Ketintang merupakan nama sebuah kelurahan di Gayungan Surabaya. Pertumbuhan Ketintang sangat pesat sehingga menjadi salah satu kelurahan terpadat di Surabaya.
Tetapi belum banyak yang tahu tentang sejarah Ketintang, sejarah bagaimana Ketintang mendapatkan namanya. Begini ceritanya?
Berdasarkan cerita tutur, dahulu di Ketintang pernah hidup seorang pandai besi terkenal bernama Mbah Wijil. Sosok Mbah Wijil merupakan sosok pande besi yang membuat kerajinan dengan bahan logam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang bilang bahwa nama Ketintang dihubungkan dengan Mbah Wijil. Beliau dulunya sering membuat kerajinan logam yang dipukul-pukul. Nah dari suaranya itu berbunyi keting ketang keting ketang. Akhirnya jadi Ketintang," ujar pegiat sejarah Surabaya TP Wijoyo kepada detikJatim, Kamis (28/11/2024).
![]() |
Wijoyo mengatakan, jejak Mbah Wijil hingga kini masih ada. Makamnya ada di Jalan Ketintang Barat dan dikeramatkan.
Namun Wijoyo menganggap nama Ketintang yang berasal dari suara logam dipukul tersebut hanyalah tembung gaduh saja atau cerita rakyat. Wijoyo lebih percaya nama Ketintang berasal dari toponimi daerah itu sendiri. Wijoyo menjelaskan nama kampung atau Kelurahan Ketintang awalnya dikenal dengan nama Ti Tang.
Ti Tang sendiri merupakan nama dari tumbuhan local yang tumbur subur di Kawasan Ketintang sekarang. Seiring waktu, nama tersebut berganti menjadi Ketintang setelah penambahan kata 'Ke', sekaligus mencerminkan perkembangan wilayah tersebut sebagai pusat kerajinan yang semakin dikenal.
"Ketintang itu, yang jelas pertama kali toponimi ketintang muncul di peta tahun 1706. Peta itu dibuat terkait peristiwa Untung Suropati. Di situ ada nama lain seperti Sepanjang dan Ti Tang, bukan Ketintang dulunya," kata Wijoyo.
Nama Ti Tang konon berasal dari tumbuhan langka bernama Ti Tang, yang kini sulit ditemukan. Meskipun demikian, nama kampung tersebut sudah terbaca jelas di peta lama, sementara tambahan kata 'Ke' baru muncul pada era 1800-an, yang akhirnya mengubahnya menjadi Ketintang.
"Memang kadang kala awalan 'Ke' itu sering jadi tambahan juga untuk wilayah lain, seperti Kedinding, Kebungson," urainya.
Menurut Wijoyo, nama-nama kampung identik dengan nama tumbuhan yang tumbuh di wilayah tersebut. Ia pun mencontohkan dari nama Wiyung, dari tumbuhan Wiyu, dari nama pohon tumbuhan jati.
"Ketintang yang dulu namanya Ti Tang, dulu banyak tumbuhan Ti Tang di sana yang tumbuh. Nama daerah merujuk pada nama tumbuhan, orang menamai daerahnya dulu dari tanda-tanda atau disebut tetenger," pungkasnya.
(irb/iwd)