Milenial yang besar di Surabaya pada era 1980-an hingga 2000-an pasti tidak asing dengan nama besar Bioskop Mitra 21. Berada di jantung kota Surabaya, tepatnya di kompleks Balai Pemuda Surabaya, gedung itu sempat menjadi primadona dan bahkan menjadi lokasi ajang penghargaan FFI.
Bioskop yang sempat berubah letak menghadap Jalan Yos Sudarso itu pada akhirnya gulung tikar pada pertengahan 2009 lalu. Pada perjalanannya, gedung itu telah menyimpan banyak kenangan anak muda Surabaya pada masa-masa jayanya. Meski demikian, tak semua milenial dan awam tahu histori di balik keberadaannya.
Padahal, pada masa keemasannya, gedung Mitra 21 tidak hanya menjadi lokasi nonton film-film baru, tapi juga kerap menjadi tempat untuk mendatangkan bintang tamu atau para artis pemain film yang sedang tayang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerhati bioskop di Surabaya Dhahana Adi mengatakan bahwa Mitra lahir pada 1970an. Menurutnya, bangunan dan segala piranti Mitra 21 itu lebih modern dibandingkan dengan gedung bioskop lain kala itu.
"Hadir di 1970, luwih (lebih) modern dan berani menjawab tantangan zaman," kata Dhahana kepada detikJatim, Rabu (8/6/2022).
Pria yang akrab disapa Ipung itu menyatakan, pada masa kejayaannya bentuk gedung itu jauh berbeda dengan sekarang. Kala itu ada ruang tunggu khusus, kafe, hingga selasar 'pemersatu bangsa'.
![]() |
Berbeda halnya dengan saat ini. Ketika detikJatim berada di lokasi, hampir seluruh titik dan bentuknya telah berubah. Selasar yang kerap digunakan sebagai ruang tunggu telah beralih fungsi, begitu pula di sisi tenan dan sejumlah titik lain yang menghadap ke arah Yos Sudarso, Surabaya.
Di sekitar Mitra juga telah berdiri sejumlah ruangan dan gedung untuk DPRD Jatim hingga diperuntukkan untuk kesenian. Bahkan, kini sudah ada alun-alun Surabaya yang kerap digunakan masyarakat untuk ber-swafoto.
"Kalau dulu nonton ya ada penjualan tiket, lalu ada selasar yang berisi badukan dan tanaman untuk ruang tunggu. Jadi orang tidak hanya sekedar nonton, tapi juga menjadi titik temu berbagai etnis," ujarnya.
Baca di halaman selanjutnya: Bioskop Mitra pernah jadi tuan rumah Festival Film Indonesia (FFI)
"Di tahun 1981, pernah jadi tuan rumah dan dijadikan ajang pameran serta penghargaan FFI. Selain lokasinya di tengah kota, kan, kompleks, tapi juga karena mengena di hati dan merakyat serta memiliki public space," tuturnya
Alumnus S1 Sosiologi Unair Surabaya itu mengatakan, bangunan, fungsi, dan sejumlah peranti sudah bergeser atau beralih fungsi. Ia mengaku menyayangkan perihal itu.
"Berubah banget (bentuk bangunan dan barang-barang), makanya tahun 2015 saya sempat suarakan #rindumitra21. Ramai itu dan sempat diprotes anak-anak kekinian karena gedung bioskop yang pisah dari mal. Mengapa demikian? Karena gedung bioskop tidak hanya nonton, tapi juga kebutuhan untuk sebuah ruang eksistensi orang untuk bertemu orang lain. That's a public space dan memang harus terpisah dari apa pun," katanya.
Maka dari itu, Ipung berharap ada keajaiban dan sentuhan dari pemerintah terhadap Bioskop Mitra. Selain menjadi primadona pada masanya, lokasi itu dia nilai menjadi salah satu titik bersejarah di jantung kota pahlawan.
"Lucu, kan, kalau ruang publik bertemu ruang publik. Harus memiliki privilege lah. Kalau tidak nonton pun janjian doang, kan, tidak apa-apa. Karena merakyat, ada ajang kesenian juga, apalagi juga dekat dengan sejumlah fasum ada bank, mal, sekolah, dan lain sebagainya," tutupnya.
Simak Video "Video: Aksi Demo di Polrestabes Surabaya Ricuh, Massa Bentrok dengan Aparat"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/dte)