Industri Pemintalan Benang di Desa Jombor Klaten Eksis Sejak 1970-an

Industri Pemintalan Benang di Desa Jombor Klaten Eksis Sejak 1970-an

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 10 Sep 2024 19:12 WIB
Industri pemintalan benang di Klaten.
Foto: dok. Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Klaten -

Kabupaten Klaten memiliki berbagai potensi yang menarik untuk dikulik. Salah satu desa kecil di Klaten yakni Desa Jombor, Kecamatan Ceper, menjadi salah satu daerah pemintal benang berkualitas yang sudah eksis sejak puluhan tahun lalu.

Tampak di gang-gang kecil Desa Jombor, mesin-mesin pemintal benang tengah digunakan perajin untuk memintal benang, atau mengolah serat menjadi benang.

Tali-tali poliester sepanjang kira-kira 2,5 meter pun terbentang di jalan kecil perkampungan. Kendati demikian, para pengendara masih bisa melintas tanpa terganggu, bak telah terbiasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benang yang tadinya terurai itu tampak disatukan antara 6-9 helai, ditarik, dan ditempatkan di tiang. Kemudian, perajin tampak fokus dan teliti memelintirnya secara manual dengan alat bernama erek.

Salah satu perajin pemintalan benang, Slamet (66) terlihat tengah mengikal atau menggulung hasil pemintalan benang menggunakan mesin, di teras rumah seukuran 6x1 meter miliknya.

ADVERTISEMENT

Benang yang telah dipintal diikal menjadi gulungan benang seberat satu ons yang kemudian dikemas sang istri, dalam satu wadah berisi 10 gulungan benang. Meski usianya tak lagi muda, ia tetap semangat mengikal benang yang sudah dipintal itu hingga puluhan.

"Saya sudah belajar sejak kecil, walaupun nggak menggulung (benang) sendiri, tapi sejak kecil sudah diajarkan," kata Slamet saat ditemui detikJateng di rumahnya, Selasa (10/9/2024).

Tangan Slamet lihai menggunakan mesin tradisional berusia puluhan tahun itu untuk mengikal benang. Ia mengatakan, mesin yang digunakan untuknya mencari nafkah itu ia modifikasi sendiri. Dalam sehari, ia bisa menghasilkan hingga 70 gulungan benang.

"Sebelumnya manual, kalau mesinnya sudah ada sejak 1967, tapi modelnya berbeda. Sekarang dimodifikasi agar lebih efektif," ungkapnya.

Industri pemintalan benang di Klaten.Industri pemintalan benang di Klaten. Foto: dok. Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Benang yang digulung itu nantinya akan disetorkan ke pabrik-pabrik seharga Rp 1 ribu. Dalam sehari, rata-rata Slamet bisa mendapat penghasilan Rp 60-70 ribu, tergantung stok dan permintaan dari pabrik.

Ia pun bercerita, sebagian besar masyarakat Desa Jombor memang terkenal berprofesi sebagai pemintal benang. Usaha pemintalan benang yang berdiri di desa kecil itu pun telah ada sejak nenek moyang.

"Sudah lama banget, kalau saya generasi keempat ada. Sekampung tadinya itu usaha tenun, menggunakan kain putih seperti mori, dari tahun 1966," tuturnya.

"Terus mulai beralih ke benang tahun 1970-an karena bahan baku untuk menenun sudah nggak keluar lagi," sambungnya.

Ia mengatakan, para perajin pemintal benang pun tak hanya merupakan orang-orang dewasa. Ada pula anak muda yang telah bekerja sebagai pemintal benang di rumah ataupun di pabrik sekitar.

Hal tersebut dibenarkan salah satu perajin lainnya, Tini (53). Ia mengatakan, kini anak-anak muda pun sudah banyak yang diajarkan untuk memintal benang. Hampir tak ada masyarakat setempat yang menganggur, lantaran mereka sudah bisa bekerja dari pemintalan benang.

"Nggak ada orang sini yang nganggur atau berbuat negatif. Paling nggak pulang sekolah ngerjain ini, dikasih bayaran per kodi. Dia nabung, sudah diajarkan sejak kecil dari orang tua," jelasnya.

"Pemintalan benang ini sudah ada dari nenek moyang, canggah istilahnya. Dulu pemintalannya tuh pakai bluluk pohon kelapa, kalau sekarang mintalnya pakai mesin," sambungnya.

Perempuan yang menjadi generasi ketiga pemintal benang di keluarganya itu menjelaskan, benang hasil masyarakat setempat kebanyakan diproduksi menjadi tali peluit hansip atau tali pramuka. Tali itu kemudian dijual hingga ke segala penjuru.

"Kalau yang home industry, kita kerjakan dengan pasangan hidupnya, sama anak, sama mantu. Tapi kalau sudah menengah ke atas kita pekerjakan tenaga dari masyarakat," jelasnya.

Tali pramuka menjadi produk yang paling banyak dicari. Per kodinya dihargai Rp 16 ribu. Selain itu, dijual juga pel, kemoceng, hingga keset. Bahkan, ada pula tote bag kekinian yang dijual Rp 120 ribu.

"Hasilnya lumayan, bisa buat membiayai anak kuliah, bisa bersosial lumrahnya bertetangga, bisa ngadain ini dan itu dari hasil ini," ujarnya.

Ia pun berharap, ke depannya para perajin pemintal benang di Desa Jombor bisa terus mendapat perhatian dari Pemkab Klaten. Ekonomi para perajin juga bisa terus meningkat.




(prf/ega)


Hide Ads