Warga Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, menggelar tradisi festival budaya bulusan. Uniknya tradisi ini warga memberikan makan kupat hingga ingkung untuk bulus atau kura-kura.
Pantauan detikJateng di lokasi, warga memadati kompleks makam Mbah Dudo Desa Hadipolo hari ini. Adapun kirab budaya dimulai dari arah utara sejauh 1 kilometer menuju kompleks makam.
Ada 10 gunungan yang dikirab hari ini. Tiap gunungan berisi dari hasil bumi, kupat, hingga buah-buahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesampai di kompleks makam Mbah Dudo, beberapa peserta menampilkan teatrikal. Tradisi Bulusan ini puncaknya saat tokoh masyarakat memberikan makan kupat, lepet, dan ingkung untuk bulus.
Acara ditutup dengan pembagian gunungan. Meski demikian warga yang tidak sabar sudah merebut gunungan yang berisi hasil bumi tersebut.
Panitia Acara Tradisi Bulusan, Muhammad Aris menjelaskan kirab budaya Bulusan dimulai dengan tahlil umum yang dihadiri warga setempat pada Minggu (6/4) malam. Kemudian ada kirab budaya Bulusan yang digelar hari ini.
"Tema yang kami angkat adalah seribu kupat lepet. Artinya kesejahteraan rakyat itu dilihat dari pola makan yang baik," jelas Aris kepada detikJateng ditemui di lokasi, Senin (7/4/2025).
Dia menjelaskan kirab ini diikuti sembilan tim. Setiap tim membawa satu gunungan. Gunungan dikirab menuju kompleks Makam Mbah Dudo.
"Jadi pagi ini ada 10 gunungan plus gunungan dari panitia satu. Isinya ada hasil bumi ada kupat lepet buah-buah juga ada," jelasnya.
![]() |
Setelah itu, lanjut dia, acara inti yakni memberikan makan bagi hewan bulus yang ada di kolam kompleks makam Mbah Dudo. Tujuannya adalah bersedekah kepada binatang yang dulunya dari cerita merupakan santri Mbah Dudo yang disabda oleh Sunan Muria.
"Maksud dan tujuannya kita memberi makan bulus ini peninggalan dari Sunan Muria itu tetap kita rawat sampai sekarang termasuk memberi makan ini," ungkap dia.
"Harapan kami setelah ini adalah kesejahteraan kebersamaan persaudaraan dari warga dapat berjalin dengan baik," Aris melanjutkan.
![]() |
Kisah Tradisi Bulusan
Aris menceritakan tradisi bulusan ini tidak lepas dari cerita turun-temurun. Konon, kata dia, ada santri Mbah Dudo yang merupakan teman Sunan Muria sedang di sawah hingga petang.
Kedua santri bernama Umaro dan Umari ketika itu bekerja di sawah hingga petang saat bulan Ramadan. Sunan Muria kebetulan melewati sawah itu dan penasaran dengan suara gemercik seperti bulus.
"Itu disabda menjadi bulus yang kemudian ditempatkan di sini," ungkap dia.
![]() |
Hingga sekarang cerita itu dilestarikan oleh warga setempat. Terutama saat 7 Syawal warga menggelar tradisi bulusan. Tak hanya itu warga yang akan mengadakan acara pasti mengirim makanan ke punden makam Mbah Dudu dan kolam bulus.
"Mereka percaya jika mengirim makanan ke sini acara yang akan digelar berlangsung lancar dan aman. Kalau nggak misalnya masak nasi nggak matang-matang. Terus buat sumur seharusnya 4 meter sudah ada airnya ini belum. Itu ceritanya," ungkap dia.
Warga setempat, Anis mengaku rela berebut gunungan ini. Dia mendapatkan kupat hingga sayuran. Menurutnya hasil merebut gunungan ini bisa mendapatkan berkah.
"Ini dapat kupat lepet sama sayuran. Katanya ada berkahnya," ungkap dia.
(rih/rih)