Berburu Coro Santan-Ketan Biru, Kuliner Khas Ramadan dari Semarang

Berburu Coro Santan-Ketan Biru, Kuliner Khas Ramadan dari Semarang

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 03 Mar 2025 03:35 WIB
Suasana lapak Bu Istiqomah di Aloon-aloon Semarang, Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (2/2/2025).
Suasana lapak 'Bu Istiqomah' di Aloon-aloon Semarang, Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (2/2/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Kota Semarang memiliki kuliner khas yang hanya muncul saat bulan suci Ramadan, yaitu kue coro, ketan biru, telur petis bumbon, serta sate jagung. Jajanan yang dijual di dekat Masjid Agung Semarang itu pun laris manis jadi buruan.

Pantauan detikJateng di Pasar Kuliner Ramadan di Aloon-aloon Semarang, Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, Minggu (2/3/2025) sore, jajanan itu dijual di salah satu stan bertuliskan 'Ibu Istiqomah'. Penjualnya, Denny (46), tengah sibuk melayani para pembeli yang berburi takjil untuk berbuka puasa.

Warga asli Kelurahan Bustaman itu mengatakan warungnya ini merupakan usaha turun temurun. Warung ini pun sudah ada sejak puluhan tahun lalu sebelum Denny lahir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah sejak dulu sekali nenek moyangnya kita jualan ini cuma waktu Ramadan, dari waktu saya belum lahir. Dari dulu jualannya di Aloon-aloon Semarang, jualannya pakai lampu sentir," kata Denny saat ditemui detikJateng di Aloon-aloon Semarang, Minggu (2/2).

Di antara jajanan yang dijual, coro santan disebut menjadi salah satu yang paling dicari. Ia menyediakan 20 kilogram (kg) coro santan dan 20 kg ketan biru, keduanya ludes tiap harinya.

ADVERTISEMENT

"Coro itu jenisnya kayak Kalau ketan biru itu kan beras ketan, makannya sama enten-enten atau kelapa muda yang dikasih gula jawa, terus dikeringkan," tutur Denny.

"Ini kan sudah hari kedua Ramadan, kemarin habis-habisan, jam 21.30 WIB sudah kukut. Sama yang satu lagi namanya telur petis bumbon," tambahnya.

Telur petis bumbon sendiri merupakan makanan khas Semarang berupa telur rebus yang dibumbui petis yang terbuat dari ikan banyar yang kaya rempah. Petis banyar ini terbuat dari ikan banyar.

Denny juga menyebut makanan khas Ramadan lainnya, seperti perkedel jagung atau sate jagung. Namun, karena proses memasaknya yang membutuhkan tenaga ekstra, ia belum menjualnya.

"Dari dulu jualannya cuma pas Ramadan, pakai panci besar lurik-lurik yang warna hijau itu. Bawanya banyak, satu baskom mungkin 3 kg, sekarang porsinya berkurang, cuma 2 kg atau 1,5 kg, nggak mesti," ujarnya.

"Telur petis bumbon juga dulu 100 telur bisa habis sehari. Sekarang paling 50-60 telur saja. Mungkin karena ekonominya lesu, nggak kayak dulu," lanjutnya.

Harga coro dan ketan biru dibanderol Rp 7.000 per porsi, sedangkan telur petis bumbon dibanderol Rp 12.000. Walaupun jumlah produksi tak sebanyak dulu, antusiasme warga tetap tinggi.

Makanan-makanan ini lekat dengan nostalgia jajanan jadul, sehingga lebih banyak orang tua yang membeli. Denny berharap makanan itu bisa terus lestari dan dikenal muda-mudi di Kota Semarang.

"Yang beli biasanya orang-orang dulu, tapi ada juga anak muda. Mungkin dulu pernah dibelikan ibunya jadi tahu. Seharusnya ini dilestarikan, jangan kalah sama jajanan kekinian," harapnya.

"Mudah-mudahan remaja sekarang mau mencoba, nggak harus makanan yang nggak sehat-sehat," tutupnya.




(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads