Pasutri Petani Milenial dari Magelang, Ekspor Gula Semut-Ternak Ratusan Kambing

Pasutri Petani Milenial dari Magelang, Ekspor Gula Semut-Ternak Ratusan Kambing

Eko Susanto - detikJateng
Sabtu, 29 Okt 2022 16:29 WIB
Pasutri petani milenial asal Magelang, Rayndra Syahdan Mahmudin (27) dan Ella Rizki FM (27).
Pasutri petani milenial asal Magelang, Rayndra Syahdan Mahmudin (27) dan Ella Rizki FM (27). Foto: dok. Pribadi
Kabupaten Magelang -

Pasangan suami istri (pasutri), Rayndra Syahdan Mahmudin (27) dan Ella Rizki FM (27), kini mendapat julukan petani milenial. Saat ini Rayndra menjadi duta petani milenial dari Kementerian Pertanian (Kementan), sedangkan Ella yang aktif di kelompok wanita tani (KWT) kini tengah menempuh program doktoral di Universitas Gadjah Mada (UGM).

detikJateng bertandang di rumahnya Dusun Semen, Desa Trenten, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang. Begini kisah mereka.

Rayndra sejak masih duduk di SMKN 1 Ngablak jurusan pertanian memulai dengan beternak Ayam Jawa Super. Usaha yang dirintis tersebut tidak berjalan mulus, kemudian beralih berjualan sayur. Kemudian beralih lagi dengan beternak domba dan kambing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lulusan Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang itu mengakui usaha beternak domba dan kambing terus ditekuni hingga sekarang. Bahkan dari beternak domba dan kambing ini bisa untuk biaya S2 di Program Studi Magister Agribisnis UPN Veteran Yogyakarta.

"Setelah menikah itu, kami punya visi dan misi yang sama terutama terhadap pemberdayaan masyarakat. Saya melakukan pemberdayaan masyarakat di banyak hal, salah satunya melalui PKK milenial, karang taruna, kelompok tani, kelompok usaha bersama. Istri saya, pemberdayaan melalui kelompok wanita tani (KWT)," kata Rayndra kepada detikJateng saat ditemui di rumahnya, Kamis (27/10/2022).

ADVERTISEMENT

Rayndra menuturkan, perjalanan bisnis yang dijalani sekarang ini tidak terlepas dari bantuan Kementan. Sekolah di bawah Kementan, kemudian diberikan akses modal untuk bisnis dari Kementan.

"Sampai sekarang pun masih sering di dampingi, didatangi, diberikan motivasi bahkan suport yang luar biasa. Alhamdulillah saya dipercaya menjadi Duta Petani Milenial Kementan dan sekarang menjadi pengurus pusat di Kementan sebagai Kepala Bidang Peternakan," tuturnya yang asli Pakis ini.

Sementara itu, Ella Rizki mengatakan nenek moyangnya dulu sebagai petani kelapa, mengambil nira dan diolah menjadi gula semut.

"Saat kuliah, saya ingin meneliti apa yang menjadi potensi di sini. Waktu itu, saya meneliti gula, tapi minum gula tidak membuat gula darah naik," ujar Ella yang lulusan S1 Kimia dari Bogor itu.

Saat mengambil S2 Program Magister Kimia di UGM, Ella mengaku mendapatkan bantuan dari Prof Bambang, yang menggeluti kelapa. Dari Prof Bambang tersebut, dikenalkan mengenai VCO, termasuk diajari perihal produk-produk dari kelapa.

"Waktu S2, sambil mengembangkan di sini. Yang tadinya gula kelapa saja, karena saya basic riset," ujarnya.

"Gula semut dijual, dijual kok dengan harga rendah. Ekspor, tapi kok dijual dengan harga rendah, ini perlu branding, marketing, digital marketing dan sebagainya," tutur Ella.

Perajin gula semut di kampungnya ada sekitar 94 orang. Kemudian gula semut yang dibuat tersebut dikumpulkan di unit pengolahan hasil (UPH). Para perajin gula semut ini tergabung dalam KWT Nira Lestari.

