38 Upacara Adat Tiap Provinsi di Indonesia Beserta Penjelasannya

38 Upacara Adat Tiap Provinsi di Indonesia Beserta Penjelasannya

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Jumat, 11 Apr 2025 13:33 WIB
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Solo gelar perayaan Grebeg Sekaten 2019. Warga pun antusias berebut gunungan yang berisi makanan di kirab tersebut.
Upacara adat Grebeg Mulud di Keraton Surakarta. (Foto: Antara Foto/Mohammad Ayudha)
Jogja -

Tidak hanya pakaian, rumah, dan alat musik, upacara adat tiap provinsi di Indonesia juga sangat menarik untuk kita telusuri. Tentunya tiap wilayah memiliki upacara adat yang beragam mengingat Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik dan ada 1.340 suku bangsa berdasarkan sensus BPS 2010.

Menurut Dr Jumardi MPd dan Andi MPd dalam buku Sejarah Lokal: Memahami Warisan Budaya Kita, upacara adat adalah praktik budaya yang menandai peristiwa penting dalam kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Upacara ini memiliki makna simbolis serta mempererat ikatan sosial dalam masyarakat.

Upacara kelahiran menyambut anggota baru dalam keluarga, pernikahan merayakan penyatuan dua individu, sementara kematian menjadi ritual perpisahan dengan yang telah tiada. Namun tidak hanya itu, upacara adat juga bisa berupa wujud rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Setiap suku di Indonesia memiliki tradisi unik dalam menjalankan upacara-upacara tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini adalah informasi lengkap mengenai upacara adat tiap provinsi di Indonesia yang dihimpun dari buku 100 Tradisi Unik di Indonesia tulisan Fatiharifah dan Wahana Ilmu Pengetahuan Sosial karya Sigit Widiantoro dkk. Mari simak informasi lengkapnya!

Upacara Adat Tiap Provinsi di Indonesia

1. Aceh

Dikutip dari buku Masyarakat Aceh, Lombok, dan Sumatera Barat tulisan Muhammad Arsad Nasution, Aceh memiliki sejumlah upacara adat, seperti upacara pernikahan adat yang mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai masyarakat Aceh. Upacara adat sering melibatkan prosesi tradisional dan doa-doa yang bersifat keagamaan. Seperti Peusijuek, Meugang, Kenduri Beureuat, Ritual Sawah Suku Kluet, Upacara Reuhab, Upacara Uroe Tulak Bala, dan Kenduri Pang Ulee.

ADVERTISEMENT

2. Sumatera Utara

Lompat Batu merupakan tradisi dari Nias yang hingga kini masih terus berlangsung. Hombo (lompat) batu merupakan tradisi yang sangat populer di masyarakat Nias, Kabupaten Nias Selatan. Tradisi Lompat Batu adalah ritual budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum.

3. Sumatera Barat

Di Sumatera Barat terdapat upacara adat berupa Pesta Tabuik, yang mana nama Tabuik itu diambil dari bahasa Arab yaitu Talbut yang berarti peti atau kotak kayu. Selain itu, menurut buku Adat dan Tradisi Sumatera Barat, ada pula Upacara Turun Mandi untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran seorang bayi.

4. Sumatera Selatan

Berdasarkan informasi dari Buku Ajar Kearifan Lokal Daerah Sumatera Selatan oleh Syarifuddin, Sedekah Rame merupakan upacara adat Palembang, Sumatera Selatan yang diadakan oleh rakyat yang berprofesi sebagai petani. Upacara adat ini dilakukan untuk meminta perlindungan dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa agar proses menanam padi hingga panen berjalan dengan lancar. Sedekah Rame ini dilakukan dengan cara membakar kemenyan dan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar berkenan memberkati proses penanaman padi mereka hingga tibanya waktu panen nanti.

5. Riau

Ritual Bakar Tongkang di Bagan Siapiapi, Riau, adalah tradisi tahunan masyarakat Tionghoa setiap bulan Juni sebagai bentuk syukur atas keberhasilan leluhur mereka menetap di perantauan. Kapal tongkang melambangkan kapal yang membawa leluhur ke Bagan Siapiapi, dan pembakarannya menegaskan tekad mereka untuk tidak kembali ke tanah asal.

Perayaan ini juga sebagai penghormatan kepada Dewa Laut Ki Ong Yan dan Tai Su Ong, yang dipercaya membawa keselamatan dan rezeki. Dalam bahasa Tionghoa, Bakar Tongkang disebut go ge cap lak, yang berarti 15-16 bulan kelima dalam penanggalan Imlek.

6. Jambi

Adat lamaran di Jambi diawali dengan Berserambahan, yaitu berbalas pantun sebagai tanda kesepakatan menikah. Pihak laki-laki mendatangi keluarga perempuan dengan membawa cincin pengikat, pakaian untuk akad, dan sirih pinang.

Prosesi lamaran diiringi pencak silat dan berbalas pantun sebelum menentukan tanggal pernikahan serta adat yang akan digunakan. Setelah semua tahap selesai, pernikahan diresmikan dalam prosesi Sedekah Labuh, yaitu akad nikah di hadapan pemuka agama.

7. Bengkulu

Tabot adalah tradisi di Bengkulu untuk mengenang Husein, cucu Nabi Muhammad, yang kemudian berkembang menjadi warisan budaya. Diperkenalkan oleh pekerja India pada abad ke-18, tradisi ini melibatkan berbagai ritual dan menggunakan peralatan khas seperti alat musik, bendera, serta tabot dari bambu dan rotan.

8. Kepulauan Riau

Tepuk Tepung Tawar adalah tradisi adat Melayu, khususnya di Kepulauan Riau, yang sudah ada sejak zaman kerajaan dan mengalami penyesuaian setelah masuknya Islam. Ritual ini melambangkan ungkapan syukur serta doa untuk menghapus segala penyakit dan membawa kebahagiaan.

Upacara ini menggunakan tiga peralatan utama, yaitu ramuan penabur, ramuan rinjisan, dan pedupaan, yang masing-masing memiliki makna keberkahan dan keselamatan. Hingga kini, tradisi Tepuk Tepung Tawar masih dilakukan dalam berbagai acara penting seperti pernikahan, kelahiran, dan penyambutan tamu kehormatan.

9. Bangka Belitung

Buang Jong adalah tradisi suku Sawang di Belitung yang dilakukan antara Agustus hingga November untuk memohon perlindungan saat melaut. Ritual ini dimulai dengan prosesi Berasik, dilanjutkan dengan melarung perahu kecil berisi sesaji ke laut, serta menampilkan tarian adat.

Ada juga ritual Numbak Duyung, barter barang antara orang darat dan laut, serta Beluncong, yaitu nyanyian khas suku Sawang. Tradisi ini menjadi bagian penting dari budaya masyarakat pesisir Belitung.

10. Lampung

Cakak Pepadun adalah upacara adat Lampung untuk mengangkat seseorang menjadi Punyimbang, yaitu pemuka adat dengan derajat lebih tinggi. Penilaian tidak berdasarkan keturunan, tetapi dari kemampuan ekonomi dan intelektual.

Prosesi ini melibatkan musyawarah adat, pemberian undangan dengan seserahan, serta rangkaian tarian seperti Cangget Pepadun dan Cangget Igel. Puncaknya, calon Punyimbang didudukkan di atas Pepadun, lalu diumumkan gelarnya beserta kedudukannya dalam adat.

11. Jawa Barat

Ngeuyeuk Seureuh adalah upacara adat perkawinan di Jawa Barat yang dilakukan sebelum akad nikah. Tradisi ini bertujuan untuk memberikan nasihat dan restu kepada calon pengantin agar rumah tangga mereka harmonis dan sejahtera. Prosesi ini dipimpin oleh sesepuh keluarga dengan berbagai simbol yang memiliki makna kehidupan berumah tangga.

