Meroketnya harga kedelai sejak dua pekan lalu memaksa pengusaha keripik tahu di Kota Magelang menempuh berbagai siasat agar tak gulung tikar, mulai dari mengurangi produksi sampai meliburkan sebagian pekerjanya.
"Biasanya produksi tiap hari, sekarang kita kurangi. Kadang jumlah pekerja juga dikurangi. Biasanya datang semua, sekarang kita bikin jadi separuh," kata pengusaha Keripik Tahu Larasta, Christina Dwi Laras (31), saat ditemui detikJateng, Sabtu (26/2/2022).
Saat harga kedelai normal, Keripik Tahu Larasta yang beralamat di Jalan Tidar Campur, Kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, itu mempekerjakan sekitar 20-an orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laras mengatakan, keuntungan yang diperolehnya saat harga kedelai masih Rp 10 ribu sudah terbilang minim. Apalagi sekarang harga kedelai sudah mencapai Rp 11.100.
![]() |
"Tak hanya kedelai yang mahal, harga minyak goreng saat ini juga masih tinggi. Padahal untuk membuat keripik kan tahunya mesti digoreng sampai kering," ujar Laras.
Demi mengencangkan ikat pinggang, Laras pun kini hanya memproduksi keripik tahu sejumlah yang diminta pelanggannya. Sebelum harga kedelai melambung, Laras bisa memproduksi sekitar 50-100 bal keripik per hari. Satu bal beratnya dua kilogram.
"Sekarang sesuai permintaan saja, bisa 50 bal sudah (bagus). Omzet menurun, padahal mau Lebaran. (Dulu) Pelanggan berani stok banyak, sekarang mangu-mangu (ragu-ragu)," kata Laras.
Tak hanya mengurangi produksi, Laras juga mengaku terpaksa menaikkan harga eceran dari Rp 70 ribu menjadi Rp 75 ribu per bal (berat 2 kilogram).
"Karena kedelai naik, minyak naik, kalau harga kami nggak dinaikkan ya gimana," tandasnya.
Pada masa awal pandemi, menurut Laras, harga kedelai masih Rp 9 ribu per kilogram. Sekarang jadi Rp 11.100 per kilogram.
"Harga tahu seharusnya sudah naik lebih dari Rp2.000, tapi kami nggak bisa menaikkan begitu banyak ke pelanggan. Kemarin memang kami naikkan sedikit harganya, tapi sebenarnya laba kami yang justru berkurang banyak," pungkasnya.
(dil/rih)