Sunardi (50) tampak berpeluh di depan tumpukan arang yang menyala dipompa rekannya. Batangan besi lancip diambilnya dengan pengait, diletakkan di bongkah besi lalu dipukulnya sekuat tenaga dengan palu.
Sunardi adalah satu dari beberapa orang pande besi yang bertahan membuka lapak di Pasar Hewan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Jelang Idul Adha, Sunardi dan kawan-kawannya mengaku sepi pesanan. Kenapa?
"Sebelum ada PMK (penyakit mulut dan kuku) ya ramai, tapi ini nggak tahu gimana. Yang paling ramai jelang Idul Adha biasanya pisau tapi ini belum laku," kata Sunardi saat ditemui detikJateng, Rabu (6/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sunardi menuturkan pasar hewan di Klaten kembali dibuka pada 29 Juni lalu setelah ditutup dua pekan lebih gegara PMK yang menyerang ternak sapi. Pasar Hewan Jatinom buka ketika pasaran Legi.
"Sejak dibuka tanggal 29 Juni baru dua kali hari pasaran Legi atau Legen di sini. Yang pertama itu pisau laku dua biji, Legen yang kedua tidak laku," jelas Sunardi.
Disebutnya, sepinya pembeli karena pedagang yang datang ke pasar tidak membawa sapi sehingga sedikit warga yang berduyun-duyun ke pasar.
"Warga sepi ke sini, padahal selama pasar tutup saya juga tidak buka. Akhirnya di rumah atau dagangan di jual ke pasar lain (bukan pasar hewan)," ujarnya.
![]() |
Pisau daging kecil yang dijual Sunardi dihargai Rp 40 ribu-Rp 50 ribu dan pisau sembelih harganya minimal Rp 100 ribu.
"Sebelum ada PMK biasanya sudah laku puluhan," tuturnya.
Pande besi lainnya, Suwanto juga merasakan hal yang sama. Saat ini kondisi pasar hewan masih sepi.
"Sepi. Jauh berbeda sebelum ada PMK, ini belum laku sama sekali, pesanan juga tidak ada," kata Suwanto kepada detikJateng.
Suwanto pun berharap pembukaan pasar hewan tetap dilanjutkan setelah Idul Adha. Menurutnya penutupan pasar tidak hanya berdampak bagi pedagang sapi.
"Yang repot tidak hanya pedagang sapi, pande besi sampai warung makan di pasar hewan juga bingung. Orang kecil mau cari makan susah," ujar Suwanto.
(rih/mbr)