12. Jawa Tengah

Menurut Husni Abdullah Mubarok dalam buku Berbagai Macam Upacara Adat di Indonesia Penuh Makna Kehidupan, upacara Dodol Dawet di Jawa Tengah berlangsung pada bulan Suro atau Muharam sebagai ungkapan syukur dan doa. Tradisi ini melibatkan doa bersama, pembuatan dodol dawet, serta pertunjukan tari dan musik. Acara diakhiri dengan pembagian makanan dan sumbangan bagi masyarakat.

13. Jawa Timur

Upacara Kasodo adalah ritual masyarakat Hindu di Gunung Bromo yang dilakukan dengan mempersembahkan sesajen ke kawah gunung. Tradisi ini merupakan bentuk syukur dan permohonan berkah kepada Sang Hyang Widhi. Upacara berlangsung setiap tahun dan menjadi bagian penting dalam budaya suku Tengger.

14. Jakarta

Dikutip dari buku Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta 5, upacara adat Nujuh Bulan adalah tradisi di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jakarta, yang dilakukan saat kehamilan memasuki tujuh bulan sebagai bentuk syukur dan doa agar ibu serta bayi dalam kandungan sehat dan selamat.

Selain doa, acara ini juga diisi dengan penyajian makanan khas, seperti nasi uduk dan kue tradisional. Meski bukan kewajiban, upacara ini tetap dilakukan oleh keluarga yang mampu sebagai harapan agar anak lahir dengan baik dan menjadi pribadi yang saleh.

15. Banten

Dikutip dari laman resmi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Provinsi Jawa Barat, masyarakat Baduy yang mendiami wilayah Banten memiliki upacara adat bernama Kawalu. Ini adalah tradisi tahunan sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Karesa atas hasil panen padi huma.

Upacara ini merupakan rangkaian sebelum seba, dengan tahapan ngalanjakan, kawalu, ngalaksa, dan puncaknya seba. Kawalu juga dikenal sebagai ngukus kawalu, yaitu pembakaran dupa sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

16. Daerah Istimewa Yogyakarta

Dikutip dari buku Sajen dan Ritual Orang Jawa tulisan Wahyana Giri MC, di DIY terdapat upacara adat bernama Sekaten. Sekaten adalah upacara tradisional yang berlangsung selama tujuh hari pada bulan Mulud sebagai bagian dari perayaan Garebeg Mulud.

Upacara ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang erat kaitannya dengan penyebaran Islam di Jawa. Hingga kini, Sekaten tetap dilestarikan sebagai warisan tradisi di Keraton Yogyakarta dan Surakarta.

17. Bali

Berdasarkan informasi yang terdapat pada laman DJKN Kemenkeu, upacara Melasti adalah ritual penyucian bagi umat Hindu yang dilakukan di sumber air seperti laut atau danau. Masyarakat berpakaian putih dan membawa perlengkapan sembahyang serta benda sakral dari Pura untuk dibersihkan.

Tujuannya adalah meningkatkan bhakti kepada Tuhan dan menjaga kelestarian lingkungan. Upacara ini biasanya berlangsung 3-4 hari sebelum Nyepi di berbagai tempat suci, seperti Kuta dan Uluwatu.

18. Nusa Tenggara Barat

Menurut Taqiyya Putri NS dalam buku Ayo Mengenal Indonesia: Nusa Tenggara, upacara Penangkapan Ikan Nyale adalah tradisi tahunan yang diadakan setiap 19 Februari di Pantai Kuta, Lombok Selatan. Acara dimulai pada malam hari dengan penyalaan api unggun dan lantunan pantun oleh para muda-mudi. Keesokan paginya, masyarakat menangkap ikan nyale, sementara para perjaka dan gadis berkejar-kejaran di laut menggunakan sampan kecil hingga tengah hari.

19. Nusa Tenggara Timur

Dikutip dari buku Nilai-Nilai Kearifan Lokal dan Implementasinya dalam Pendidikan Sekolah Dasar karya Karimatus Saidah dkk, upacara adat Reba di Kabupaten Ngada, Flores, NTT, adalah tradisi tahunan untuk menyambut tahun baru dengan rasa syukur kepada Tuhan.

