Warga Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Bantul, mampu mengelola residu sampah menjadi liquid smoke menggunakan waste terminator. Hal itu membuat pengelolaan sampah di Caturharjo selesai di tingkat Kalurahan.
Lurah Caturharjo, Wasdiyanto menjelaskan, ide pengelolaan sampah secara mandiri muncul saat melihat banyaknya pemberitaan di media soal overload-nya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul. Apalagi, saat itu TPA Piyungan berpotensi tutup.
"Kita lihat pemberitaan kalau TPA Piyungan kerap overload dan suatu saat pasti tutup, ternyata terbukti saat ini tutup sementara," kata Wasdiyanto saat ditemui di tempat edukasi pengelolaan sampah Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Kamis (3/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, Wasdiyanto menganggarkan untuk sosialisasi pemilahan sampah di tingkat rumah tangga pada tahun 2022. Sosialisasi itu dilakukan Wasdiyanto secara masif dengan menggaet Dinas Lingkungan Hidup (DLH) hingga Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
"Dari situ kita berupaya mengurangi volume sampah dengan cara sosialisasi pilah sampah di tingkat rumah tangga," ujarnya.
![]() |
Seiring berjalannya waktu, upayanya membuahkan hasil dan warga mulai mau memilah sampah. Sebab, Pemerintah Kalurahan membuat rumah kumpul sampah (RKS) di masing-masing Pedukuhan.
Nantinya, badan usaha milik Kalurahan (BUMKal) mengambil dan membeli sampah non-organik di tiap RKS. Selanjutnya, sampah tersebut dipilah lagi untuk selanjutnya dijual ke pengepul.
"Yang laku jual dikumpulkan, nanti uangnya untuk RKS. BUMKal mendapatkan margin dari hasil penjualan ke pembeli rongsok," lanjut Wasdiyanto.
Dengan berjalannya program tersebut, Caturharjo mendapat wakaf tanah dari Muhammadiyah. Tanah yang dulu berdiri SMP Muhammadiyah ini disulap menjadi tempat pengelolaan sampah.
'Tempat pengelolaan ini sejak tahun 2022, dulunya ini ada SMP Muhammadiyah dan kosong 20 tahunan, lalu tanahnya diwakafkan Muhammadiyah. Pengelolaannya dari BUMKal kerja sama dengan UAD," katanya.
Sedangkan pengelolaan sampah di tempat edukasi pengelolaan sampah Caturharjo terbilang unik karena menggunakan alat bernama waste terminator. Alat tersebut merupakan bantuan dari paguyuban warga Bantul di perantauan (Warkaban).
"Sampah residu selesaikan di sini, melalui dua alat, satu waste terminator dari Warkaban dan satunya dari UAD," ucapnya.
Menurutnya, meski residu sampah dibakar tidak menimbulkan asap. Bahkan, asap pembakaran residu malah menjadi liquid smoke yang memiliki daya jual.
"Nah, melalui waste terminator ini sampah dibakar tapi tidak menimbulkan asap, bakarnya seminggu dua kali, sehingga asapnya kita ubah menjadi asap cair atau liquid smoke," ucapnya.
"Harga liquid smoke harganya mahal, karena bisa sebagai bahan baku penghilang bau. Satu liter liquid smoke bisa jutaan rupiah, tapi kan kita butuh banyak residu dan dalam satu hari baik residu dan sampah non-organik di BUMKal hanya satu ton," imbuh Wasdiyanto.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Komentar Terbanyak
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka