Warga Wonogiri Cuan dari Berburu Ulat Jati, Dijual Online Laku Segini

Warga Wonogiri Cuan dari Berburu Ulat Jati, Dijual Online Laku Segini

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Rabu, 20 Nov 2024 14:24 WIB
Warga Wonogiri raup cuan dari berburu kepompong dan ulat jati, Rabu (20/11/2024).
Warga Wonogiri raup cuan dari berburu kepompong dan ulat jati, Rabu (20/11/2024). (Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng)
Wonogiri -

Warga Kecamatan Giritontro, Wonogiri, meraup keuntungan dari berburu kepompong (ungker) dan ulat jati saat awal musim penghujan. Kepompong dan ulat jati itu banyak diminati warga Wonogiri yang merantau di Jakarta.

Pantauan detikJateng di wilayah Giritontro Rabu (20/11/2024) pukul 10.30 WIB, beberapa warga Dusun Giritontro Lor, Kelurahan Giritontro, tampak mencari ulat dan kepompong jati. Mereka mencari di pekarangan sekitar rumah yang ada pohon jatinya.

Salah satu warga yang mencari ulat jati adalah Tutik. Ia mengaku setiap tahun selalu mencari ulat jati saat musimnya tiba. Biasanya ulat dan kepompong jati muncul saat awal musim penghujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Baru dua hari ini mulai mencari. Biasanya sampai seminggu (musim mencari ulat dan kepompong ulat jati)," kata Tutik kepada detikJateng.

Ia menjelaskan, cara mencari ulat dan kepompong ulat jati dengan cara membuka daun jati yang sudah jatuh ke tanah. Sebab ulat dan kepompong bersembunyi di sela-sela daun. Baru kemudian diambil menggunakan tangan dan dimasukkan ke dalam wadah.

ADVERTISEMENT
Warga Wonogiri raup cuan dari berburu kepompong dan ulat jati, Rabu (20/11/2024).Warga Wonogiri raup cuan dari berburu kepompong dan ulat jati, Rabu (20/11/2024). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng

Setelah selesai mencari, kata Tutik, ulat dan kepompong dibawa pulang ke rumah. Khusus untuk ulat langsung ditutup karung atau kain agar keesokan harinya sudah menjadi kepompong. Setelah menjadi kepompong semua baru laku dijual.

"Mulai cari pukul 10.00 WIB. Nanti Zuhur istirahat, mulai lagi sampai sore. Ya rata-rata satu dusun mencari. Dulu malah saya cari sampai Giriwoyo (kecamatan sebelah)," ungkap Tutik.

Ia menuturkan biasanya warga menjual kepompong jati per-gelas. Satu gelas dibanderol dengan harga Rp 20 ribu. Kepompong dijual secara online dan menerima pesanan dari orang yang membutuhkan.

Dalam satu hari, lanjut Tutik, bisa mendapatkan ulat atau kepompong sebanyak 2-4 gelas. Tergantung banyak tidaknya ulat yang jatuh ke tanah. Pada musim lalu, dalam satu pekan ia bisa mendapatkan untung sebesar Rp 600.000.

"Hari ini kami ada pesanan dari Jakarta 20 gelas. Ya orang merantau, pengin ungker (kepompong) terus pesan," kata Tutik.

Warga lain yang turut mencari kepompong dan ulat jati adalah Sutarni. Sejak kecil ia sudah mencari ulat dan kepompong. Bahkan kegiatan ini sudah menjadi hobi saat awal musim penghujan.

"Mboten gilo (tidak jijik dengan ulat jati). Dulu sama sekarang banyak sekarang (ulat dan kepompong jati)," kata dia.

Sutarni mengaku mencari ulat untuk dijual. Biasanya orang yang membeli ulat atau kepompong untuk dimasak dan dimakan.

"Kalau saya sendiri malah tidak masak ulatnya. Karena ya tidak mau dan ada yang gatal kalau tidak cocok," kata Sutarni.




(aku/apu)


Hide Ads