.webp)
Sebelum era 80-an sudah menjamur gedung bioskop di Jawa Timur yang menyajikan hiburan alternatif selain beragam pertunjukan seni tradisional. Terutama di Surabaya sebagai Ibu Kota Provinsi.
Pengamat sejarah Surabaya Dhahana Adi Pungkas bahkan menyebutkan bahwa pada era itu, jumlah gedung bioskop di Surabaya sudah ratusan. Tipe, karakter, dan pemasarannya pun beragam.
Tempat hiburan yang menandai gemilang industri film tanah air dan budaya menonton masyarakat di tanah air itu bahkan menyebar di hampir setiap kecamatan yang ada di Kota Pahlawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa dibayangkan untuk setiap area selalu ada gedung bioskop. Di Jalan Kusuma Bangsa misalnya di depan gedung THR ada gedung bioskop. Juga di sekitarnya," katanya kepada detikJatim.
Alumnus Sosiologi FISIP Unair itu mengatakan, ada 5 kategori gedung bioskop saat itu. Setiap kategori memiliki ciri, karakter, dan fasilitas yang berbeda-beda.
Kategori AA yang paling tinggi. Bisa dibilang VVIP. Kemudian dilanjutkan kategori A, B, C hingga D. Pada sekitar 1980 hingga 1990, bioskop yang merajai saat itu adala 21 (Twenty One).
"Kalau kategori D yang paling rendah. Kalau hujan bocor. Misalnya bioskop Rukun di Simo, ada juga di belakang Terminal Bratang sisi belakang. Harganya di era itu sekitar Rp 250, untuk kelas A sekitar Rp 2.000, untuk B dan C sekitar Rp 500 sampai Rp 750," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Ipung itu menegaskan bahwa bioskop di Surabaya cenderung lebih maju dibandingkan kota besar lainnya. Termasuk Jakarta yang dianggap sebagai pionir bioskop nusantara.
Sebabnya, kata dia, Surabaya adalah kota urban atau industri seperti yang dijelaskan dalam buku City of Work. Buku itu menerangkan, Surabaya di-setting sebagai kota kerja dan pelabuhan.
Sebagai kota kerja dan pelabuhan hiburan menjadi sebuah kebutuhan dan keharusan. Sehingga menjamur lah gedung bioskop disertai dengan semakin masifnya distribusi film tidak hanya di Surabaya tapi di Jatim.
"Dulu ada (bioskop) drive in. Itu yang mendahului Surabaya di tahun 1980-an. Lokasinya di sekitar Hotel Shangrila dan Kenjeran. Ada lagi bioskop di Kompleks Grand City. Dulu, kan, tempat latihan KKO. Itu yang melahirkan pelawak Tessy dan Tarzan," tuturnya.
Namun, seiring berjalannya waktu bioskop yang menyimpan banyak kenangan warga Jawa Timur itu terus berkurang. Bahkan kini gedungnya juga mulai ditelan zaman, ada yang hilang, ada yang beralih fungsi.
Contohnya Wijaya Theatre di Surabaya. Gedung bioskop yang bisa dibilang komplet itu sekarang telah menjadi mal BG Junction. Lainnya ada Bioskop Bima yang kini menjadi bagian dari gedun Bappeda Jatim.
Tidak hanya itu, ada pula bioskop yang cukup legendaris hingga era 2000-an di Surabaya. Yakni Bioskop Mitra 21 yang sempat bersaing ketat dengan Bioskop Indra yang lebih dulu tumbang.
Bagi para Milenial kelahiran Surabaya atau yang tinggal di Surabaya banyak kenangan yang membekas di Mitra 21. Bagaimana tidak, lokasi bioskop itu berada di tengah kota di Balai Pemuda Surabaya dekat dengan SMA Negeri 6 Surabaya dan terjangkau juga dari SMA Kompleks Surabaya.
Sementara di luar Surabaya, ada sisa-sisa kejayaan 3 gedung bioskop di Bondowoso. Ketiganya kini benar-benar telah berubah fungsi dan hanya meninggalkan memori. Yakni bioskop Irama, Guntur, dan President Theatre. Kini ketiganya ada yang menjadi pertokoan, hunian, hingga mangkrak atau terbengkalai.
Artikel pengantar nostalgia dengan gedung bioskop favorit
1. Jalan Panjang Industri Bioskop di Kota Pahlawan
2. Nasib Gedung Bioskop di Bondowoso Jadi Pertokoan hingga Mangkrak
3. Riwayat Bioskop Mitra 21 yang Menyimpan Kenangan Milenial Surabaya
4. Kini Mangkrak Dulu Bioskop Indra Surabaya Pernah Berjaya Era 80-an
5. Wijaya Theatre Bioskop Komplet yang Sekarang Jadi BG Junction
6. Jejak 7 Bioskop Legendaris di Bandung
7. Nostalgia Bioskop Arini Makassar Populer di Era 1980-an Kini Tinggal Nama
8. Nostalgia Mengenang Kejayaan Bioskop Regent di Bandung
9. Kisah Bioskop-Bioskop Lawas di Jogja yang Kini Tinggal Nama
10. Bioskop Jadul di Medan Berdiri Zaman Kolonial Belanda
(dpe/dte)
