Apa Itu Padusan? Tradisi Masyarakat Jawa Menyucikan Diri Jelang Ramadhan

Apa Itu Padusan? Tradisi Masyarakat Jawa Menyucikan Diri Jelang Ramadhan

Anindya Milagsita - detikJateng
Sabtu, 09 Mar 2024 12:44 WIB
Festival Padusan di Umbul Kemanten Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Klaten.
Festival Padusan di Umbul Kemanten Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Solo -

Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan yang tinggal menunggu hari, ada sejumlah tradisi yang dilakukan di Indonesia. Salah satunya tradisi padusan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Mengutip dari buku Manunggaling Islam Jawa karya Rojikin, dijelaskan bahwa Padusan adalah bersuci dari hadas kecil maupun besar. Secara umum, makna dari Padusan adalah sebuah tradisi sebagai titik awal untuk memulai amalan-amalan di bulan suci Ramadhan.

Lebih lanjut disampaikan melalui laman resmi Visit Jawa Tengah, bahwa Padusan merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kehadiran Padusan juga dapat dimaknai sebagai simbol untuk menyucikan diri, terutama dalam hal fisik. Caranya dengan adus atau mandi.

Lantas seperti apa makna dari tradisi Padusan? Agar dapat mengenal secara lebih dekat dengan tradisi khas masyarakat Jawa yang satu ini, simak baik-baik penjelasannya melalui paparan berikut.

ADVERTISEMENT

Apa Itu Padusan?

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa secara umum pengertian dari Padusan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sebelum datangnya bulan Ramadhan. Merujuk dari buku 100+ Tempat Wisata dan Budaya di Indonesia yang disusun oleh By Ita Fitria, dkk, disebutkan bahwa dalam bahasa Jawa Padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi.

Pada umumnya, Padusan dilakukan oleh masyarakat Jawa tepat satu hari sebelum puasa Ramadhan berlangsung. Tujuan padusan adalah untuk menyucikan diri agar siap menyambut bulan suci Ramadhan yang dipenuhi dengan keberkahan.

Sejarah Padusan

Lantas seperti apa asal-usul sejarah Padusan dapat muncul? Masih merujuk dari buku sebelumnya, sejarah Padusan dipercaya datang dari Wali Songo. Pada saat itu, Wali Songo mengenalkan Padusan sebagai waktu yang tepat bagi masing-masing individu untuk berintropeksi tentang dirinya.

Bukan hanya itu, pada zaman dahulu Padusan juga sebagai waktu yang tepat untuk merenungkan tentang makna kehidupan sekaligus menenangkan jiwa. Tak heran, apabila Padusan dilakukan oleh seseorang untuk menjernihkan pikiran dan bersiap menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Menariknya, pada saat itu Padusan dilakukan di tempat pemandian atau mata air yang dianggap suci.

Makna Padusan

Padusan sebagai tradisi turun temurun dalam masyarakat Jawa, ternyata memiliki makna secara mendalam. Seperti yang telah dipaparkan bahwa Padusan pada zaman Wali Songo menjadi waktu yang dipilih bagi seseorang untuk menyucikan diri, menenangkan jiwa, hingga menjernihkan pikirannya sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Lebih lanjut, merujuk dari laman resmi Portal Informasi Indonesia bahwa makna Padusan adalah sebagai media untuk merenung dan intropeksi diri dari berbagai kesalahan yang pernah diperbuat oleh seseorang di masa lalunya. Diharapkan dengan merenung, seseorang memiliki keyakinan dan kesadaran dalam memasuki bulan Ramadhan sebagai pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, makna Padusan telah mengalami pergeseran. Salah satunya terkait tradisi yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Jika pada zaman dahulu dilakukan oleh seorang diri, lain halnya dengan saat ini yang dilakukan beramai-ramai.

Bahkan tak jarang, di beberapa daerah tradisi Padusan justru menjadi komoditi pariwisata yang memberikan dampak pertumbuhan ekonomi bagi warga sekitar.

Tradisi Padusan di Luar Jawa

Meskipun Padusan dikenal sebagai tradisi khas masyarakat Jawa, siapa sangka kalau ternyata kebiasaan ini juga dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar wilayah Jawa. Masih merujuk dari buku 100+ Tempat Wisata dan Budaya di Indonesia, disampaikan bahwa tradisi sejenis Padusan juga ada di Medan.

Bedanya di Medan dinamai sebagai Marpangir. Alih-alih memakai sabun, masyarakat Medan justru memakai rempah pangir untuk mandi.

Selanjutnya ada Minangkabau yang memiliki tradisi mirip Padusan bernama Balimau. Istilah Balimau diambil dari kata limau atau jeruk nipis. Menariknya, masyarakat Minangkabau menggunakan jeruk nipis sebagai pengganti sabun untuk mandi.

Nah, itulah tadi serba-serbi tradisi Padusan yang tak pernah ketinggalan untuk dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Semoga informasi ini bermanfaat ya, detikers!




(ahr/ahr)


Hide Ads