Kabupaten Jombang memiliki tiga kelenteng yang bisa dibilang tertua di kota santri. Tempat ibadah umat Tri Dharma tersebut banyak menyimpan nilai-nilai filosofi kehidupan.
Kelenteng Hong San Kiong misalnya. Tempat ibadah umat Tri Dharma di Jalan Raya Wangkal Gudo, Desa/Kecamatan Gudo, Jombang ini disebut telah ada sejak awal abad 18. Saat itu banyak perantau Tionghoa yang lari meninggalkan Tiongkok menuju Indonesia karena jatuhnya Dinasti Ming. Sebagian perantau tersebut tersebar hingga ke Kecamatan Gudo, Jombang, dan mulai menetap.
"Terus habis gitu, sekitar abad 18 ada pedagang dari China Selatan datang ke sini (Gudo) juga. Dia membawa patung Dewa Kong Tik Tjoen Ong selama perjalanan di kapal dari China Selatan menuju Indonesia," kata Nanik Indrawati (53), pengurus Kelenteng Hong San Kiong kepada wartawan di lokasi, Minggu (30/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan cerita turun temurun, kata Nanik, patung Dewa Kong Tik Tjoen Ong tersebut mendatangkan keselamatan bagi para saudagar yang berimigrasi dari China Selatan ke Indonesia. Karena itulah patung dewa tersebut dipuja setibanya di wilayah Gudo hingga kini.
"Akhirnya mereka mendapatkan tanah di Gudo sini. Tapi saat itu, mereka belum bisa mendirikan kelenteng. Patung dewa itu hanya dicarikan tempat yang bagus menurut fengsui dan sebagainya. Karena mereka tidak punya harta, patung hanya ditutupi dengan blek atau seng. Jadi, dulunya bukan kelenteng tapi omah blek, karena dewa yang dipuja hanya ditutupi blek," ungkapnya.
Kini, tempat ibadah umat Tri Dharma ini dirawat dengan baik sejak kepengurusan kelenteng pada tahun 1928. Kelenteng Hong San Kiong kaya akan ornamen dan nilai filosofis.
Kelenteng yang menghadap ke arah utara ini kental akan warna merah dan kuning keemasan. Warna merah melambangkan kebahagiaan dan kemakmuran, sedangkan kuning keemasan melambangkan keagungan yang dulu hanya boleh digunakan keluarga kerajaan.
![]() |
Pada sisi pelataran kelenteng menuju altar utama, berdiri dua patung dewa berukuran besar dengan memegang senjata tongkat. Dua patung tersebut merupakan Dewa Pintu yang disebut Dewa Men Shen.
Seperti tempat ibadah umat Tri Dharma pada umumnya, Klenteng Hong San Kiong ini juga dihiasi dengan patung Qilin berbentuk seperti singa. Makhluk mitologi Cina ini memiliki arti pertanda baik yang membawa kemakmuran.
Tidak ketinggalan pula ornamen patung naga hijau dan burung hong atau phoenix yang melambangkan unsur Yan-Yin atau nilai positif dan negatif sebagai keseimbangan.
Kelenteng ini mempunyai 3 patung dewa. Yaitu Dewa Kong Tik Tjoen Ong sebagai dewa utama yang disembah, Dewa Hian Thian Siang Tee dan patung Dewa Hok Tik Tjien Sien.
"Dewa utama artinya sama untuk memberikan berkat dan perlindungan. Tidak ada filosofi dewa ini khusus untuk ini, tidak ada," terang Nanik.
Begitu juga dengan Kelenteng Boo Hway Bio di Desa Kauman, Kecamatan Mojoagung. Menurut pengurus Kelenteng tersebut, Wijaya Kurniawan, tidak ada catatan sejarah berdirinya Kelenteng Boo Hway Bio. Hanya saja menurut cerita turun temurun, kelenteng di sisi utara taman Mojoagung itu dibangun para perantau dari Kota Fuqing, Provinsi Fujian, Tiongkok sekitar tahun 1900-an.
![]() |
Saat itu, bangunan Kelenteng didirikan dari bahan bambu. Bangunan tersebut bertahan hingga tahun 1940 dan diganti dengan bangunan semi permanen di bawah kepengurusan Oei Yan Tjong.
"Hingga pada tahun 1975 atas prakarsa bapak Siem Kam Lim dilakukan pembangunan altar sembahyang secara permanen. Dan dilanjutkan pada tahun 1981 atas prakarsa bapak Tjoa Giok Ping dilakukan perluasan Kelenteng," bebernya.
Kelenteng Boo Hway Bio ini memiliki patung dewa utama yang disembah. Yaitu Dewa Kongco Siam Siem Kong. Dewa tersebut dibawa oleh para perantau Tionghoa dari Negeri Tiongkok ke Mojoagung, Jombang.
Dewa Kongco Siam Siem Kong berasal dari kisah 5 pelajar di Kota Fuzhou, Fujian yang mengorbankan diri dengan cara terjun ke sumur supaya warga di kota tersebut selamat dari wabah penyakit yang melanda saat itu.
"Biar masyarakat tidak minum air sumur itu, karena wabahnya menular melalui sumber air di sumur itu. Jadi, kelima pelajar itu diangkat jadi dewa pelindung di kota itu. Ini salah satu dari lima itu, di Indonesia hanya ada satu di sini," kata Wijaya.
Selain Dewa Kongco Siam Siem Kong, di kelenteng ini juga terdapat patung Dewa Fu De Sheng Shen dan Eyang Jugo seperti yang ada di Gunung Kawi.
(iwd/iwd)