Desa Wisata Ikan Hias Kadisoro Bantul, Tujuan Studi Banding-Suplai Ekspor

Desa Wisata Ikan Hias Kadisoro Bantul, Tujuan Studi Banding-Suplai Ekspor

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Minggu, 28 Agu 2022 11:32 WIB
Desa wisata ikan hias Pedukuhan Kadisoro, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Selasa (23/8/2022).
Desa wisata ikan hias Pedukuhan Kadisoro, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Selasa (23/8/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Bantul -

Warga di Pedukuhan Kadisoro, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, DIY, membudidayakan ikan hias hingga berhasil membuat desa wisata ikan hias. Desa wisata ini menjadi jujukan studi banding dan mampu menyuplai ekspor ikan hias.

Wakil Ketua Pengelola Desa Wisata Kadisoro Nyawiji Dadi Siji (Dewi Kajii), M Gema Ramadhan, menjelaskan sebagian besar warga Kadisoro memiliki kolam di sekitar rumahnya. Sehingga warga banyak yang bekerja sebagai pembudi daya ikan.

"Awalnya kita memang mayoritas warganya pembudi daya ikan dan dimulai tahun 1994. Selanjutnya tahun 2003-2006 berkembang 2003-2006 dan akhirnya 2015 unsur pemuda masuk ke dalam komunitas atau breeder (peternak) hingga akhirnya mewujudkan desa wisata berbasis ikan hias ini," kata Gema saat ditemui di Kadisoro, Bantul, Selasa (23/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, belum ada desa wisata berbasis ikan hias di daerah lain. Warga pun berinisiatif menciptakan desa wisata ikan hias.

"Baru tahun 2019-2020 dikukuhkan jadi desa wisata berbasis ikan hias, uniknya adalah ini belum ada di Indonesia. Kedua, kebetulan breeder kami memang mempelajari keilmuan ikan dari yang ikan biasa sampai ikan yang berkualitas itu ada semua," jelas Ketua Pokdarwis Gilang Wicitra Gilangharjo ini.

ADVERTISEMENT

Gema melanjutkan, di Kadisoro memiliki Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP). Hal itu setelah adanya penunjukan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Kita memiliki P2MKP dan ini ditunjuk Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jadi dari dinas-dinas di DIY-Jateng belajar budi daya ikan hias ke sini, seperti hari ini ada tamu dari Jepara untuk belajar ikan hias," ujarnya.

"Ada dari Jepara dan kebetulan mereka tujuh hari di sini, terus ada orang dari Bali dan Balanda juga pernah ke sini," imbuhnya.

Desa wisata ikan hias Pedukuhan Kadisoro, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Selasa (23/8/2022).Desa wisata ikan hias Pedukuhan Kadisoro, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Selasa (23/8/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Gema mengaku saat ini banyak warga Kadisoro yang meraup keuntungan dari budi daya ikan hias. Bahkan saat ini di Kadisoro sudah ada 30 jenis ikan hias yang dibudidayakan.

"Kalau berbicara hanya industri ikan tentu yang akan berdampak adalah pelaku ikan hias. Tapi dengan adanya desa wisata ini semua bisa terkena dampaknya, seperti kuliner, suvenir, hingga penjaga parkir," ujarnya.

"Kalau omzet dari budi daya ikan hias ini macam-macam ya, tapi ada dari satu trader ada yang omzetnya mencapai Rp 100 juta per bulan," imbuh Gema.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Salah satu pembudi daya ikan hias di Kadisoro, Kriswanto (39), mengaku telah menekuni budi daya ikan hias sejak tahun 2003. Sebelumnya Kriswanto fokus dalam budi daya ikan konsumsi.

"Memang kita dari hobi ya, dulu memanfaatkan lahan kita untuk memelihara ikan konsumsi. Selanjutnya ganti dengan ikan hias," ujar Kriswanto.

Kriswanto mengaku tidak menyangka jika peminat ikan hias ternyata banyak dan memiliki daya jual yang lebih tinggi ketimbang ikan konsumsi. Dari situ, warga Kadisoro mulai beralih membudidayakan ikan hias.

"Di awal kita belum target secara ekonomi karena tujuannya memanfaatkan lahan untuk mengisi lingkungan kita. Akhirnya kita kembangkan dan ternyata itu laku, ada pedagang yang datang ke sini dan habis itu kita berkelompok, khususnya di RT 3 mengikuti untuk memelihara ikan hias," jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, Kriswanto membuat kelompok budi daya ikan hias bernama Buana Mina. Pria yang juga Ketua II dan Seksi Pemasaran Kelompok Buana Mina mengaku saat ini jumlah anggotanya sudah 20 orang.

"Budi daya kita fokus di ikan-ikan yang beranak, seperti ikan Guppy dan ikan Molly," ucapnya.

Soal perawatan, Kriswanto menyebut susah-susah gampang. Pasalnya budi daya ikan hias tergantung dengan cuaca.

"Dilihat secara umum mudah, tapi kan harus berproses ya dan itu pasti ada kendala. Kalau sekarang seperti masalah alam, cuaca, karena itu mempengaruhi budi daya. Karena ikan ini ikan hidup dan memiliki penyakit. Jadi bisa dibilang budi daya ikan hias ini susah-susah gampang," ungkapnya.

Saat ini, kata Kriswanto, ikan hias yang paling diminati adalah ikan Xiphophorus. Karena pasarnya ikan itu sangat luas dan untuk permintaannya sangat banyak.

Halaman selanjutnya, sub eksportir...

Sedangkan untuk pemasaran, dia mengaku menjadi sub eksportir. Selain itu mengandalkan pedagang ikan yang datang langsung ke Kadisoro dan menjualnya secara berkeliling ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.

"Kalau untuk pasaran kita sudah keluar pulau. Kedua kita sub eksportir, kita suplai eksportir dan ikan kita dikirim ke luar seperti Korea Selatan dan Amerika. Tapi kita memang sub, produksi kita kirim ke eksportir dan mereka yang didistribusikan," ujarnya.

"Harapannya ke depan kita ingin ekspor sendiri, apalagi kita sekarang sudah memiliki Bandara Internasional sendiri di Kulon Progo. Itu kan bisa membantu sistem tata niaga kita untuk keluar," lanjut Kriswanto.

Menurutnya, bisnis ikan hias tidak terpengaruh pandemi COVID-19 dan omzetnya terbilang besar meski harus dibagi dengan anggota kelompok. Bahkan saat COVID-19 omzetnya malah meningkat 30 persen.

"Omzet total keseluruhan di kelompok sekitar Rp 100 juta per bulan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3
(rih/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads