Jejak 7 Bioskop Legendaris di Bandung

Jejak 7 Bioskop Legendaris di Bandung

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 09 Jun 2022 11:30 WIB
Jejak bioskop legedaris di Kota Bandung.
Jejak bioskop legedaris di Kota Bandung. (Foto: Anindyadevi Aurellia)
Bandung -

Jauh pada tahun 1890-1900an, Hindia Belanda mulai mengenal perfilman dengan keberadaan Komedi Stamboel dan Dardanella yang bermula dari tanah Jawa Timur.

Perlahan, industri film mengalami perkembangan. Bandung menjadi salah satu kota yang terpapar kemajuan perfilman hingga memiliki banyak gedung bioskop pada jamannya.

Kini, kebanyakan bioskop di masa itu memang sudah tak beroperasi lagi. Beberapa gedung masih tersisa dan jadi saksi bisu bagaimana Bandung menjadi awal mula perkembangan film.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini 7 bioskop legendaris di Kota Bandung yang sempat berjaya pada masanya:

1. Panti Karya

ADVERTISEMENT

Gedung ini terletak di tepi Jalan Merdeka, tepatnya di seberang Bandung Indah Plaza (BIP). Mulanya, gedung tersebut milik PJKA atau saat ini dikenal sebagai PT KAI. Lantai paling bawah dibuat jadi bioskop elit.

"Satu bioskop hanya punya satu studio dengan ukuran hall yang besar. Terdapat balkon besar yang bisa memuat penonton melihat dari atas," cerita Farhan Basyir Founder Cerita Bandung, saat ditemui detikJabar dalam Walking Tours.

Saat ini Gedung Panti Karya telah alih fungsi menjadi salah satu klinik farmasi. Kepemilikan gedung itupun masih simpang siur.

2. Bioskop Vanda

Wolff Schoemaker membangun gereja pertama di Bandung yakni Saint Regis. Lokasi awalnya ada di kawasan Taman Vanda. Karena jamaah mulai bertambah, maka berpindah ke Gereja Katedral Santo Petrus sejak tahun 1922.

"Bangunan bekas Saint Regis alih fungsi jadi tempat pertemuan umat katolik. Di belakangnya, ada Bioskop Rex atau gedung Panti Budaya yang kemudian jadi Bioskop Vanda," tutur Farhan saat memandu tur.

Pemutaran film di tahun tersebut pun disesuaikan dengan wilayahnya. Untuk tengah kota akan diputarkan film Hollywood, sekitar Andir diputar film Mandarin, sementara Cicadas dan sekitarnya disajikan film India.

Jejak bioskop legedaris di Kota Bandung.Lokasi Bioskop Vanda yang kini menjadi Taman Vanda Foto: Anindyadevi Aurellia

3. Pop dan President

Di sekitar Braga, ada gedung bertuliskan "Landmark". Gedung garapan Wolff Schoemaker ini adalah percetakan dan toko buku Van Dorp. Pada tahun 70-an berubah fungsi menjadi Bioskop Pop.

Farhan memaparkan bahwa dengan arsitektur bangunan yang megah, hanya bangsawan yang bisa menonton di Pop Theatre. Di seberangnya, adalah Bioskop President yang punya restoran juga di dalamnya.

Jejak bioskop legedaris di Kota Bandung.Gedung Landmark Foto: Anindyadevi Aurellia

4. Braga Sky

Masih di Jalan Braga, menuju ke Jalan Suniaraja ada bangunan tak terurus dengan bentuk atap cembung ke atas. Dulunya, itu adalah Braga Sky, salah satu bioskop mewah yang memiliki bar di dalamnya.

"Bioskopnya kecil, kapasitasnya tak lebih dari 70 orang dengan balkon. Kalau nonton bioskop kebanyakan ada calonya, di sini tidak ada. Karena mewah dan kecil, dalam salah satu koran disebut Si Ketjil Molek," beber Farhan sembari menunjukkan foto Braga Sky dulu dengan tabletnya.

Bioskop ini meredup tahun 80-an dan jadi tempat hiburan klub dangdut bernama "Bragadut". Kini, gedung tersebut tak terurus dan tersegel karena tak membayar pajak.

5. Helios

Di tengah Jalan Braga, tepatnya persimpangan menuju Jalan Telepon ada sebuah gedung yang menjadi rumah makan ayam geprek.

Dulunya, gedung tersebut adalah Bioskop Helios, bioskop tertua di Bandung yang dibangun pada 1910. Bioskopnya berupa layar tancap yang berada di dalam gedung.

Jejak bioskop legedaris di Kota Bandung.Bioskop Helios di Jalan Braga yang kini menjadi tempat rumah makan. Foto: Anindyadevi Aurellia

6. Concordia

Gedung putih berdiri kokoh dengan tulisan "De Majestic". Lagi-lagi gedung ini garapan Wolff Schoemaker. Bentuk gedung Majestic cukup unik karena jika dari atas terlihat seperti kaleng biskuit.

"Bioskop ini aksesnya terbatas, pribumi tidak boleh masuk. Uniknya, kursinya juga dipisah antara perempuan dan laki-laki. Sebelum era digital, satu roll film digunakan bergantian ke bioskop terdekat," terang Farhan yang memandu tema tur khusus Bioscoop Bandung hari itu.

Di Majestic, film tema Indonesia pertama kali ditayangkan yakni film Loetoeng Kasaroeng. Sementara tahun 1950 diputar film produksi Indonesia pertama yakni Darah dan Doa (The Long March), karya Usmar Ismail.

Jejak bioskop legedaris di Kota Bandung.Gedung Majestic di Braga Foto: Anindyadevi Aurellia

7. Radio City / Bioskop Dian

Di daerah Alun-Alun Bandung tepatnya Jalan Balonggede, sebuah gedung dipasang spanduk "Mie Bakso Cihampelas". Dulunya, gedung ini ialah Bioskop Radio City, yang diarsitekturi Wolff Schoemacker. Beberapa tahun kemudian bioskop ganti nama menjadi Bioskop Dian.

Sembari menunjuk letak gedungnya, Farhan menuturkan bahwa bioskop Dian adalah bioskop premium kelas wahid orang Eropa. Selain Bioskop Dian, berderet bioskop lain di wilayah Gedung Pertokoan Palaguna seperti Elita, Varia, dan Oriental.

Sekitar tahun 2020, Seniman Tisna Sanjaya sempat menggelar pameran tunggal "Dian Lentera Budaya" untuk menumbuhkan spirit perubahan di gedung cagar budaya yang milik BUMD Jaswita Jabar.

Jejak bioskop legedaris di Kota Bandung.Salah satu bioskop legedaris di Kota Bandung, Bioskop Dian. Foto: Anindyadevi Aurellia



(aau/tya)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads