Mengenal Tradisi Unik Slup-slupan, Ritual Pindah Rumah Masyarakat Jawa

Mengenal Tradisi Unik Slup-slupan, Ritual Pindah Rumah Masyarakat Jawa

Putri Amalia Kunaefi - detikProperti
Rabu, 28 Mei 2025 12:30 WIB
ilustrasi pindah rumah
Foto: Getty Images/Prostock-Studio
Jakarta -

Berpindah rumah dari rumah lama ke rumah baru bisa dilakukan siapa saja dengan alasan tertentu bagi si penghuni rumah. Biasanya, sebelum menempati rumah baru, masyarakat Indonesia yang kental akan tradisi dan budaya melakukan ritual seperti pengajian atau kebiasaan memberikan makanan kepada tetangga rumah baru. Tak terkecuali bagi masyarakat Jawa, terdapat ritual saat pindah ke rumah baru yang bernama slup-slupan.

Hal itu juga dijelaskan dalam artikel ilmiah yang berjudul "TRADISI SLUP-SLUPAN: Akulturasi Islam dan Budaya Jawa di Rembang Jawa Tengah" berisi hasil penelitian yang dilakukan Misbakhudin, salah satu mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Pekalongan, terhadap tradisi slup-slupan di Desa Ngotet Kota Rembang. Ia melakukan pengamatan serta wawancara kepada warga setempat terkait tradisi tersebut.

Diketahui, tradisi slup-slupan merupakan ungkapan rasa syukur bagi orang Jawa ketika mau menempati rumah baru. Beberapa perlengkapan yang harus disiapkan dalam ritual ini di antaranya bantal dan kloso (tikar), lampu minyak teplok, wadah beras beserta berasnya, bumbu dapur, kendi yang diisi air yang berasal dari 7 sumber, serta sapu lidi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prosesi ritual ini dilakukan oleh dua orang, apabila pihak yang melakukan pindahan adalah suami istri maka dilakukan oleh keduanya. Pertama-tama, pemilik rumah harus menyiapkan lampu teplok yang sudah dinyalakan sejak di rumah lama dan tidak boleh padam selama perjalanan ke rumah baru.

Setelah sampai di rumah baru, pemilik rumah yaitu suami dan istri harus mengitari rumah barunya sebanyak satu kali sambil istri menyapu pekarangan menggunakan sapu lidi dan suami menyiram air yang sudah disiapkan. Air ini berasal dari 7 sumber, bisa berasal dari sumur sendiri dan air lainnya bisa ambil dari tempat ibadah.

ADVERTISEMENT

Kemudian, lampu teplok diletakkan di kamar pribadi beserta bantal dan kloso (tikar). Lampu tersebut harus tetap dijaga menyala sampai semalam. Tak lupa, bumbu dapur dan beras diletakkan di dapur rumah.

Setelah itu, suami dan istri beserta saudara dan tetangga melakukan pengajian di dalam rumah. Dilanjut dengan makan nasi tumpeng serta kue jajanan pasar seperti tape, gemblong, dan tak lupa buah-buahan. Tetangga dan tamu yang akan pulang dibawakan berkat atau besek. Setelah selesai semuanya, suami dan istri tidak tidur semalaman melainkan mengaji dan berdzikir.

Adapun, perlengkapan tersebut memiliki makna bagi orang Jawa. Lampu teplok yang menyala menandakan harapan dan cahaya terang yang selalu menyinari keluar tersebut maka tidak boleh padam. Jika padam dipercaya mendapat keburukan.

Air yang disiram ke pekarangan sebagai harapan dan nasehat kepada penghuni agar suasana selalu damai dan adem. Air tersebut juga disiram di sekeliling rumah agar selalu mendapat perlindungan dari Allah SWT.

Proses menyapu dengan sapu lidi berarti membersihkan diri dan lingkungan rumah dari bahaya fisik maupun nonfisik. Adapun, bumbu dapur dan beras sebagai simbol selalu tersedianya makanan dan obat-obatan. Kemudian, anjuran tidak tidur semalaman merupakan simbol bahwa hidup harus selalu prihatin.




(zlf/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads