Suasana Masa Orientasi Orang Tua (MOT) di SD Kristen Mawar Sharon di Kecamatan Tegalsari, Surabaya semakin meriah ketika acara itu dihadiri langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Walkot Eri menyempatkan diri untuk menyampaikan sejumlah pesan kepada para orang tua siswa.
Eri Cahyadi yang didampingi sejumlah pejabat Pemkot Surabaya disambut Kepala Sekolah SD Mawar Sharon Lyliana Surya Saputra, para guru, dan juga staf di sekolah itu.
Tidak hanya itu, sejumlah siswa menyanyikan lagu dan juga menyampaikan ucapan selamat datang kepada Eri Cahyadi. Selanjutnya, Eri diarahkan untuk menemui para orang tua siswa yang sudah menunggu di Aula.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada momen itulah Eri diberi kesempatan untuk menyampaikan materi kepada ortu siswa. Dia pun menekankan pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak-anak. Menurutnya, orang tua tidak perlu risau dan sedih bila anaknya tidak bisa masuk sekolah negeri.
"Sekolah negeri dan swasta, kabeh podo. Tanpa sadar, orang tua melakukan itu, tanpa melihat sedihnya anak kita ketika gagal masuk negeri. Orang tuanya bilang 'Le, Nduk, koen kok nggak isok mlebu negeri?' (Nak, kamu kok nggak bisa masuk negeri?)," kata Eri di hadapan ratusan ortu, Sabtu (22/7/2023).
Sikap dan pertanyaan seperti itulah yang menurut Eri justru menumbuhkan rasa persaingan anak dengan siswa lain dan tanpa disadari menekan pribadi anak untuk menjadi apa yang diinginkan orang tua.
"Tanpa sadar, kita menimbulkan rasa persaingan satu dengan lain, memaksa anak kita sesuai keinginan kita. Misalnya, ibu ingin anaknya jadi dokter, sedangkan anaknya ingin menari remo, padahal seni dan pendapatannya jauh lebih besar ke depannya. Kita, kan, tidak tahu nasib kita," imbuh dia.
Eri menjelaskan bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu dia berharap para orang tua yang baik harus bisa lebih memaklumi kekurangan anak-anaknya dan mengapresiasi kelebihan-kelebihan mereka.
"Misalnya, basketnya bagus, tapi akademiknya jelek, ya sudah lepas akademiknya, jangan dipaksa. Batinnya (anak) nanti tersiksa. Jadi, saya nyuwun tulung ke orang tua, jangan hukum anak kita. Kalau di sekolah dapat nilai jelek jangan langsung dimarahi. Dikasih tahu," ujar dia.
Orang nomor 1 di kota pahlawan itu lantas menganalogikan seorang anak ketika memecahkan gelas. Lalu, orang tua yang terkejut memarahinya. Menurut Eri bahwa di situlah peran orang tua diperlukan.
"Itu seketika langsung memarahi, memori otaknya langsung mengkeret. Boleh ditegur, tapi dikasih tahu dampak dan efeknya. Itu yg harus dilakukan orang tua," katanya.
Kepada para orang tua Eri menyampaikan keinginannya untuk membentuk anak-anak di Surabaya agar memiliki karakter kebangsaan dan keagamaan yang kuat. Dengan begitu aktivitas anak yang terlibat miras, geng motor, hingga pergaulan bebas bisa dicegah.
"Bila memang itu (terjadi), orang tua yang salah. Karena kedekatan dengan ortu batiniyah-nya sangat kuat. Tapi, kalau sampai ada anak tidak hormat pada ortu, tolong introspeksi dengan diri kita sendiri," katanya.
Eri lantas menjelaskan pribadinya saat mengemban pendidikan di masa perkuliahan. Ia mengaku merupakan peserta didik swasta dan tak pernah mengenyam bangku kuliah negeri.
"Saya lulusan Itats dan Untag, tapi bisa menjadi wali kota. Bukan karena negeri dan swasta atau sekolahnya saja, tapi karena akhlaknya yang bagus, akhlakul kharimah, kejujuran, keberanian, dan keyakinannya untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik," katanya.
(dpe/fat)