Cerita Tutur Bagaimana Kampung Made Surabaya Mendapatkan Namanya

Urban Legend

Cerita Tutur Bagaimana Kampung Made Surabaya Mendapatkan Namanya

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Kamis, 14 Sep 2023 15:33 WIB
mbah joyo babat alas kampung made
Patung macan di petilasan Mbah Joyo (Foto: Jemmi Purwodianto)
Surabaya -

Made adalah salah satu kelurahan paling barat di Surabaya. Kampung yang ada di Kecamatan Sambikerep ini berbatasan langsung dengan Gresik. Dari mana Kampung Made mendapatkan namanya?

Salah satu sesepuh Kampung Made, Seniman alias Mbah Man, mengatakan bahwa Kampung Made mendapatkan namanya dari Macan Gede yang disingkat menjadi Made. Macan adalah salah satu peliharaan Mbah Singo Joyo, sosok yang dipercaya babat alas Kampung Made. Selain macan, peliharaan Mbah Joyo yang lain adalah singa.

"Setelah bertapa selama bertahun-tahun bersama dengan singa, Mbah Joyo mendapati macannya yang sudah gede (besar) kembali pulang. Kemudian macan yang kembali itu menjadi nama Desa Made," ujar Seniman kepada detikJatim, Kamis (13/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena itu patung singa dan macan yang merupakan peliharaan Mbah Joyo bisa dilihat di Kampung Made. Patung singa dan macan dibangun dan diletakkan sebagai tetenger di depang gang, tengah kampung, dan juga di punden atau petilasan Mbah Joyo.

mbah joyo babat alas kampung madePatung singa di pertigaan Kampung Made (Foto: Jemmi Purwodianto)

Namun pria 90 tahun itu menambahkan ada beberapa anggapan keliru tentang asal usul penamaan Kampung Made. Banyak yang menduga nama Made diambil dari penamaan untuk orang Bali. Bahkan, beberapa beranggapan bahwa Made sebagai kampung Bali masih terus disebarluaskan.

ADVERTISEMENT

"Anggapan sebagai kampung Bali muncul dari cerita tentang I Made Suganda. Ia seorang komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Nama aslinya Kamin," kata Mbah Man.

Mbah Man menjelaskan saat pertempuran 10 November, Kamin dan anak buahnya mundur ke Desa Made. Bahkan ada yang melarikan diri ke Kampung Bedande atau Bedander yang saat ini dikenal dengan Desa Watulawang. Dari sana mereka melancarkan perang gerilya.

"Ketika perang usai, tiga tokoh Made; Seno, Jemblang dan Blandong, memberinya penghargaan dan mengubah namanya jadi Darmo Sugondo. Penganugerahan itu berlangsung di punden Mbah Joyo. Iki aku eruh dewe, soale aku wes gede pas wayah iku, duduk cerito. (ini saya tahu sendiri karena saat itu sudah dewasa, bukan dari cerita," jelas Mbah Man.

mbah joyo babat alas kampung madePetilasan Mbah Joyo dengan patung macan (Foto: Jemmi Purwodianto)

Pasca kemerdekaan, Kamin alias Sugondo pindah tugas ke Jakarta. Ia meninggal pada 12 Desember 1959. Meski Sugondo sudah meninggal, Mbah Man tetap menjalin silaturahmi dengan anaknya. Termasuk pada 1975 saat renovasi punden.

"Kadang ada anaknya silahturahmi ke sini. Sampean cek di buku tamu. Saya ini sering lupa karena umur, jadi setiap ada tamu pasti saya suruh tulis, termasuk sampean tadi juga nulis dulu kan," tuturnya sembari menunjukkan buku yang mulai lusuh hingga kertasnya yang mulai menguning.

Sementara itu, Keman (73) juru kunci punden Mbah Singo Joyo mengatakan bahwa Darmo Sugondo saat itu melarikan diri dari Belanda ke Made. Saat bersembunyi di punden Mbah Joyo, pasukan Belanda tak bisa melihat Darmo Sugondo dan pasukannya.

"Sehingga hal ini menjadikan Darmo Sugondo menerima penghargaan di punden ini, bahkan anak-anaknya kadang ke sini untuk berdoa," kata Keman.




(sun/iwd)


Hide Ads