15 Ternak Mati, Puluhan Warga Gunungkidul Bergejala Mirip Antraks

15 Ternak Mati, Puluhan Warga Gunungkidul Bergejala Mirip Antraks

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Kamis, 03 Feb 2022 06:30 WIB
Tapal Batas Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY), Rabu (15/9/2021).
Gunungkidul (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Gunungkidul -

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul menyebut ada belasan hewan ternak yang terdiri dari sapi dan kambing mati akibat antraks. Sampel warga yang bergejala mirip antraks telah diuji dan kini masih ditunggu hasilnya.

Belasan ternak mati akibat antraks

Belasan hewan ternak di Gunungkidul yang terdiri dari sapi dan kambing mati akibat antraks. Saat ini Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates sudah melakukan penanganan.

"Yang jelas di Gunungkidul dengan antraks ini betul positif ada. Sekali lagi betul positif ada, ternak ya, yang terkonfirmasi ada beberapa tadi yang disebutkan," kata Bupati Gunungkidul Sunaryanta kepada wartawan, Senin (31/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan untuk hasil dari 10 sampel warga Kapanewon Gedangsari yang mengidap tanda-tanda penyakit antraks, Sunaryanta mengaku belum keluar. Namun satu warga dirujuk ke RSUD Wonosari.

Pihaknya pun sudah mengambil langkah penanganan terhadap hewan ternak di Gedangsari.

ADVERTISEMENT

"Sedangkan untuk orang-orang kita yang terindikasi antraks sampai hari ini (Senin, 31/1) secara medis belum ada yang dinyatakan itu, kita tunggu saja. Untuk tindak lanjut ada vaksin dan macam-macam itu sudah kita lakukan," ujarnya.

Oleh sebab itu Sunaryanta meminta kepada masyarakat agar tidak terlalu panik atau khawatir menyikapi munculnya antraks. Mengingat pihaknya sudah bergerak secepat mungkin untuk menekan penyebaran antraks.

"Tetapi, sekali lagi tidak usah khawatir dan panik. Semua ada obatnya, insyaallah mulai hari ini sudah kita tangani. Untuk yang takut makan daging sapi juga saya katakan jangan khawatir, jangan panik, karena ada obatnya," ucapnya.

Sementara itu, Kepala BBVet Wates Hendra Wibawa mengamini apa yang dikatakan Bupati Gunungkidul. Hendra menyebut ada belasan hewan ternak yang mati akibat terpapar antraks.

"Seperti yang disampaikan Pak Bupati, di hewan memang sudah terkonfirmasi terkena bakteri antraks. Kalau hasil dari investigasi kami bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Gunungkidul) total kematian hewan itu ada 11 sapi dan 4 kambing," ujar Hendra.

"Jadi ada 5 sapi di Kapanewon Ponjong dan 6 sapi di Kapanewon Gedangsari. Kemudian 2 kambing di Ponjong dan 2 kambing di Gedangsari. Untuk laporan pertama kali pertengahan Desember kemudian baru ada laporan di Januari dan dilakukan investigasi," lanjut Hendra.

Menyoal tindak lanjut, pihaknya sudah melakukan pengobatan terhadap ternak-ternak di daerah terpapar antraks. Menurutnya jika penanganan cepat dilakukan, semakin cepat pula ternak-ternak itu sembuh.

"Sebenarnya pada hewan ini meskipun sudah terkena dan cepat tertangani insyaallah bisa disembuhkan. Tapi langkah penanganan paling tepat adalah diobati di lokasi kasus dan dilakukan vaksinasi di sekelilingnya," katanya

"Selain itu tidak mengeluarkan sapi di daerah situ sampai pengendalian selesai dan dilakukan pengobatan secara cepat lalu dilanjutkan vaksinasi pada hewan," imbuh Hendra.

Dia juga menyebut penanganan tersebut kemungkinan tidak memakan waktu hingga berbulan-bulan. Mengingat saat ini pihaknya sudah menangani hal tersebut.

