Jika berbicara mengenai Kabupaten Tegal, tak melulu soal kuliner dan wisatanya saja. Pernahkah detikers mendengar cerita rakyat tentang si Gringsing dan si Kasur asal Tegal? Yuk simak kisahnya singkatnya berikut ini.
Dikutip dari buku Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur oleh IB Mantra dkk, cerita rakyat adalah salah satu jenis sastra lisan. Ciri-ciri cerita rakyat atau folklore di antaranya adalah disebarkan melalui tutur kata (mulut ke mulut), terdapat beberapa versi cerita, dan nama penciptanya tak lagi diketahui.
Sebagai salah satu cerita rakyat yang khas dari Jawa Tengah, khususnya Tegal, si Gringsing dan si Kasur merupakan kekayaan budaya yang menarik untuk diketahui. Adapun kisahnya bercerita tentang sepasang suami istri yang diuji kesetiaannya hingga menjadi manusia setengah ular.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah Si Gringsing dan Si Kasur
Dikutip dari skripsi bertajuk Food Gastronomy Sebagai Pembentuk Identitas Sosial oleh Dian Istiqomah dari UIN Walisongo Semarang, cerita rakyat satu ini tepatnya berasal dari Desa Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal.
Dulu, masyarakat Desa Lebaksiu Kidul bermata pencaharian sebagai petani. Di antara mereka, terdapat sepasang pengantin anyar bernama Gringsing (istri) dan Kasur (suami). Sama seperti penduduk desa lain, keduanya juga bekerja sebagai petani.
Setiap hari, Kasur menjalani aktivitas hariannya, yakni bertani di sawah. Dari pagi sampai sore, aktivitasnya berkutat bersama tanaman padi di sawah. Saat matahari bersinar di atas kepala alias siang hari, Kasur beristirahat.
Suatu ketika, sebelum masuk waktunya istirahat, Kasur menemukan sebutir telur. Ia berpikir untuk membawa telur tersebut ke rumah dan memakannya bersama sang istri tercinta. Namun, di sisi lain, ia juga berpikir untuk memakan telur tersebut sendirian.
Singkat cerita, Kasur memutuskan untuk memakannya sendiri. Ia segera merebus telur tersebut. Usai matang, setengahnya langsung Kasur lahap. Tak seberapa lama, Kasur mendapati kejanggalan di tubuhnya.
Kasur merasa tubuhnya begitu panas yang tak tertahankan. Untuk mengatasi rasa panas tersebut, Kasur mencari lebak atau kubangan air untuk berendam. Begitu menemukannya, Kasur segera berendam di lebak tersebut.
Siapa sangka, betapa terkejutnya Kasur ketika sadar bahwa setengah tubuhnya sudah berubah menjadi ular. Di sisi lain, istri Kasur, yakni Gringsing, bersiap untuk mengantarkan makanan yang akan dimakan bersama sang suami di sawah.
Sesampainya di sawah, Gringsing bingung karena tidak mendapati Kasur. Ia kemudian mencari sang suami. Gringsing kemudian berhasil menemukan suaminya dalam keadaan masih berendam di sebuah lebak yang sempit.
Mengetahui Kasur telah berubah wujud menjadi manusia setengah ular, Gringsing terkejut. Ia menanyakan kepada sang suami, apa yang sebetulnya terjadi. Kasur menjelaskan kejadian yang menimpanya.
Setelah itu, Kasur menawarkan sebagian telur yang masih tersisa untuk dimakan Gringsing. Hal ini dilakukannya untuk meminta bukti kesetiaan istrinya. Tanpa pikir panjang, sebagai tanda kesetiaan, Gringsing pun memakan setengah bagian telur yang tersisa tersebut.
Tak lama, tubuhnya juga terasa panas, sama seperti yang telah dialami Kasur tadinya. Gringsing lalu ikut berendam dalam lebak dan tak lama kemudian, tubuhnya juga telah berubah menjadi ular.
Ketika petang tiba, kedua orang tua Gringsing merasa tidak tenang karena anak dan menantunya tak kunjung pulang. Karena rasa cemas tersebut begitu menghantui, keduanya kemudian mencari anak dan menantunya ke sawah.
Usai mencari ke sana ke mari, orang tua Gringsing berhasil menemukan keduanya. Tentu saja, mereka terkejut mengetahui anak dan menantunya telah berubah menjadi manusia setengah ular. Dipenuhi rasa kaget, marah, sedih, dan sesal, orang tua Gringsing memutuskan bahwa Gringsing dan Kasur harus berpisah.
Gringsing ditempatkan di bukit Sitanjung sebelah Kaligung. Sementara itu, Kasur ditempatkan di daerah Clirit, Kalibakung, Balapulang. Namun, ada juga yang menyebut bahwasanya Gringsing ditempatkan di Adiwerna, sedangkan Kasur di Sitanjung.
Kapan Si Gringsing dan Si Kasur Bersatu Lagi?
Dalam cerita di atas, dikisahkan bahwasanya si Gringsing dan si Kasur dipisahkan. Dilansir detikTravel, suatu hari, Gringsing dan Kasur bertemu petapa. Mereka meminta tolong agar bisa kembali berubah menjadi manusia.
Petapa tersebut menyanggupi. Namun, dengan syarat, keduanya tidak boleh bertemu dalam waktu yang begitu lama. Keduanya pun menyepakati syarat tersebut. Oleh petapa itu, Gringsing ditempatkan di Kaligung, sementara Kasur di Bukit Sitanjung.
Suatu hari, rasa rindu yang telah begitu terpendam membuat Gringsing ingin bertemu Kasur. Ia nekat bertemu dengan Kasur, yang mana tindakan tersebut melanggar aturan dari si petapa. Akibatnya, setelah Gringsing mengeluarkan kepala ke tepi sungai, ia tersambar petir hingga membuat salah satu matanya menjadi buta. Konon, si Gringsing dan si Kasur baru bisa bersatu lagi saat hari kiamat.
Nah, itulah legenda si Gringsing dan si Kasur, cerita rakyat asal Kabupaten Tegal. Semoga bisa menambah wawasan detikers, ya!
(par/apl)