Sensasi Ngopi di Sapuangin, Kampung Tertinggi Se-Kabupaten Klaten

Sensasi Ngopi di Sapuangin, Kampung Tertinggi Se-Kabupaten Klaten

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Kamis, 30 Mei 2024 16:06 WIB
Pemkab Klaten
Foto: Dok. Arina Zulfa Ul Haq
Jakarta -

Kabupaten Klaten memiliki kampung tertinggi yang menyimpan berbagai potensi. Mulai dari potensi wisata, hingga kopi olahan sendiri yang nikmat dicoba saat cuaca dingin.

Sapuangin merupakan kampung tertinggi di Desa Tegalmulyo Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, karena berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (MDPL), hanya sekitar 3,8 kilometer dari puncak gunung merapi.

Tentu panorama yang tersaji dari perbukitan Merapi purba itu tak perlu diragukan lagi. Pada pagi hari wisatawan yang berkunjung bisa melihat panorama Klaten serta puncak Merapi dengan jelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun berkunjung pada malam hari juga tak menjadi masalah. Wisatawan bisa menikmati segelas cangkir kopi yang ditanam petani setempat sambil menikmati city light yang bikin betah siapapun.

Hawa dingin dan angin yang menerpa menambah suasana syahdu saat menghabiskan waktu di Sapuangin. Cocok jika mendirikan tenda untuk melewati malam di Sapuangin bersama teman, keluarga, maupun orang terkasih.

ADVERTISEMENT

Hidangan yang disajikan pun beragam, mulai dari berbagai jenis olahan kopi, susu, hidangan pelengkap seperti nasi ayam, mi, mendoan yang cocok dinikmati selagi masih panas. Harganya pun terbilang terjangkau, mulai dari Rp 12-17 ribu saja.

Kedai kopi yang berada di kawasan paling ujung di Tegalmuyo itu bernama Sapuangin Coffee and Farm. Kedai kopi ini didirikan para warga setempat yang memiliki kepedulian untuk memajukan potensi yang ada di desanya.

Sapuangin Coffee and Farm yang kini ramai dikunjungi wisatawan dan berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat setempat ini tidak serta merta muncul. Ada sejarah yang cukup panjang mengiringi kelahiran kedai tertinggi di Kabupaten Klaten ini.

Salah satu pengelola wisata Sapuangin, Srijono (47) sempat membagikan kisahnya saat ditemui detikJateng di Sapuangin Coffee and Farm. Ia mengungkapkan, ide untuk memunculkan kedai kopi di Sapuangin ini sudah muncul sejak tahun 2011.

"2011 kita mulai coba-coba mencari informasi tentang kopi, karena saya kepikiran kopi ini peluang dan potensi, di samping memang sentra kopi yang di seputaran Mbah Marijan kan terbakar habis kopi di sana," ungkap Srijono.

Namun, butuh waktu lama hingga ide budidaya kopi hingga pendirian kedai bisa diterima masyarakat. Mulai 2014, masyarakat setempat mulai belajar cara budidaya hingga pengolahan kopi pasca panen.

Berbagai upaya mulai dilakukan. Mulai dari mendatangkan komunitas kopi dari Jogja dan Bandung, hingga mengadakan acara Kopi Tubruk Nusantara yang diikuti berbagai provinsi serta sekitar 40 barista ternama.

"Sekalian kami ingin mengedukasi warga bahwa kopi ini punya nilai-nilai ekonomi yang lumayan kalau diolah dengan benar. Kita tidak tergantung dengan pabrik atau tengkulak. Intinya kami jadikan kopi sebagai penunjang ekonomi lokal," tuturnya.

Baru kemudian pada 2017, pihaknya mendapat kiriman varietas kopi Yellow Bourbon dari komunitas kopi Bandung, yang kemudian bisa dipanen pada 2020. Kini, olahan kopi Yellow Bourbon menjadi salah satu menu unggulan di Sapuangin Coffee and Farm.

"Kita tes ke ahlinya terkait density-nya atau kepadatannya sesuai. Dari aroma, cita rasanya juga. Berarti kopi ini bagus, meski kopi-kopi varietas lain juga ada ciri khasnya masing-masing. Akhirnya kita branding ini sebagai kopi Sapuangin," terangnya.

Kini, sudah banyak masyarakat setempat yang membudidayakan kopi, sehingga kopi menjadi salah satu potensi Desa Tegalmulyo yang sukses meningkatkan perekonomian masyarakat. Wisatawan yang hadir pun tak hanya bisa menikmati berbagai olahan kopi, tapi juga bisa belajar terkait budidaya kopi hingga proses pembuatan kopi.

(akn/ega)


Hide Ads