Sosok Zayinul Fata bukan nama baru dalam kancah politik Kabupaten Demak. Legislator yang telah duduk di kursi DPRD sejak periode 2019-2024 ini dipercaya menjadi Ketua DPRD Demak 2024-2029 dan gencar menyuarakan ekonomi rakyat hingga lingkungan pesisir.
Ketua DPC PKB Demak itu dikenal tak hanya aktif di parlemen, tetapi juga hadir di tengah-tengah masyarakat terdampak. Fokus utamanya yakni kelompok lemah secara ekonomi dan wilayah yang terus dihantam bencana ekologis seperti rob dan abrasi.
"Banyak masyarakat kita yang belum menikmati akses pendidikan dan kesehatan secara layak. Mereka juga tertinggal secara ekonomi. Dan rob membuat semuanya semakin berat," kata Zayinul saat dihubungi detikJateng, Senin (22/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zayinul menyebut, lima kecamatan di Demak seperti Sayung, Karangtengah, Bonang, hingga Wedung terdampak rob hampir setiap tahunnya. Bagi Zayinul, masalah ini tak bisa disikapi sebatas normalisasi atau pembangunan fisik, tapi juga pendekatan komprehensif yang berpihak pada warga.
"Anak-anak harus naik armada laut ke sekolah karena jalan tergenang air setinggi leher, audah tidak bisa dilalui menggunakan kendaraan umur. Ini darurat. Bukan hanya soal banjir, tapi menyangkut masa depan generasi kita," tegasnya.
Tak hanya melalui jalur kebijakan, Zayinul bersama elemen masyarakat sipil juga menggalang swadaya untuk menyediakan material penahan abrasi dan distribusi bahan pokok ke desa-desa terdampak.
Perhatian Zayinul pada isu lingkungan bukan datang tiba-tiba. Mantan aktivis kampus dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu menyebut, menjadi anggota PMII hingga Pattiro semasa kuliah membentuk cara pandangnya dalam melihat krisis sosial dan ekologis sebagai satu kesatuan.
"Lingkungan bukan hanya soal air dan tanah. Tapi juga soal bagaimana manusia hidup berdampingan, saling menjaga, dan membangun masa depan bersama," ujarnya.
Ia menegaskan, perjuangan politiknya lahir dari prinsip keadilan sosial dan keberpihakan pada yang lemah.
"Kita ini tidak punya makna kalau tidak tumbuh bersama rakyat. Hanya pemimpin-pemimpin yang teruji, berintegritas, yang setiap hari bersama masyarakat. Tanpa
kekuatan masyarakat, kita hanya menjadi pemimpin karbitan, nggak ngerti apa yang kita lakukan," ungkapnya.
Zayinul pun mengingatkan para legislator agar tidak terjebak rutinitas seremonial. Menurutnya, menjadi anggota dewan bukan soal jabatan, tetapi tanggung jawab untuk hadir dan bekerja nyata.
"Prinsip yang paling saya pegang dari muda sampai hari ini adalah di mana pun berada, menjadi seorang pemimpin harus bisa menciptakan sekaligus mewujudkan seluruh agenda kebijakan yang bisa mendatangkan kemaslahatan untuk rakyat," katanya.
Zayinul mengaku bertekad mendorong kebijakan pembangunan yang adil, terutama untuk masyarakat pesisir yang selama ini menghadapi dampak langsung perubahan iklim dan ketimpangan pembangunan.
"Karena lingkungan yang baik, yang bersih, yang tumbuh dan berkembang di dalam kedamaian masyarakat itulah lingkungan yang kita harapkan, sehingga masa depan anak-cucu kita mampu kita selamatkan dengan sebaik-baiknya," jelasnya.
Ia pun mengutip surah Ar Rum ayat 41 yang berisikan tentang terjadinya kerusakan di muka bumi akibat ulah manusia. Hal itu yang ia sebut sebagai alasan dirinya konsisten berkecimpung di lingkungan.
"Penting bagi kami di sini untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan, baik lingkungan secara umum, maupun lingkungan secara tata perilaku masyarakat sekitar," ujarnya.
(afn/afn)