Mengenal Nasi Glewo, Kuliner Khas Semarang Kian Langka

Mengenal Nasi Glewo, Kuliner Khas Semarang Kian Langka

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 24 Sep 2022 02:01 WIB
nasi glewo
Nasi Glewo khas Semarang. Foto: dok. detikFood
Solo -

Kota Semarang memiliki kekayaan ragam kuliner tradisional. Sayangnya, beberapa diantaranya saat ini sudah sangat sulit ditemukan, salah satunya adalah nasi glewo.

Dalam buku Makanan Tradisional Indonesia yang ditulis Murdijati Gardjito dkk, nasi glewo sebenarnya lebih tepat disebut dengan bubur. Kuliner ini termasuk bubur gurih karena pembuatannya menggunakan santan.

Selain rasanya gurih, bubur glewo tergolong unik dan berbeda dengan bubur pada umumnya yang biasanya menggunakan pelengkap daging ayam. Adapun bubur glewo menggunakan pelengkap daging sapi, biasanya menggunakan daging ekor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daging sapi itu diolah menjadi masakan sambal goreng yang dituang di atas bubur hangat. Aroma petai dan bawang goreng menjadikan sajian itu terasa nikmat.

Saat ini sudah sangat sulit untuk menemukan warung yang menjual nasi atau bubur glewo. Padahal, kuliner ini cukup populer sekitar tahun 1970-an.

ADVERTISEMENT

Detikcom pernah menemukan orang yang berjualan nasi glewo di 2017 silam. Namun penjualnya bukan warung permanen, melainkan sebuah stand dalam Festival Kuliner Nusantara 'Lezaatnesia' yang digelar di Semarang.

Dari puluhan stand yang mengikuti festival itu, hanya ada satu orang yang menjual kuliner langka tersebut.

Penampakan nasi glewo yang dijual hampir serupa dengan bubur pada umumnya. Kuahnya seperti sayur terik namun dengan aroma kencur. Terik merupakan bumbu kuning untuk mengungkep tahu dan tempe dengan rasa agak manis.

Rika Narulita, pembuat Nasi Glewo menjelaskan selain bahan utama koyor dan daging sapi, kuah santan dan penyajian dilengkapi emping melinjo menjadi rahasia nikmatnya Nasi Glewo.

"Ini bedanya dari Nasi Ayam selain dagingnya yaitu pada bumbu rempahnya, ada kencurnya," kata Rika pada saat itu.

Kuliner langka itu dijual Rika dengan harga hanya Rp 20 ribu sudah dengan satu botol air mineral. Para pembeli kebanyakan warga yang sudah berkeluarga dan bernostalgia karena Nasi Glewo sudah sulit ditemukan tahun 1990-an.

Rika sudah cukup akrab dengan Nasi Glewo meski nyaris punah karena ibunya pernah berjualan Nasi Glewo. Namun sayang, usaha itu tidak diteruskan.




(ahr/aku)


Hide Ads