Rangkaian upacara ini meliputi penyembelihan hewan kurban, pemberian sesajen kepada leluhur, tarian sedo uwi, perjamuan bersama, serta evaluasi dan pemberian petuah oleh para tetua suku. Tradisi ini mencerminkan nilai religius, kebersamaan, serta semangat untuk menjalani tahun baru dengan lebih baik.

20. Kalimantan Barat

Menurut Rohany dkk dalam bukunya Peralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya Daerah Kalimantan Barat, masyarakat di wilayah ini memiliki upacara adat bernama Naik Dango. Naik Dango adalah upacara adat yang dilakukan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atau Jubata atas hasil panen dan kesehatan selama bekerja di ladang.

Seluruh keluarga dan kerabat diundang untuk merayakannya dengan doa dan nyanyian mantra. Masyarakat percaya bahwa jika upacara ini tidak dilaksanakan, hasil panen tidak akan membawa berkah dan mereka bisa mengalami malapetaka.

21. Kalimantan Tengah

Maniring Hinting adalah upacara adat Dayak di Kalimantan Tengah yang bersifat sakral dan memiliki kekuatan magis, sehingga tidak bisa dilakukan sembarangan. Dikutip dari buku Tahinting Pali tulisan Linggua Sanjaya Usop, upacara ini dapat dilakukan untuk kepentingan keagamaan Hindu Kaharingan.

Upacara ini biasanya dilakukan dengan izin lembaga agama, atau untuk kepentingan adat dalam mempertahankan hak atas tanah yang cukup dipimpin oleh tokoh adat. Bagi masyarakat Dayak Ngaju, Maniring Hinting tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga nilai sosial dan budaya yang penting.

22. Kalimantan Selatan

Menurut N Arie Any dalam buku Ayo Mengenal Indonesia: Kalimantan 2, Aruh Ganal adalah pesta adat terbesar di Kalimantan Selatan yang berlangsung selama sepekan. Upacara ini dipimpin oleh para balian Dayak Meratus dengan ritual membaca mantra (bamamang) dan menari (batandik) di balai, diiringi tabuhan gendang. Tradisi ini menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan syukur.

23. Kalimantan Timur

Dikutip dari buku Warisan Budaya Kalimantan Timur tulisan Satyawati Surya dkk, upacara Mecaq Undat atau Mesaq Undat adalah tradisi suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur sebagai ungkapan syukur atas hasil panen. Upacara ini diawali dengan kesepakatan antara Kepala Desa dan Kepala Adat, lalu masyarakat bersama-sama menyiapkan Undat, menampilkan tarian, serta mengadakan doa syukuran.

Pembuatan Undat melibatkan proses menumbuk beras hingga menjadi tepung, mencampurnya dengan gula dan kelapa, lalu membakarnya dalam bambu. Tradisi ini tidak melibatkan sesajen atau persembahan kepada roh.

24. Kalimantan Utara

Dilansir laman Portal Informasi Indonesia, festival Iraw Tengkayu adalah upacara adat suku Tidung di Kalimantan Utara yang diadakan setiap tahun di Kota Tarakan. Festival ini merupakan perayaan budaya dan bentuk syukur kepada leluhur, dengan acara utama Parade Padaw Tuju Dulung, yaitu perahu hias yang dihanyutkan ke laut.

Selain itu, festival ini juga menampilkan berbagai kegiatan budaya seperti tarian, pawai, dan perlombaan tradisional. Oleh karena itu, tak mengherankan jika keberadaan festival ini menjadikannya daya tarik wisata budaya yang khas di Kalimantan Utara.

25. Sulawesi Utara

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Tomohon, di Minahasa Sulawesi Utara, terdapat upacara adat Naik Rumah Baru sebagai bentuk syukuran ketika seseorang atau keluarga menempati rumah baru. Upacara ini berasal dari tradisi rumah panggung Minahasa, di mana untuk memasukinya harus menaiki anak tangga. Ritual ini melambangkan harapan akan kehidupan yang sejahtera dan berkah di tempat tinggal yang baru.

