Hal tersebut dikatakan Sekretaris Desa (Sekdes) Keprabon, Muhammad Febria, saat ditemui di Kantor Desa Keprabon. Ia mengungkapkan, ada sekitar 25 perajin pisau di desa tersebut.
"Sekarang ada sekitar 25 perajin pisau, itu yang bertahan sampai sekarang," kata Febria di Kantor Desa Keprabon, Jumat (31/5/2024).
Ia mengatakan, ada berbagai jenis pisau yang dibuat puluhan perajin pisau di sana. Mulai dari pisau dapur hingga pisau yang digunakan untuk menyembelih hewan, termasuk hewan kurban.
"Sekarang ini sudah mulai ramai kalau menuju Lebaran (Idul Adha), pemasarannya juga sudah luas, ada yang sampai Sumatera juga," ungkapnya.
Hal tersebut dibenarkan salah satu perajin asal Keprabon, Jinanto (50). Saat ditemui di bengkel produksi seluas 3 meter persegi yang berlokasi di depan rumahnya, Jinanto bersama ibu dan istrinya tengah memproduksi puluhan pisau.
Sambil mengasah pisau menggunakan kikir Jinanto mengungkapkan, pesanan pisau sudah mulai ramai beberapa minggu ini, hingga dirinya harus meminta bantuan perajin lain untuk bekerja di rumah produksinya.
"Memang biasanya pisau itu menjelang Idul Fitri dan Idul Adha itu pesanannya meningkat. Mulai ramai, kebanyakan dari bakul (penjual)," ungkap Jinanto.
Ia mengatakan, dalam sehari ia biasa memproduksi 100-120 buah pisau. Ada sekitar 10 pekerja harian yang ikut bekerja membuat pisau dari tokonya yang kemudian dijual seharga Rp 4 ribu per pisau atau Rp 65-70 ribu per kodi.
"Sebenarnya pesanan bisa meningkat sampai 2 kali lipat, tapi kemampuan kita sehari segitu, cuma kadang ada (pekerja) yang membantu saya," tuturnya.
Jinanto yang sudah menggeluti bidang tersebut selama sekitar 10 tahun itu mengungkapkan, pisau yang ia jual kepada para pedagang di pasaran sudah terjual hingga ke Jogja, Salatiga, hingga Semarang.
"Biasanya mulai produksi dari jam 07.00 WIB pagi, kadang sampai jam 17.00 WIB, tergantung situasi. Kadang juga bisa jam 19.00 WIB baru selesai, itu juga belum dicap, belum diplastik," terangnya.
Ia menerangkan, dulunya di wilahnya tersebut, hampir setiap rumah memproduksi pisau. Akan tetapi, kini hanya ada puluhan perajin yang masih bertahan, penerus perajin dari kalangan pemuda pun masih jarang.
Adapun, guna meningkatkan sekaligus melestarikan potensi yang ada di Desa Keprabon, Pemdes setempat bersama Pemkab Klaten telah mengadakan pelatihan bagi para perajin selama beberapa kali.
Selain itu, Pemdes juga sempat membantu pengadaan sarana prasana guna menunjang produksi para perajin. Harapannya, potensi tersebut bisa terus lestari di Desa Keprabon, serta bisa meningkatkan perekonomian warga setempat.
(akn/ega)