Warga Pedukuhan Gedangan, Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, melaksanakan upacara adat Cing Cing Goling. Upacara yang dilaksanakan setahun sekali ini dimulai dengan teatrikal hingga menyembelih ratusan ayam untuk ingkung sebagai wujud syukur kepada Tuhan.
Pantauan detikJateng, tampak bregada yang didominasi perempuan mengenakan kostum warna hijau dipadu emas berjalan mengawal dua pria yang mengusung puluhan wadah berbahan janur menggunakan bambu. Wadah tersebut berisi makanan seperti ingkung ayam yang selanjutnya dibawa ke lokasi upacara adat Cing Cing Goling.
Setelah itu, pria-pria yang mengenakan pakaian adat Jawa membawa makanan itu ke bawah pohon beringin bersama beberapa warga untuk berdoa. Tak berselang lama, belasan orang mengenakan pakaian serba hitam mengelilingi tiga orang yang memerankan seorang pria, wanita, dan pengawal sembari mengucapkan 'cing cing goling'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, tampak tiga orang itu dikejar-kejar belasan orang di ladang padi. Ditunjukkan pula sang pengawal mengayunkan cemetinya agar kerumunan itu bubar.
Pemangku adat Kalurahan Gedangrejo, Sugiyanto, menjelaskan teatrikal menunjukkan bagaimana pelarian Majapahit yakni Wisang Sanjaya dan istrinya bernama Yudopati ke Gedangrejo. Selama pelarian itu, keduanya kerap dikejar begal yang ingin memiliki Yudopati. Namun hal itu dapat dicegah seorang pria yang mengawal keduanya.
"Cing Goling itu kan menggambarkan perjalanan beliau (Wisang Sanjaya dan Yudopati) dari Majapahit ke wilayah ini. Artinya Cing Cing Goling, ini kan tarian," katanya saat ditemui di lokasi acara, Gedangan, Gunungkidul, Kamis (28/7/2022).
![]() |
Makna Cing Cing Goling menurut Sugiyanto ada dua. Di mana cing adalah nyincing atau menaikkan jarik yang dikenakan, sedangkan goling adalah keinginan atau rasa dari para begal yang ingin memiliki Yudopati karena parasnya yang cantik.
"Jadi pada saat istrinya Wisangsanjaya itu lari, itu nyincingke jarit, busana. Karena dikejar-kejar berandal, maka larinya itu cincing. Goling itu artinya hatinya berandal, perusuh itu ingin memiliki ada rudapaksa karena melihat sang putri (Yudopati)," ucapnya.
Setelah kejadian itu, Wisang Sanjaya dan Yudopati yang selamat kemudian membuat bendungan untuk mengairi lahan pertanian di Gedangan. Hal tersebut berujung dengan sejahteranya warga sekitar karena lahan pertanian mereka semakin subur akibat aliran air dari bendungan tersebut.
"Eyang Wisang sanjaya ini merupakan pahlawan petani di Gedangan karena membuat bendungan ini. Hingga akhirnya bisa mengalirkan air dan membuat lahan pertanian di sini," ujarnya.
Halaman selanjutnya, masuk Warisan Budaya Tak Benda...