Menjelang bulan Ramadhan tiba, biasanya sebagian masyarakat Jawa akan melakukan tradisi Nyadran. Tradisi Nyadran yang telah berlangsung secara turun temurun ini diketahui akan segera berlangsung dalam waktu dekat, lalu seperti apa serba-serbi tradisi Nyadran?
Secara umum Nyadran merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat yang ada di Pulau Jawa. Meskipun lekat dengan budaya Jawa, tetapi tradisi Nyadran justru banyak mendapatkan pengaruh dari agama Islam.
Lantas seperti apa tradisi Nyadran yang telah lama ada di tengah-tengah masyarakat Jawa? Agar dapat lebih mengenal terkait tradisi tersebut, mari simak serba-serbi tradisi Nyadran di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Tradisi Nyadran
Apa itu tradisi Nyadran? Mengutip dari laman resmi Kota Surakarta, pengertian Nyadran adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di daerah pedesaan. Sebagian kalangan masyarakat memiliki kepercayaan bahwa membersihkan makam sebagai bagian dari cara membersihkan diri menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.
Lebih lanjut dijelaskan dalam laman resmi PANRB RI, kata Nyadran berasal dari kata "sraddha" yang memiliki arti keyakinan. Biasanya tradisi Nyadran dilakukan satu bulan sebelum puasa. Namun, ada juga yang baru melakukannya pada tanggal 15, 20, hingga 23 Syaban. Tradisi Nyadran dianggap sebagai salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur sekaligus menghormati para leluhur.
Menjadi salah satu tradisi yang masih dilakukan hingga saat ini, ternyata Nyadran telah berlangsung sejak zaman Hindu-Buddha. Bahkan tradisi Nyadran hadir sebelum Islam masuk dan berkembang di Indonesia.
Masih merujuk dalam laman resmi Kota Surakarta, dijelaskan bahwa sekitar tahun 1284 pada zaman Majapahit, hadir sebuah tradisi yang disebut dengan Sraddha. Tradisi tersebut diketahui mirip dengan Nyadran karena memberikan sesaji dan penghormatan kepada orang-orang yang telah tiada. Hal yang membedakan adalah Sraddha hanya diperuntukkan pada peringatan mangkatnya para raja.
Jika dahulu Nyadran masih kental dengan nuansa Jawa saja, berbeda dengan Nyadran yang kini telah banyak mendapatkan pengaruh Islam. Tradisi Nyadran saat ini telah diwarnai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, doa-doa, dzikir, maupun tahlil.
Makna Tradisi Nyadran
Masih merujuk dari sumber yang sama, dengan adanya tradisi Nyadran, masyarakat menganggap bahwa hal tersebut bukan hanya berkaitan dengan hubungan dengan manusia, tetapi juga Tuhan sebagai Sang Pencipta. Bahkan sebagian kalangan menganggap Nyadran sebagai bentuk bakti dan mengenang leluhur yang telah pergi terlebih dahulu.
Diketahui bahwa makna tradisi Nyadran juga sebagai pengingat bagi mereka yang masih diberikan kehidupan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan dalam buku 'Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang' karya Nurul Hidayah, dkk, bahwa Nyadran bukan hanya mengirimkan doa kepada para leluhur.
Lebih dari itu, tradisi Nyadran juga mengandung makna sebagai pengingat kepada manusia bahwa selama hidup hakikatnya juga bersamaan dengan menunggu kematian.
Rangkaian Tradisi Nyadran
Lantas seperti apa rangkaian tradisi nyadran yang berlaku di tengah-tengah masyarakat Jawa? Perlu diketahui bahwa setiap wilayah yang ada di Pulau Jawa memiliki tradisi Nyadran yang berbeda antara satu sama lainnya. Berdasarkan informasi yang diambil dari laman Kemenkeu RI, terdapat beberapa jenis tradisi Nyadran yang ada di masing-masing wilayah. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Ziarah kubur
Salah satu rangkaian dalam tradisi Nyadran yang dilakukan oleh masyarakat menjelang Ramadhan adalah dengan mengunjungi makam leluhur atau orang-orang yang telah pergi terlebih dahulu. Biasanya mereka akan datang untuk membersihkan makam sekaligus mengirimkan doa.
Mandi di sungai atau padusan
Selanjutnya terdapat juga kebiasaan berupa Padusan. Melalui kegiatan ini masyarakat biasanya akan membersihkan diri dengan mandi di sungai maupun tempat pemandian. Padusan dianggap sebagai simbol untuk pembersihan diri sebelum bulan Ramadhan tiba.
Membersihkan lingkungan
Selain membersihkan makam leluhur maupun membersihkan dirinya dengan Padusan, masyarakat juga terbiasa membersihkan lingkungan sekitar tempat ia tinggal. Salah satu caranya dengan mengadakan kerja bakti bersama-sama.
Kenduri
Rangkaian tradisi Nyadran yang lain adalah dengan mengadakan kenduri. Menurut KBBI, kenduri adalah perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagainya. Melalui kenduri pada saat nyadran, masyarakat akan berkumpul dan makan bersama. Bukan hanya itu, hadir juga kegiatan berdoa bersama dalam acara kenduri.
Demikian tadi rangkuman mengenai serba-serbi tradisi Nyadran yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa. Semoga informasi ini membantu ya, detikers!
(apu/cln)