Melihat Kemeriahan Tradisi Saparan di Lereng Gunung Andong Magelang

Melihat Kemeriahan Tradisi Saparan di Lereng Gunung Andong Magelang

Eko Susanto - detikJateng
Rabu, 28 Sep 2022 17:05 WIB
Suasana saparan warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang persisnya di lereng Gunung Andong.
Suasana saparan warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang persisnya di lereng Gunung Andong. Foto: Eko Susanto/detikJateng.
Kabupaten Magelang -

Warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang atau tepatnya lereng Gunung Andong, menggelar tradisi Saparan. Tradisi yang sudah diadakan secara turun temurun ini dilangsungkan setiap Rabu Pahing pada bulan Safar.

Dalam Saparan ini dilakukan kirab tumpeng jongko dan ingkung sewu. Di mana tradisi ini dilangsungkan tiap Rabu Pahing di bulan Safar, namun karena tidak ada pasaran Rabu Pahing maka diadakan di bulan Maulud.

Adapun dalam Saparan ini masing-masing kepala keluarga membawa satu ingkung untuk didoakan di halaman rumah kepala dusun setempat. Setelah dilakukan doa bersama, kemudian dibawa pulang menuju rumahnya masing-masing. Tradisi yang dilangsungkan tersebut sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Saparan bentuk rasa syukur kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang memberi rezeki. Biarpun kadang memang harga itu anjlok, tapi harus bersyukur karena kita diberi rezeki oleh Allah," kata Kepala Dusun Mantran Wetan, Handoko kepada wartawan di lokasi Saparan, Rabu (28/9/2022).

Menurutnya, Saparan di Mantran Wetan dilangsungkan setiap Rabu Pahing di bulan Safar. Jika di bulan Safar tidak ada pasaran Rabu Pahing, maka akan diadakan pada bulan Maulud. Tradisi ini telah dilangsungkan secara turun temurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana Saparan warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang persisnya di lereng Gunung Andong.Suasana Saparan warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang persisnya di lereng Gunung Andong. Foto: Eko Susanto/detikJateng


"Waktu yang jadi kepala dusun mbah saya, itu pernah hari Rabu Pahing tidak ada (bulan Safar) sehingga diganti hari yang lain. Nah sehabis kenduri, pulang ke rumah, nasinya jadi lembek dan basi semua sehingga masyarakat punya titen berarti kalau di lain hari Rabu Pahing, kita ada sengkala sehingga sejak dulu dipatok dengan hari Rabu Pahing setiap bulan Safar, kalau di Safar tidak ada (Rahu Pahing) kita mundur ke bulan Maulud," terangnya.

Ia menuturkan, untuk Saparan ini setidaknya memotong 8 ekor ayam jago untuk ingkung. Dari 8 ekor tersebut digunakan untuk kenduri, sajen (pertunjukan wayang), sajen (di rumah) dan menjamu tamu yang datang. Jika dua tahun selama pandemi, tidak mengundang warga maupun saudara dari luar daerah sekarang kembali mengundang.

"Kalau Saparan ini lebih ramai dari Idul Fitri. Saparan kan cuman sehari saja. Terus untuk ini (Saparan) pengeluaran berkisar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta tiap KK," ujarnya.

Sementara itu, tokoh masyarakat Mantran Wetan Supadi Haryanto menambahkan dalam 2 bulan terakhir penghasilan petani mengalami krisis harga jual sayuran. Kendati demikian, para petani tidak boleh pantang menyerah.

"Sebagai petani pantang menyerah, selesai ini nanam lagi, nanam lagi.Untuk kegiatan dusun seperti Saparan nggak mengurangi dari segi apapun. Tadi sudah dikemukakan Bapak Sekdes bahwa pandemi sudah relatif longgar. Warga sini (Mantran Wetan) tetap mengundang dari relasi, kerabat, kenalan, itu diundang satu hari ini di Rabu Pahing sampai malam," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Suasana saparan warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang persisnya di lereng Gunung Andong.Suasana saparan warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang persisnya di lereng Gunung Andong. Foto: Eko Susanto/detikJateng



"Mungkin ya nggak seimbang, seberapa pengeluaran untuk tradisi Saparan tahun ini, sama penghasilan tahun ini. Tapi rasa syukur kepada Allah SWT. Alhamdulillah kita diberikan kesehatan, keselamatan, ketenteraman. Jadi tidak menghilangkan rasa syukur dengan gejolak harga turun. Untuk pengeluaran budget saya rekap per kepala keluarga hampir Rp 5 juta untuk acara ini (Saparan)," ujar Supadi.

Baca Jaran Kepang Papat di halaman berikutnya...

Jaran Kepang Papat

Pentas jaran kepang papat saat saparan di Mantran Wetan, Girirejo, Ngablak, Kabupaten Magelang.Pentas jaran kepang papat saat saparan di Mantran Wetan, Girirejo, Ngablak, Kabupaten Magelang. Foto: Eko Susanto/detikJateng

Dalam Saparan ini juga dipentaskan wayang kulit semalam suntuk. Namun demikian, sebelum ada pentas kulit didahului dengan pentas jaran kepang papat. Di mana pemain hanya empat orang.

Terus jaran kepang lazimnya dicat warna putih atau hitam, namun untuk jaran papat ini dicat warna hijau dan kuning. Kemudian, para pemain tersebut masih memiliki ikatan saudara.

"Kalau tradisi jaran kepang 4, karena saya generasi penerus hanya melestarikan kebudayaan itu. Dulu memang setiap bulan Safar selalu mementaskan sebelum mementaskan kesenian-kesenian yang lain lain. Jaran kepang papat itu harus dipentaskan terlebih dahulu karena di dusun kami memang masih ada kesakralannya," kata Handoko.


Pentas jaran kepang papat, Supadi menambahkan, jaran kepang papat saat dipentaskan menjadi sebuah hal yang disakralkan oleh warga Dusun Mantran Wetan.

"Biasanya ketika dimainkan ada istilahnya kesurupan. Ada yang kesurupan acting, tapi ini betul-betul kesurupan. Jaran kepang 4 diambil dari kiblat 4, 5 pancer. Musik pakai bende 3, rebana 1, kempyang 1," tuturnya.

Halaman 3 dari 2
(apl/ams)


Hide Ads