Dia menjelaskan Desa Loram Kulon juga merupakan desa wisata. Oleh karena itu untuk menguri-nguri budaya maka digelar tradisi Ampyang Maulid.
"Desa Loram Kulon adalah salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Kudus. Maka untuk nguri-nguri sejarah kami dari pemerintah desa memfasilitasi masyarakat desa," terang Taslim.
Dijelaskan kirab Ampyang Maulid ada 30 gunungan. Gunungan itu berupa nasi kepel, kerupuk ampyang, dan sedekah hasil bumi masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nasi kepelnya jumlahnya 1.000 bungkus. Ada mitos, nasi kepel semacam sedekah dari masyarakat yang dibagikan ke masjid dan dibagikan ke orang-orang di masjid. Ini sedekah untuk semua warga," ujarnya.
![]() |
Taslim mengatakan terkait hujan es saat momen Ampyang Maulid ditandai sebagai berkah.
"Fenomena hujan baru kali ini terjadi, cuma tidak tahu pas ada Ampyang Maulid ada hujan es. Ini merupakan berkah lah, kalau saya seperti itu. Berkah untuk masyarakat Loram Kulon dan semua masyarakat Kudus umumnya," tambah Taslim.
Di kesempatan yang sama, Bupati Kudus HM Hartopo memberikan apresiasi kepada masyarakat peserta kirab Ampyang Maulid. Meski hujan lebat, mereka tetap semangat. Dia berharap melalui tradisi ini dapat meningkatkan ekonomi warga.
"Hari ini tidak pernah memedulikan hujan, panas, semangat kebersamaan masyarakat. Sore ini ada kegiatan momen bersejarah yang tentunya pada saat ini masyarakat menggali sejarah, sejarah Ampyang Maulid sudah ada zaman dulu. Ini kebangkitan masyarakat untuk menonjolkan kearifan," kata Hartopo ditemui di lokasi.
"Disertakan ada expo ada kirab, ini bentuk rasa syukur masyarakat hasil bumi. Mudah-mudahan ke depan hasil bumi didapatkan masyarakat melimpah ruah, amin. Expo merupakan kebangkitan pandemi ini merupakan pasar rakyat, demi bangkitnya ekonomi Kabupaten Kudus," pungkas Hartopo.
Simak Video "Video: Embun Es di Jawa, Fenomena Langka di Dataran Tinggi Dieng"
[Gambas:Video 20detik]
(rih/rih)