Proyek tata kota Kabupaten Gunungkidul Rp 7 miliar menuai polemik, salah satunya soal rencana pembuatan patung tobong gamping menggantikan patung kendang. Begini sejarah patung kendang yang berada di bundaran Siyono tersebut.
Mantan Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul Agus Kamtono menjelaskan pembangunan patung kendang atau pengendang yang hendak diganti patung tobong gamping itu bermula dari CSR bank milik Pemda DIY tahun 2018. Di mana saat itu hendak membuat bundaran di kawasan Siyono, Kapanewon Playen, Gunungkidul.
"Sejarah patung kendang itu dulu ceritanya dananya BPD DIY dan ingin membuat bundaran. Terus saat itu Bu Bupati (Badingah) usul kalau diberi patung bagaimana, karena awalnya kan hanya tulisan BPD kelihatan bagaimana gitu," kata Agus saat dihubungi detikJateng, Senin (26/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, hal tersebut mendapatkan persetujuan dan Bupati Gunungkidul saat itu, Bandingah, meminta BPD DIY bertemu dengannya. Saat periode tersebut, Agus masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul.
"Menindaklanjuti hal tersebut saya mendatangkan budayawan, seniman, diajak berembuk kalau patung di sana itu bagusnya apa. Setelah rembukan akhirnya memutuskan patung pengendang yang dipilih," jelasnya.
Agus juga menjelaskan alasan pemilihan sosok pengendang sebagai patung di bundaran Siyono. Menurutnya, hal tersebut karena kendang memiliki filosofi khusus, yakni instrumen musik yang kerap dipakai untuk mengiringi berbagai kesenian di Gunungkidul.
"Kendang itu merupakan bagian seni yang merupakan budaya Kabupaten Gunungkidul itu ya ada karawitan, ketoprak, tari-tarian, wayang, hingga campursari," ucapnya.
"Dan kendang itu filosofinya adalah pimpinan dari instrumen yang ada pada alat-alat musik, kan yang mengatur kendangnya. Itu diibaratkan kendang itu adalah pimpinan yang mengatur segala sesuatunya agar semuanya bisa berjalan dengan baik," lanjut Agus.
Agus juga menyebut patung pengendang dapat menjadi salah satu ikon Kabupaten Gunungkidul. Lebih lanjut, setelah pembuatannya selesai, patung pengendang itu akhirnya diresmikan pada tahun 2019.
"Bisa juga (jadi salah satu ikon Gunungkidul), karena kesenian tradisional di Gunungkidul seperti reog, doger, dan hampir semua kesenian menggunakan kendang sebagai salah satu instrumen pengiring musiknya," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Pemkab Gunungkidul bakal membangun ikon berbentuk bangunan tobong gamping di kawasan bundaran Siyono, Kapanewon Playen, untuk menggantikan patung pengendang. Hal itu disebut berdasarkan sejarah Gunungkidul yang kaya akan batu kapur bahan baku gamping.
"Bangunan tobong dengan tinggi 9 meter dan diameter 4 meter akan menjadi pengganti patung pengendang," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (DPUPRKP) Gunungkidul Irawan Jatmiko kepada wartawan, Senin (11/4/2022).
"Tobong akan menjadi ikon Gunungkidul karena memang menurut riwayat Gunungkidul (batu kapur) menjadi sumber bahan baku tobong," ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Proyek Dipastikan Bergulir
Pemkab Gunungkidul memastikan mengganti bangunan ikonik patung kendang di bundaran Siyono dengan patung tobong gamping. Penggantian patung yang masuk dalam penataan wajah kota tahap I ini menelan anggaran hingga Rp 7 miliar.
"Patung Kendang akan diganti Tobong," kata Kepala DPUPRKP Gunungkidul Irawan Jatmiko melalui keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (19/9).
Sedangkan patung kendang di bundaran Siyono akan dipindahkan di Pasar Sumber Rejeki Playen yang berada di Jalan Manthous. Rencana pengerjaan wajah kota akan dimulai hari ini dan untuk penataan wajah kota tahap 1 ini dikucurkan anggaran sesuai nilai kontrak sebesar Rp 7,6 miliar.
![]() |
Tuai Polemik
Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Suharno menilai keputusan Pemkab membangun patung tobong gamping menggantikan patung kendang sama saja dengan tidak mendengarkan suara rakyat. Pasalnya, beberapa waktu lalu saat rencana penggantian patung kendang dengan patung tobong gamping digulirkan, sejumlah elemen masyarakat menggelar aksi penolakan.
Pihaknya juga sempat memberi rekomendasi kepada Bupati Gunungkidul agar membatalkan rencana itu.
"Karena itu kita sudah menyurat kepada Bupati melalui Ketua DPRD kaitannya dengan (patung) tobong gamping. Itu kita memberikan surat kepada Bupati tetapi tidak ditanggapi," kata Suharno kepada wartawan di Gunungkidul, Senin (26/9).
Suharno mengatakan, bahwa DPRD menilai ide patung tobong gamping sebagai pengganti patung kendang nihil akan makna filosofis. Pasalnya tobong merupakan simbol kegiatan ekstraktif, sehingga bertolakbelakang dengan upaya optimalisasi bentang alam geopark.
"Tapi kayaknya si tobong gamping ini mau tetap dilanjutkan. Dalam paripurna kemarin, Badan Anggaran menyampaikan bahwa itu menjadi tanggung jawab Bupati, DPRD tidak ikut bertanggung jawab dalam hal pembuatan patung tobong gamping," ujarnya.