Cerita Bangunan Bersejarah hingga Rumah Saudagar di Bubutan Surabaya

Urban Legend

Cerita Bangunan Bersejarah hingga Rumah Saudagar di Bubutan Surabaya

Firtian Ramadhani - detikJatim
Kamis, 19 Des 2024 13:31 WIB
Jalan Bubutan Surabaya
Salah satu gang di Bubutan yang dulu rumah-rumahnya dihuni saudagar (Foto: Firtian Ramadhani)
Surabaya -

Jalan Bubutan yang kini menjadi salah satu akses utama di jantung Kota Pahlawan menyimpan cerita sejarah yang belum banyak diketahui. Dahulu, di kawasan ini berdiri Gedung Nasional Indonesia (GNI) serta Kantor Pengurus Pusat NU pertama di Surabaya.

"Bubutan itu menjadi lokasi penting karena lahirnya sejarah NU pertama itu di Bubutan, kemudian Gedung Nasional Indonesia yang dipimpin dr. Soetomo. Menjadi tempat penting sejak periode pergerakan, pra-kemerdekaan," ujar Sejarawan Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo kepada detikJatim, Kamis (19/12/2024).

Yang pertama, ada Gedung Nasional Indonesia menjadi pusat berbagai gerakan, termasuk pernah menjadi tempat aktivitas ekonomi, kebudayaan, politik, kesehatan hingga pendidikan. Dibangun pada tahun 1927, gedung ini beroperasi hingga tahun 1940, sebelum akhirnya ditutup dan tidak digunakan lagi pada masa penjajahan Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gedung Nasional sebagai pusat gerakan ada aktivitas ekonomi, kebudayaan, politik, kesehatan dan pendidikan. Sejak tahun 1927, telah ada Gedung Nasional itu dan ditutup 1940, zaman Jepang sudah tidak kepakai," ungkapnya.

Jalan Bubutan SurabayaSalah satu sudut Jalan Bubutan Surabaya (Foto: Firtian Ramadhani)

Setelah mengikuti perkembangan zaman yang kian modern, Gedung Nasional Indonesia tidak berfungsi seperti dahulu lagi. Menurut Kuncar, ini akibat dari perubahan sejarah yang membuat Gedung tersebut kemudian dijadikan sebagai Museum.

ADVERTISEMENT

"Ya, sekarang (GNI) sudah nggak berfungsi sebagai pusat gerakan karena sejarahnya berubah, tetapi sekarang kawasan itu sudah dijadikan Museum GNI," sebutnya.

Yang kedua, ada Kantor Pengurus NU pusat pertama di Surabaya, yang terletak di kawasan Bubutan. Kini, gedung tersebut masih eksis dan digunakan sebagai kantor PCNU Surabaya.

"Ya gedung NU itu kan sampai sekarang masih dipakai, kantor NU pertama, pengurus NU pusat pertama di Surabaya ada di sekitar Jalan Bubutan situ," tegasnya.

Meskipun tidak banyak catatan peristiwa yang tercatat, Kampung Bubutan dikenal dengan rumah-rumah yang indah, semuanya milik saudagar pribumi, termasuk yang menghadap jalan.

Sepanjang sejarahnya, kawasan ini tidak pernah dihuni oleh orang asing. Dari dulu hingga kini, hampir seluruh rumah di gang-gang tersebut masih dimiliki oleh orang pribumi, meskipun kini banyak yang disewakan.

"Di kampung Bubutan itu rumahnya bagus-bagus, semuanya itu saudagar pribumi sampai yang menghadap jalan itu saudagar pribumi, tidak ada orang asing sama sekali. Dari dulu sampai sekarang, hampir di seluruh gang, cuma mungkin sekarang disewakan," urai dia.

"Sampai Jalan Bubutan, Jalan Pahlawan itu semuanya milik orang pribumi yang mana dalam tanda kutip itu orang kaya dari dulu sampai zaman sekarang. Rumah-rumahnya yang hadap ke jalan raya khususnya," tandasnya.

Di era sekarang, Jalan Bubutan menjadi salah satu kawasan penting di Kota Surabaya. Sebagai jalan utama yang strategis, Bubutan dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang mencerminkan perpaduan arsitektur kolonial dan modern. Meski telah mengalami banyak perubahan, kawasan ini tetap mempertahankan nilai historisnya sebagai bagian dari jantung kota.

Jalan Bubutan juga dipenuhi oleh deretan pertokoan, perkantoran, dan fasilitas umum yang menjadikannya salah satu pusat aktivitas ekonomi dan bisnis. Jalan yang dulunya dipisahkan oleh kanal kini menjadi jalan kembar yang lebar, memudahkan akses transportasi dan mobilitas warga.

Artikel ini ditulis oleh Firtian Ramadhani, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(irb/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads