Aliran Air Selokan Mataram Dimatikan, 544 Hektare Sawah Sleman Kekeringan

Aliran Air Selokan Mataram Dimatikan, 544 Hektare Sawah Sleman Kekeringan

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Selasa, 13 Sep 2022 20:39 WIB
Sejumlah petani membersihkan sampah di Selokan Mataram, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (21/2/2020). Ratusan petani bersama Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO), TNI dan Polri bekerja sama membersihkan sampah di Selokan Mataram pasca banyaknya warga yang membuang sampah serta mengumumkan sayembara berhadiah bagi yang menangkap warga tersebut. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/ama.
Selokan Mataram, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (21/2/2020). Foto: Antara Foto
Sleman -

Imbas ditutupnya Selokan Mataram untuk perbaikan berpengaruh pada kegiatan usaha tani tanaman pangan, hortikultura, peternakan, maupun perkebunan di Sleman. Dari catatan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, ratusan hektare sawah, kolam ikan, dan ternak yang kekurangan air.

Kepala DP3 Sleman Suparmono mengatakan wilayah pertanian dan peternakan meliputi delapan kapanewon. Mulai dari Kapanewon Minggir, Tempel, Godean, Gamping, Seyegan, Mlati, Depok, dan Kalasan.

Adapun Selokan Mataram yang melintas dari ujung barat Sleman hingga paling timur memiliki ukuran antara 2-6 meter dan mampu mengairi 15.734 hektare persawahan di sepanjang alirannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lahan sawah yang terkena dampak akibat dimatikannya Selokan Mataram total ada 544 hektare, kolam ikan ada 230.120 meter persegi, ternak sapi ada 55 ekor, dan ternak domba 33 ekor," kata Suparmono kepada wartawan, Selasa (13/9/2022).

Pria yang akrab disapa Pram itu mengatakan, dengan dilakukannya pemutusan aliran air Selokan Mataram maka sebagian petani yang sudah siap menanam padi terpaksa menunda menanam padi. Ada juga yang mengalihkan pada tanaman palawija dan hortikultura yang tidak terlalu banyak membutuhkan air.

ADVERTISEMENT

Namun ada juga petani yang tetap membiarkan tanahnya menjadi bero atau tidak produktif.

"Dari jumlah 544 hektare tersebut yang bero (tidak ditanami) ada 293 hektare dan 251 hektare yang di ada di Purwomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani Kapanewon Kalasan ditanami palawija umur sekitar 1-2 bulan," ujarnya.

Sementara itu Ketua Forum Petani Kalasan, Janu Riyanto mengatakan dengan ditutupnya Selokan Mataram memang berdampak pada tanaman.

"Untuk dampaknya petani kekurangan air dalam mengolah lahan maupun dalam memelihara tanaman," ujar Janu saat dihubungi wartawan.

Ia menuturkan, saat ini petani masih tertolong dengan adanya hujan yang kadang mengguyur wilayah Kalasan. Selain itu, kelompok tani setempat juga telah membuat sumur bor untuk mengantisipasi jika terjadi kekurangan air.

"Tapi untung masih ada hujan sehingga bisa membantu petani. Sumur ladang sudah ada, baik buatan swadaya maupun bantuan dari Dinas Pertanian juga pompanya. Bahkan, kemarin dari kalurahan membantu pompa air 9 buah untuk mengatasi apabila ada kekurangan air," pungkasnya.




(dil/sip)


Hide Ads