti sementara karena kerusakan geomembran. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memastikan kerusakan telah diperbaiki dan operasional TPS berjalan normal.

Kepala DLH Sleman Epiphana Kristiyanti mengatakan kerusakan terjadi karena manuver truk sampah. Namun, pihaknya segera memperbaiki geomembran yang sobek itu.

"Karena gini, digunakan truk untuk manuver, truk e mandek setir e diobah-obahke yo suwek no (truknya berhenti tapi setirnya digerakkan), gitu ceritanya. (Sekarang) Sudah diperbaiki," kata Epiphana saat dihubungi wartawan, Selasa (15/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikatakannya, kerusakan itu terjadi karena kurangnya pengalaman dalam mengelola tempat pembuangan sampah. Dia memastikan saat ini TPS Tamanmartani sudah bisa digunakan.

"Itu memang sobek karena kami ya tidak pengalaman ya wajar. Itu sudah diperbaiki, sekarang sudah dipakai untuk titip sampah," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Untuk mengatasi kejadian serupa, dinas kemudian melapisi geomembran dengan sampah dan tanah yang kemudian diratakan. Hal ini untuk mencegah robeknya geomembran saat truk bermanuver.

"Karena tidak hati-hati bisa sobek. Lalu kami kasih sampah diratakan, lalu kasih tanah, lalu ketika truk masuk lagi nggak langsung bersinggungan dengan geomembran tapi dengan tanah dan sampah yang kami ratakan itu," bebernya.

Di sisi lain, volume sampah yang masuk ke TPS Tamanmartani tak sampai 50 ton per hari. Epiphana menilai masyarakat sudah bisa memilah sampah.

"Ya saya kira, kami juga nekannya selain masyarakat sudah memilah yang masuk ke depo transfer itu tapi kami juga memilah juga. Jadi setelah dari itu kami memilah lagi ke depo, sehingga ya mungkin sampahnya sudah sedikit banyak berkurang ya," bebernya.

Meski begitu, dia melihat masyarakat Sleman masih banyak yang membakar sampah. Epiphana khawatir jika nantinya kebiasaan mencampur dan membakar sampah itu berdampak pada lingkungan.

"Saya tidak memperbolehkan sampah itu dibakar. Selama ini kalau kita tahu ada yang membakar kita tegur," pungkasnya.




(ams/ahr)

Hide Ads