26. Sulawesi Selatan

Berdasarkan buku Wawasan Nusantara oleh Sri Widayarti, Accera Kalompoang adalah upacara adat sakral di Gowa, Sulawesi Selatan, yang dilakukan di rumah adat Balla Lompoa. Ritual ini berupa pencucian benda pusaka kerajaan seperti mahkota, gelang naga, rantai emas, dan senjata sakti dengan air sumur Bungun Lompoa. Tradisi ini pertama kali dilakukan pada masa Raja Gowa ke-14, Sultan Alaudin, dan berlangsung dua hari menjelang serta pada hari raya Idul Adha.

27. Sulawesi Tenggara

Upacara Rambu Solo adalah ritual kematian masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Tenggara, yang dianggap unik dan menjadi daya tarik wisata. Dikutip dari buku Indonesia Nan Indah Upacara Adat tulisan Maryani, upacara ini dilakukan agar seseorang benar-benar dianggap meninggal setelah dikuburkan.

Sebelum upacara, jenazah masih dianggap sakit, diberi makanan, dan ditempatkan di sebelah selatan tongkonan. Setelah beberapa hari, jenazah dililit selendang panjang dan wajahnya dihadapkan ke barat.

28. Sulawesi Barat

Dikutip dari buku Menjaga Tradisi Maritim tulisan Ismail Ari dan Ismail Suardi Wekke, wilayah Sulawesi Barat memiliki upacara adat bernama Mokkufiwa Lopi. Ini adalah ritual nelayan Mandar di Sulawesi Barat yang dilakukan sebelum berlayar atau saat ada perahu baru.

Ritual kuliwa dalam tradisi ini bertujuan untuk memohon keselamatan selama pelayaran. Nelayan Mandar percaya bahwa jika kuliwa tidak dilakukan, maka perjalanan mereka berisiko mengalami musibah atau kejadian buruk.

39. Sulawesi Tengah

Upacara adat di Sulawesi Tengah meliputi berbagai ritual seperti perkawinan (no-Rano, no-Raego), kematian (no-Vaino), panen (no-Vunja), dan penyembuhan penyakit (no-Balia). Menurut Khairul Jasmi dalam buku Sulawesi Tengah Bangkit, sebelum masuknya Islam dan Kristen, upacara ini dilakukan dengan mantra animisme. Setelah agama masuk, beberapa upacara seperti khitan (Posuna), khatam (Popatama), dan gunting rambut bayi (Niore ritoya) disesuaikan dengan ajaran Islam.

30. Gorontalo

Dikutip dari 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia menurut Fitri Haryani, Molonthalo adalah upacara adat Gorontalo yang dilakukan sebagai ritual tujuh bulanan bagi ibu hamil anak pertama. Upacara ini bertujuan untuk memberikan doa keselamatan serta mengingatkan gadis-gadis agar menjaga kehormatan.

Dipimpin oleh bidan kampung, prosesi ini melibatkan kerabat suami, tokoh agama, serta anak-anak yang melambangkan kesucian. Ritualnya mencakup pemberian tanda pada tubuh ibu hamil dan doa-doa khusus sebagai simbol harapan untuk masa depan anak yang dikandung.

31. Maluku

Dikutip dari buku 100 Tradisi Unik di Indonesia karya Fatiharifah, Suu Anaku adalah upacara adat suku Naulu di Maluku Tengah Provinsi Maluku yang bertujuan melindungi bayi dari roh jahat dan menghilangkan sifat buruk. Ibu yang akan melahirkan dibawa ke hutan (posuno) oleh dukun dan kaum perempuan.

Bayinya lalu dimandikan dengan air keramat dari Sungai Nua. Setelah delapan hari, diadakan pesta adat, kemudian bayi dibawa ke hutan untuk diperkenalkan kepada roh leluhur sebagai ungkapan syukur atas kelahirannya.

32. Maluku Utara

Masih menurut Fatiharifah dalam buku 100 Tradisi Unik di Indonesia, Kololi Kie adalah upacara adat di Maluku Utara yang dilakukan dengan mengelilingi Gunung Gamalama di Pulau Ternate. Awalnya, ritual ini bertujuan untuk meredakan gejala alam yang menandakan erupsi gunung.

