Mencicip Pisang Plenet Jajanan Legendaris Khas Semarang

Mencicip Pisang Plenet Jajanan Legendaris Khas Semarang

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 13 Apr 2025 11:35 WIB
Pisang Plenet Pak Yuli di Jalan Gajahmada, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Sabtu (11/4/2025).
Pisang Plenet Pak Yuli di Jalan Gajahmada, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Sabtu (11/4/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Kota Semarang punya jajanan khas yang masih eksis sejak 1970-an. Pisang plenet namanya. Sesuai namanya, pisang ini diolah dengan cara diplenet atau digepengkan lalu dibakar.

Di sudut Jalan Gajahmada, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, aroma khas pisang bakar menyambut para pejalan yang melintas saat senja. Di sanalah Yuli (51), generasi kedua dari penjual Pisang Plenet legendaris Semarang, melanjutkan warisan kuliner yang dirintis ayahnya sejak 1970-an.

Salah satu pelanggan setianya, Yanti (33), datang sore itu. Dia asli Semarang, dan pisang plenet adalah bagian dari kenangan masa kecilnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ke sini mau beli pisang plenet coklat keju sama coklat. Enak, pisangnya manis. Jadi selalu beli tiap pengin," kata Yanti kepada detikJateng di lokasi, Sabtu (12/4/2025).

ADVERTISEMENT
Pisang Plenet Pak Yuli di Jalan Gajahmada, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Sabtu (11/4/2025).Pisang Plenet Pak Yuli di Jalan Gajahmada, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Sabtu (11/4/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Menurut dia, rasa pisang plenet jajanannya sejak kecil itu masih sama hingga kini. Rasa manis pisang yang dibakar dan ditaburi topping itu mengingatkan memori masa kecilnya.

"Dulu makan waktu kecil, kan saya sendiri juga asli Semarang, jadi nostalgia gitu. Menu favorit saya yang coklat keju," ungkapnya.

Dengan gerobak yang tak pernah sepi, Yuli pun menjadi penjaga rasa pisang plenet agar terus autentik sehingga menimbulkan nostalgia bagi siapapun yang dulu sempat mencicip Pisang Plenet Turdi, ayahnya.

"Dulu bapak saya jualan di Jalan Pemuda, depan Toko Meliora. Gerobaknya kecil, karena tempatnya sempit," kata Yuli kepada detikJateng, Sabtu (12/4/2025).

Pisang plenet, kata Yuli, sebutan yang diambil dari proses pisang yang digepengkan usai dibakar. Awalnya pisang plenet hanya disajikan dengan selai nanas atau mentega gula. Kini topping-nya beragam mulai dari coklat, kacang, keju, hingga coklat keju.

Seiring waktu, lokasi berjualan ikut berpindah dari Jalan Pemuda ke samping Citraland, lalu sejak 1998 Yuli memutuskan menetap di Jalan Gajahmada.

"Dulu Citraland masih ramai. Sekarang tinggal di sini saja. Yang lain tinggal saudara-saudara yang jualan pisang plenet, ada di (Mall) Queen City, Kranggan, sama dekat Lumpia Mbak Lin," jelasnya.

Yuli membuka lapak mulai pukul 17.00 WIB hingga tengah malam. Hari biasa ia bisa menghabiskan 15-20 sisir pisang. Namun saat musim libur atau usai lebaran, lonjakan pembeli bisa membuat stok ludes bahkan sebelum malam menjelang.

"Pernah sampai nolak pembeli karena habis. Bisa 30-an sisir lebih," tuturnya.

Pisang plenet yang ditawarkannya berbentuk lingkaran dengan toping di atas serta di tengah pisang.

"Namanya plenet karena digepengin. Kalau diplenet bentuknya panjang, sekarang dibikin bundar, lebih cantik. Tapi tetap, rasa itu yang dijaga," jelas Yuli.

Harga pisang plenet juga mengikuti zaman. Dulu di era 1970-an cukup Rp 200 untuk 10 pasang, kini seporsi berkisar Rp 7-9 ribu tergantung topping.

"Yang beli ada anak muda, orang tua juga banyak. Buat yang dari luar kota, ini biasanya juga jadi tombo kangen," tuturnya.

Di tengah deru kota dan gempuran kuliner modern, pisang plenet tetap bertahan. Bukan hanya sebagai jajanan, tapi juga sebagai warisan rasa yang menyatukan lintas generasi.

Yuli pun sudah mulai mengenalkan keahlian ini ke anaknya, berharap kelak akan ada generasi ketiga yang meneruskan usaha pisang plenet.




(dil/dil)


Hide Ads