Adapun untuk ekspor gula semut menuju Korea, Belanda dan Malaysia. Ekspor gula semut dilakukan sejak tahun 2016. Produk gula semut tersebut telah memenuhi standar prosedur operasional (SOP) yang merupakan hasil penelitian dari Ella. Gula semut produknya dengan PH sekitar 5 sampai 5,8.

"Itu Korea sama Malaysia langsung, yang menuju Belanda lewat buyer. Sekali kirim itu minimal 1 ton. Saya punya idealisme, punya pangan berkualitas untuk rakyat dulu, setelah itu baru ekspor. Kalau dulu produksi ekspor, produksi ekspor. Sekarang baru bisa ekspor, alhamdulillah 4 bulan sekali," tuturnya.

Ella yang berkeinginan setelah lulus S3 Kimia di UGM menjadi dosen di Magelang. Hal ini karena ingin mengembangkan ilmu dan tetap melakukan pemberdayaan masyarakat.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Sistem Ternak Modern

Keberhasilan Rayndra menjadi peternak domba dan kambing dengan menerapkan manajemen yang baik. Hal ini dilakukan dengan mulai penyediaan pakan kering sebagai pengganti rumput. Untuk beternak yang dilakukan tanpa harus merumput.

"Dulu saya pelajari pertama masalah manajemen, baik kesehatan pakan juga budidaya. Kemampuan orang memelihara 10 ekor. Cari masalah manajemen pakan, ternyata limbah-limbah pertanian bisa dimanfaatkan untuk pakan dan lebih efisien dengan pakan kering," kata Rayndra.

"Jadi nggak usah ngarit, memanfaatkan seperti kulit singkong, kangkung kering, bonggol telo, kulit kacang ijo, bungkil kopra. Secara investasi di awal itu, harus beli bahan baku dan lain-lain, tetapi itu lebih mudah dan lebih efisien menurut saya," tutur Rayndra.

Kambing dan domba yang dipelihara sekarang jumlahnya mencapai ratusan. Hal tersebut jika mulai dari pelihara kecil sampai besar dan hasil perkawinan, diakui tidak mungkin.

"Kalau saya bilang ratusan dari saya meranake nggak mungkin, karena itu butuh waktu. Saya mindset punya ratusan dari nganake tiap tahun, saya mungkin 40 tahun punya 100. Ciri milenial itu memang pingin akseleratif dan ingin selalu berinovasi. Kalau total populasi yang ada di kandang total semuanya 500 sampai 550, tapi kapasitas kandangnya sekitar 1.000 ekor," ujarnya.

"Sekarang malah banyak di-breeding karena penggemukan bibitnya cukup sulit, mulai pindah ke breeding atau pengembangbiakan. Penjualannya masih di lokal Jateng-DIY. Itu saja permintaannya luar biasa besar, bahkan kalau dihitung-hitung baru bisa memenuhi 3 persen dari kebutuhan pasar. Jadi kan potensi masih sangat besar," kata Rayndra yang memiliki 5 kandang tersebar di Pakis (2), Grabag, Tegalrejo dan Candimulyo.

Sekolah Tani Milenial

Rayndra menambahkan, pendirian sekolah tani milenial tersebut bertujuan untuk menyebarkan virus pertanian. Virus pertanian bagi generasi muda.

"Tujuannya ya tadi menebar virus pertanian. Karena sekarang banyak juga anak muda yang mau atau ingin terjun di pertanian, tetapi untuk sharing atau fasilitas untuk meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang pertanian atau peternakan. Kita mendirikan sekolah tani milenial ini harapannya bisa meresonansi generasi milenial untuk terjun di sektor pertanian. Kalau jumlah ikut 2 ribu lebih, ada program magang, online dan offline," tutur Rayndra.

"Di momen Sumpah Pemuda ini, saya kira ya bersama-sama membangun kepercayaan, membangun semangat, membangun pertanian," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Wamentan Bicara Petani Berkurang hingga Program Petani Milenial"
[Gambas:Video 20detik]
(rih/rih)


Hide Ads