"Tidak terlalu lama, paling 3-4 minggu lalu terkendali dengan cepat dan insyaallah kasus tidak bertambah, ini saja sudah tidak ada tambahan kasus," katanya.

Dinkes sebut ada puluhan orang bergejala mirip antraks

Sementara itu, Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan dari kasus 15 ternak yang mati karena antraks, ada 23 orang yang memiliki gejala menyerupai antraks. Sampel 23 orang itu sudah dikirim ke BBVet Bogor.

"Ya jadi yang memiliki gejala suspek kita ambil di Ponjong ada 13 orang dan yang di Gedangsari ada 10 orang. Mereka bergejala semua, gejalanya terutama di kulit melepuh-melepuh, ciri khas mirip antraks tapi kan sampel manusia kita kirim di BBVet Bogor," ucapnya.

Dari puluhan orang tersebut, Dewi menyebut ada satu orang yang harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari. Sedangkan lainnya tengah menjalani rawat jalan dengan monitoring ketat pihaknya bersama perangkat kalurahan.

"Satu kita rujuk ke RSUD Wonosari. Lainnya masih di kulit semua kita tangani di lapangan. Kita lakukan monitoring selama 2 kali masa inkubasi jadi masa inkubasi maksimal 60 hari jadi 120 hari," ujarnya.

"Nanti kita kerja sama dengan RT, Lurah, Dukuh mengamati manusianya adakah yang bertambah. Kalau 2x60 hari tidak ada tambahan berarti aman," imbuh Dewi.

Antraks belum pengaruhi harga ternak

Munculnya belasan hewan ternak yang mati karena terpapar antraks belum memengaruhi jual-beli ternak di Pasar Hewan Siyono, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen, Gunungkidul.

Salah seorang penjual ternak asal Kapanewon Panggang, Yanto, mengaku malah belum mengetahui soal adanya kasus antraks di Gunungkidul.

"Saya malah baru tahu tadi ini (soal kasus antraks). Kalau masalah harga ternak saat ini masih terbilang masih stabil, semoga saja terus stabil," kata Yanto kepada wartawan di Pasar Hewan Siyono, Gunungkidul, Rabu (2/2/2022).

Namun, Yanto berharap kasus antraks bisa segera terkendali dan informasinya tidak meluas ke mana-mana. Mengingat hal itu bisa memengaruhi harga jual ternak.

"Semoga antraks pada ternak tidak menyebar luas dan bisa segera dikendalikan biar harga jual tetap stabil. Karena kita kan butuh pemasukan juga dan selama ini pemasukan berasal dari jualan sapi," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pengelola Pasar Hewan Siyono, Isnaning Suindarti, mengatakan belum ada penurunan jual-beli ternak secara signifikan di pasar tersebut. Menurutnya, penurunan malah terjadi untuk jumlah pengunjung di pasaran kali ini.

"Kalau di sini penurunannya kurang lebih 10 persen. Tapi untuk transaksi masih stabil meski ada penurunan sedikit," ujar Isnaning.

Ternak di Pasar Hewan Siyono dipastikan sehat

Selain itu, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi terhadap pedagang ternak di Pasar Hewan Siyono. Bahkan, pihaknya meminta agar hewan ternak yang sakit untuk keluar dari area pasar terlebih dahulu.

"Kalau ada ternak sapi atau kambing yang menunjukkan gejala sakit kami minta agar dibawa keluar dari area pasar. Dokter hewan juga sudah kita siagakan," ucapnya.

Untuk antisipasi, Isnaning menyebut sejak tahun 2019 Pasar Hewan Siyono sudah dilengkapi ruangan dipping. Ruang tersebut merupakan kolam kecil berisi cairan disinfektan yang di sekelilingnya dilengkapi semprotan.

"Untuk dipping di depan itu jadi ruangan penyemprot ada sensornya. Jadi hewan ternak yang masuk disemprot," katanya.




(rih/rih)


Hide Ads