Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut ada dua kasus kematian yang teridentifikasi suspek antraks di Kabupaten Gunungkidul, DIY, dalam dua bulan dan dilaporkan pada 23 Juni 2023. Namun, Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul menyatakan hingga kini hanya satu orang yang meninggal akibat antraks.
"Sampai saat ini yang diagnosa pasti baru satu," kata Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty kepada detikJateng, Selasa (4/7/2023) sore.
Namun, Dewi tidak menyangkal ada warga lain di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, yang meninggal dunia dan jarak waktunya tidak lama dari kasus satu orang yang meninggal karena antraks.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang ada yang meninggal lainnya, tapi tidak ada keterangan antraks," ujarnya.
Mengenai pernyataan pihak Kemenkes yang menyebut ada dua kasus kematian yang teridentifikasi suspek antraks di Gunungkidul, Dewi mengaku akan mengecek ke rumah sakit yang merawat.
Menurutnya, hingga saat ini Dinkes belum menerima laporan lain terkait kasus kematian akibat antraks di Gunungkidul.
"Kami akan melacak yang dua kasus lagi ke rumah sakit yang merawat. Karena diagnosa yang kami dapat tidak ada sebutan antraks," jelas Dewi.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Maxi Rein Rondonuwu melaporkan adanya dua kasus kematian di Gunungkidul yang teridentifikasi suspek antraks. Dua kasus tersebut terjadi dalam kurun waktu dua bulan dan dilaporkan pada 23 Juni 2023.
Dugaan penyebab penularan antraks sejauh ini mengarah pada sapi milik warga sekitar yang mati. Oleh warga sapi tersebut disembelih dan dikonsumsi bersama-sama. Selain itu daging sapi itu juga dibagikan ke sedikitnya 11 orang.
Kasus suspek antraks pertama disebut Maxi mulanya mengeluhkan gejala seperti demam, pusing, batuk, kaku leher bagian belakang, perut bengkak, hingga pembengkakan kelenjar.
Tentang kasus kedua ada di halaman selanjutnya.
Setelah sakit, ia sempat dirawat di rumah sakit pada 1 Juni 2023, tetapi kemudian dinyatakan meninggal dunia Selasa (4/6).
"Terdapat 11 orang yang mengonsumsi daging yang sama, semuanya sudah dilakukan pengambilan sampel darah," terang dr Maxi melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom Selasa (4/7/2023) dilansir detikHealth.
Kasus kedua merupakan pria berusia 78 tahun yang awalnya mengeluhkan mual dan badan membengkak. Dirinya juga mengonsumsi daging sapi yang sama. Sayangnya, di 29 Mei 2023 saat dirawat di RS, ia mengembuskan napas terakhirnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty mengungkapkan awalnya mendapat laporan dari RSUP dr Sardjito terkait adanya pasien laki-laki berusia 73 tahun yang terpapar antraks pada 2 Juni. Pasien warga Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul itu lalu meninggal dunia pada 4 Juni.
"Jadi ketika ada laporan dari Sardjito terkait orang meninggal karena antraks kami langsung menelusuri. Yang bersangkutan laki-laki 73 tahun, jadi dia ikut menyembelih dan mengonsumsi daging ternak tersebut," katanya kepada wartawan di Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Selasa (4/7).