Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menerapkan pembayaran non-tunai atau QRIS ke 250 tukang becak. Sebelumnya, sudah ada 100 tukang becak yang menggunakan QRIS. Wali Kota Solo Respati Ardi mengatakan tarif standar becak sedang digodok.
Respati menargetkan Solo Kota Cashless pada tahun 2028. Ia mengatakan saat ini dimulai dari penggunaan QRIS untuk tukang becak wisata.
"Saya tadi menarget 2028 Solo Kota Cashless sampai retribusi, sampai pajak-pajaknya, transaksinya di pasar, transaksinya di Paguyuban UMKM, luar biasa becak sudah bisa pelan-pelan tersosialisasi," katanya di Balai Kota Solo, Kamis (26/6/2025)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Respati mengatakan untuk konsep becak wisata nanti didesain untuk jarak dekat. Dia bilang nanti ada rute-rute khusus dan tarifnya sudah ditentukan.
"Jadi kalau untuk itu tidak didesain jarak jauh, didesain untuk jarak pendek. Dan ada rute-rute khusus, misal rute Solo Balapan ke Zayed, Manahan ke Lokananta, atau Balapan ke Pasar Gede, Balapan ke Mangkunegaran," ungkapnya.
Respati menyebut untuk tarif masih digodok dan penyesuaian. Dengan adanya penetapan harga, Respati menyebut tidak ada tawar-menawar dan harga ngepruk.
"Tarif masih digodok itu kan masih saya serahkan untuk membuat regulasi, menggodok dulu tarif-tarif kalau bisa per kilometer berapa, biar ada kepastian harga. Nggak ada nyang-nyangan (tawar-menawar), nggak ada ngepruk harga," ungkapnya.
Sementara itu, Plt Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Surakarta Aries Purnomohadi mengatakan ada 250 becak yang menggunakan pembayaran QRIS.
"Dulu tahap pertama ada 100 becak, tahap ini ada lebih banyak, 250 becak QRIS," katanya.
Aris mengatakan, becak menjadi salah satu alat transportasi keunikan Kota Solo. Menurutnya, becak menjadi salah satu transportasi yang dipilih wisatawan.
"Ini potensi luar biasa, kuliner iya, tradisionalnya ada. Izin pak wali, untuk andong dan bendi juga akan kami garap bareng-bareng. Kita jaga wisata di Solo agar terus kondusif, termasuk memudahkan pembayaran, transaksi," ungkapnya.
Pihaknya mencatat pembayaran melalui QRIS di Kota Solo mencapai Rp 4 triliun dalam kurun waktu Januari hingga Mei.
"Dari total ini Rp 2,2 triliun terjadi di Kota Surakarta. Kalau untuk frekuensi transaksi ada 44 juta transaksi, 50 persennya terjadi di Kota Solo," pungkasnya.
Terpisah, tukang becak asal Bibis, Banjarsari, Eko mengatakan penggunaan QRIS dinilai akan memudahkan dirinya dalam pembayaran. Hal tersebut memudahkan dia bila penumpang tidak mempunyai uang tunai.
"Ya simple aja pakai QRIS. Kalau tidak ada uang cash bisa lewat HP (pembayaran nontunai)," ujarnya.
Eko biasa mangkal di kawasan wisata Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah.
"Ya simple aja (pakai QRIS). Kalau tidak ada uang cash bisa lewat HP (pembayaran nontunai)," kata Eko.
Ia mengaku ini baru menjadi pengalaman pertama menggunakan QRIS. Selama dua tahun menjadi tukang becak ia biasanya menerima pembayaran secara tunai.
"Uang hasil narik becak sebagian saya kasihkan istri. Sebagian buat pegangan sendiri. Dengan QRIS ini bisa buat nabung," bebernya.
Eko selama ini mangkal di Benteng Vastenburg setiap akhir pekan. Ia mulai mangkal pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
"Harganya sudah paketan. Kalau ke Pasar Klewer Rp 15.000 sekali angkut. Sehari bisa narik lima-enam orang," tutupnya.
(dil/apu)