Desain Patung Tobong Gamping Gunungkidul yang Tuai Polemik

Desain Patung Tobong Gamping Gunungkidul yang Tuai Polemik

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Senin, 26 Sep 2022 15:28 WIB
Desain patung tobong gamping di bundaran Siyono, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul.
Desain patung tobong gamping di bundaran Siyono, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul. Foto: dok. DPUPRKPΒ Gunungkidul
Gunungkidul -

Proyek tata kota Kabupaten Gunungkidul Rp 7 miliar menuai polemik, salah satunya soal rencana pembuatan bangunan ikonik patung tobong gamping menggantikan patung kendang yang berada di bundaran Siyono. Begini desain patung tobong gamping tersebut.

Dilihat berdasarkan foto yang diterima wartawan dari Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, patung atau bangunan tobong gamping berada di tengah-tengah bundaran Siyono, Kapanewon Playen.

Dilihat dari foto tersebut, patung atau bangunan tobong gamping berbentuk bulat menjulang ke atas. Sementara patung kendang yang saat ini berdiri berupa orang berpakaian busana Jawa tengah memainkan alat musik tradisional kendang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lokasi bundaran Siyono merupakan pintu masuk ke Kota Wonosari dari arah Jogja, di jalan Jogja-Wonosari. Tak jauh dari lokasi itu, terdapat bangunan ikonik lainnya yakni Taman Budaya Gunungkidul (TBG) dan Gedung Serba Guna Siyono.

Proyek Patung Tobong Gamping

Diberitakan sebelumnya, Pemkab Gunungkidul bakal membangun ikon berbentuk bangunan tobong gamping di kawasan bundaran Siyono, Kapanewon Playen, untuk menggantikan patung pengendang. Hal itu disebut berdasarkan sejarah Gunungkidul yang kaya akan batu kapur bahan baku gamping.

ADVERTISEMENT

"Bangunan tobong dengan tinggi 9 meter dan diameter 4 meter akan menjadi pengganti patung pengendang," kata Kepala DPUPRKP Gunungkidul Irawan Jatmiko kepada wartawan, Senin (11/4/2022).

"Tobong akan menjadi ikon Gunungkidul karena memang menurut riwayat Gunungkidul (batu kapur) menjadi sumber bahan baku tobong," ujarnya.

Proyek Dipastikan Bergulir

Pemkab Gunungkidul memastikan mengganti bangunan ikonik patung kendang di bundaran Siyono dengan patung tobong gamping. Penggantian patung yang masuk dalam penataan wajah kota tahap I ini menelan anggaran hingga Rp 7 miliar.

"Patung Kendang akan diganti Tobong," kata Kepala DPUPRKP Gunungkidul Irawan Jatmiko melalui keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (19/9).

Sedangkan patung kendang di bundaran Siyono akan dipindahkan di Pasar Sumber Rejeki Playen yang berada di Jalan Manthous. Rencana pengerjaan wajah kota akan dimulai hari ini dan untuk penataan wajah kota tahap 1 ini dikucurkan anggaran sesuai nilai kontrak sebesar Rp 7,6 miliar.

"Selain itu (pemindahan patung kendang) juga akan merapikan kabel. Namun untuk jaringan listrik tidak akan dipindahkan," ujarnya.

Penghapusan aset pohon nantinya dikoordinir oleh Bidang Aset BKAD Kabupaten Gunungkidul, dan diusulkan oleh OPD Pemegang Kartu Inventaris Barang.

"Jadi jaringan telekomunikasi (kabel FO) akan ditata dan dirapikan jika memungkinkan akan dibuat ducting untuk penempatan kabel-kabel. Untuk jaringan PDAM akan ditata ulang dan ditempatkan di depan pedestrian," jelasnya.

Tuai Polemik

Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Suharno menilai keputusan Pemkab membangun patung tobong gamping menggantikan patung kendang sama saja dengan tidak mendengarkan suara rakyat. Pasalnya, beberapa waktu lalu saat rencana penggantian patung kendang dengan patung tobong gamping digulirkan, sejumlah elemen masyarakat menggelar aksi penolakan.

Pihaknya juga sempat memberi rekomendasi kepada Bupati Gunungkidul agar membatalkan rencana itu.

"Ya sudah, suara rakyat tidak didengar," ujar Suharno.

Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Suharno.Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Suharno. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Pemkab Didesak Kaji Ulang

Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Suharno mendesak Pemkab untuk mengkaji ulang keputusan mengganti ikon patung kendang menjadi patung tobong gamping di bundaran Siyono. Menurutnya, pemilihan ikon haruslah yang mewakili identitas dan menjadi kebanggaan masyarakat.

"Karena itu kita sudah menyurat kepada Bupati melalui Ketua DPRD kaitannya dengan (patung) tobong gamping. Itu kita memberikan surat kepada Bupati tetapi tidak ditanggapi," kata Suharno kepada wartawan di Gunungkidul, Senin (26/9/2022).

Suharno mengatakan, bahwa DPRD menilai ide patung tobong gamping sebagai pengganti patung kendang nihil akan makna filosofis. Pasalnya tobong merupakan simbol kegiatan ekstraktif, sehingga bertolakbelakang dengan upaya optimalisasi bentang alam geopark.

"Tapi kayaknya si tobong gamping ini mau tetap dilanjutkan. Dalam paripurna kemarin, Badan Anggaran menyampaikan bahwa itu menjadi tanggung jawab Bupati, DPRD tidak ikut bertanggung jawab dalam hal pembuatan patung tobong gamping," ujarnya.

"Untuk hak interpelasinya, itu kan daripada anggota dewan secara menyeluruh, nanti diparipurnakan. Tapi akan melihat, itu kayaknya diapa-apakan saja kalau interpelasi kan hanya untuk meminta pertanggungjawaban jawaban Bupati seperti apa, disurati saja sudah tidak menanggapi saudara Bupati itu," lanjut Suharno.

Suharno menambahkan, suatu bangunan khususnya yang menjadi ikon harus memiliki makna yang kontekstual dengan kondisi objektif potensi kekinian yang menjadi aset sosial ekonomi daerah. Selain itu juga harus memiliki konteks masa depan.

"Saya pelaku tobong gamping, saya orang nobong gamping pertama kali di desa kami. Saya merusak alam, saya memberikan polusi kepada rakyat, saya telah merusak tumbuh-tumbuhan itu kita rusak semua untuk kita bakar," cetusnya.

Sehingga seharusnya Pemkab lebih bijak memilih bangunan atau monumen yang bakal menjadi ikon daerah.

"Dan karena itu saya didemo agar berhenti, akhirnya saya berhenti demi masyarakat. Nah ini malah mau dijadikan ikon, itu kan ikon polusi dan apakah akan diteruskan. Kalau ikon yang cantik, seperti Manthous kan yang menciptakan campursari dan itu perlu dilestarikan," imbuh Suharno.

Halaman 2 dari 2
(rih/rih)


Hide Ads