Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Indonesia, Sudaryono meresmikan ekspor perdana produk gula semut Kulon Progo pada hari ini. Sudaryono berjanji bakal mempermudah proses sertifikasi produk ekspor yang selama ini dianggap menyulitkan produsen lokal.
Ekspor perdana itu dilakukan oleh Koperasi Primer Nira Lestari Golden, Dusun Gunung Kukusan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo, sore tadi. Peresmian diawali dengan prosesi pemecahan kendi ke armada pengangkut gula semut yang akan diekspor. Gula semut merupakan sebutan untuk gula merah berwujud bubuk.
Dalam sesi wawancara dengan awak media, Sudaryono menyatakan senang dengan keberhasilan Koperasi Primer Nira Lestari Golden mengekspor produk gula semut ke Malaysia dan Kanada. Momentum ini jadi pijakan baru pemerintah untuk bisa memudahkan sertifikasi ekspor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah memang sudah ada yang berhasil ekspor, tentu saja menjadi tanggung jawab pemerintah memudahkan segala hal, termasuk memudahkan sertifikasi (ekspor)," ucapnya di lokasi Kamis (20/3/2025).
"Memudahkan dalam hal ini mudah biayanya nggak mahal, keterlibatan banyak pihak dikurangi, terus tadi ada usulan bagaimana sertifikasi mencontoh kementerian lain. Misalnya tadi kami diberi masukan di Kementerian Kelautan ada HACCP bagaimana berlaku juga di Kementerian Pertanian," imbuhnya.
Sudaryono mengakui jika selama ini proses pengajuan sertifikasi sebuah produk lokal untuk bisa diekspor tergolong cukup rumit. Pihaknya pun berjanji akan meringkas prosedur yang ada demi memudahkan masyarakat.
"Selama ini kan melalui mekanisme yang cukup panjang, nah ini kita pelajari. Intinya kalau bisa bikin mudah kenapa harus dibikin susah," ucapnya.
Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyambut positif ekspor perdana gula semut Kulon Progo ke mancanegara.
"Ini jadi bukti nyata bahwa produk gula semut Indonesia mampu bersaing di internasional. Kita lihat dari segi kualitas, produksinya, kemasannya, semua ya sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau standar internasional. Jadi satu hal yang patut diapresiasi," ujarnya.
Sementara itu Ketua Koperasi Primer Nira Lestari Golden, Arif Singgih Purnomo, mengatakan total gula semut yang diekspor mencapai berat 22 ton. Nilainya berkisar Rp 1,1 miliar.
"Ekspor hari ini adalah gula semut kelapa, belum gula semut kelapa organik, karena sertifikatnya kita masih berproses. Untuk total ada 22 ton ke Malaysia dan Kanada dengan nilai total Rp1,1 miliar, dan ini merupakan ekspor perdana," ucapnya.
Arif mengatakan untuk sementara ini pihaknya baru bisa ekspor melalui jalur koperasi primer di Magelang. Sembari itu pihaknya sedang berproses mengurus Control Union Certifications (CUC) agar bisa ekspor mandiri.
"Ya jadi kita pakai izin dari koperasi primer induk yang ada di Magelang, sambil nunggu sertifikasi kita jadi. Kalau kita pakai yang sertifikasi Control Union," ujarnya.
Arif mengatakan masih kesulitan dalam mengurus dokumen sertifikasi ekspor untuk produk organik. Kendala utamanya yaitu biaya yang mahal hingga mencapai ratusan juta rupiah. Oleh sebab itu peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk bisa membantu pihaknya.
"Kita terkendala karena masalah biaya yang mahal, kemudian setiap sertifikasi satu tahun harus diperpanjang. Untuk biayanya bisa Rp 150 juta tergantung luas lahan dan jumlah pohon yang disertifikasi. Sehingga kami minta Kementerian bisa buat aturan lembaga yang bisa bantu kita sertifikasi organik," ujarnya.
(apl/dil)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030