Akan tetapi, upacara ini kini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur kesultanan. Upacara dimulai dari Jembatan Dodoku Ali dengan doa keselamatan, lalu rombongan perahu yang dipimpin Sultan mengelilingi pulau sambil menabur bunga dan memainkan musik tradisional.

33. Papua

Dikutip dari Indonesiana: Kilau Budaya Indonesia Vol 4 2018 terbitan Kemendikbud RI, suku di Kabupaten Biak Numfor memiliki upacara adat bernama Munar Kabor-Indos. Upacara tersebut merupakan inisiasi bagi pemuda yang menandai kedewasaan.

Ritual ini meliputi wor apen beyeren, di mana keluarga ibu berjalan di atas batu panas setelah mengolesi kaki dengan ludah pinang atau air mantra. Ada juga wor kapakpok, di mana paman memikul keponakannya sambil menari dan menghias tubuhnya dengan harta berharga.

34. Papua Barat

Berdasarkan informasi yang dipublikasikan pada laman Pemerintah Kabupaten Teluk Wondana, upacara adat di wilayah ini adalah Wamendereow dan Kiuturu Nandauw. Wamendereow adalah upacara pernikahan yang melibatkan seluruh warga kampung berkumpul di rumah pengantin pria. Sementara itu, Kiuturu Nandauw merupakan ritual potong rambut pertama bagi anak yang berusia lima tahun.

35. Papua Tengah

Kembali dikutip dari Indonesiana: Kilau Budaya Indonesia Vol 4 2018 terbitan Kemendikbud RI, Karapao adalah upacara inisiasi bagi anak laki-laki Suku Kamoro di Papua Tengah, tepatnya di Mimika, sebagai tanda pendewasaan. Melalui ritual ini, mereka diterima secara sah dalam kelompoknya dan dapat mewarisi keterampilan mengukir dari orang tuanya. Upacara ini menjadi momen penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Kamoro.

36. Papua Selatan

Dilansir laman resmi Pemerintah Kabupaten Merauke, salah satu upacara adat yang populer dari Papua Selatan adalah Bakar Batu. Ini adalah tradisi penting di Papua sebagai ungkapan syukur, perayaan kebahagiaan, dan ajang kebersamaan. Upacara ini melibatkan pembakaran batu hingga panas, lalu digunakan untuk memasak babi, sayuran, dan ubi dalam lubang tanah. Ritual ini juga dijadikan penyambutan tamu kehormatan dan mempererat solidaritas masyarakat Papua.

37. Papua Pegunungan

Suku Dani yang menempati wilayah Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan juga memiliki upacara adat inisiasi bagi anak laki-laki. Dikutip dari buku Aneka Budaya Masyarakat Dani (Irja) dan Sumba (NTT) yang disusun Sri Saadah dan Elizabeth TG, nama upacara tersebut adalah Waya Hagat Abin yang menandai peralihan anak laki-laki menuju kedewasaan.

Upacara ini berlangsung selama sembilan hari dan bertujuan menanamkan semangat berperang. Anak yang diinisiasi diberi berbagai benda simbolis, seperti jarek-eken, noken, batu hitam, dan panah, yang melambangkan tanggung jawab baru. Setelah upacara, mereka dianggap dewasa dan boleh tinggal di honai, rumah laki-laki.

38. Papua Barat Daya

Dikutip dari laman Portal Informasi Indonesia, Buka Egek adalah tradisi Suku Moi di Papua Barat Daya yang bertujuan menjaga keseimbangan alam dengan mengambil sumber daya secukupnya. Upacara ini dilakukan saat masyarakat membutuhkan hasil alam untuk keperluan tertentu, seperti pembangunan fasilitas umum. Ritualnya diiringi tarian adat A'len dan mendapat pengakuan hukum sebagai bagian dari pelestarian lingkungan.

Nah, itulah tadi sejumlah upacara adat tiap provinsi di Indonesia beserta penjelasannya lengkap. Semoga bermanfaat!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads