Tak Ikut Mogok! Perajin Tahu-Tempe di Klaten Pilih Kecilkan Ukuran

Tak Ikut Mogok! Perajin Tahu-Tempe di Klaten Pilih Kecilkan Ukuran

Achmad Syauqi - detikJateng
Senin, 21 Feb 2022 12:35 WIB
Perajin tempe di Klaten, Senin (21/2/2022).
Perajin tempe di Klaten, Senin (21/2/2022). Foto: Achmad Syauqi/detikJateng
Klaten -

Perajin tahu dan tempe di Kabupaten Klaten tidak mogok produksi menyikapi mahalnya harga kedelai. Perajin tetap berproduksi dengan siasat mengurangi ukuran.

"Kita dengar ada yang mau mogok di beberapa daerah. Tapi di Klaten sampai saat ini masih berproduksi," ungkap Sekretaris Primer Koperasi Tahu-Tempe (Kopti) Klaten, Dodi Eka Wardhana, kepada detikJateng, Senin (21/2/2022).

Dodi mengatakan harga kedelai yang terus menanjak memang menyulitkan perajin. Harga terakhir sudah mencapai Rp 11.250 per kilogram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terakhir harga kemarin Rp 11.250 per kilogram, tidak tahu sekarang berapa. Dampaknya terjamin penurunan produksi sekitar 50 persen meski masih bertahan," terang Dodi.

Perajin, sebut Dodi, tidak bisa berbuat banyak dalam kondisi saat ini. Sebagian menyiasati keadaan dengan mengecilkan ukuran.

ADVERTISEMENT

"Banyak yang mengecilkan ukuran tetapi tetap berproduksi. Harapan kami sebenarnya ada subsidi atau segera ada operasi pasar, tapi kedelai ini kan persoalan global," papar Dodi.

Sementara itu, perajin tempe di Dusun Durenan, Desa Kalangan, Kecamatan Pedan, Yakin Darto Mulyono (80), mengaku mendengar ada kabar mogok produksi di daerah lain. Tapi sejauh ini dirinya memilih tetap produksi.

"Saya dengar dari radio ada yang mau mogok. Tapi saya tidak, hanya mengecilkan produksi karena memang sekarang membuat tempe tidak untung," kata Darto ditemui di rumahnya.

"Harga kedelai mendekati Rp 12.000 padahal pernah di harga Rp 6.000 tahun lalu. Baru kali ini harga naik terus sejak Januari tidak turun," lanjutnya.

Menurutnya, jika kondisi ini terus berlangsung maka perajin bisa gulung tikar karena terus merugi. Karena tidak mungkin perajin menaikkan harga jual tempe.

"Tidak mungkin menaikkan harga lebih dari Rp 500, pembeli tidak mau, bisanya mengecilkan ukuran. Kita kalau berhenti kasihan pembeli juga," ujarnya.

Perajin tempe kripik di Desa Kalangan, Kecamatan Pedan, Toni (60), mengatakan siasat mengecilkan ukuran harus ditempuh agar usahanya bisa bertahan.

"Kalau di sini belum ada yang mogok, tapi kita kecilkan ukuran. Ini sudah kedelai naik dan harga minyak tidak mau turun," kata Toni ditemui di rumahnya.

Di Desa Kalangan dan sekitarnya, sebut Toni, ada ratusan perajin tempe. Tidak hanya tempe untuk masak tetapi juga tempe keripik yang menggunakan minyak goreng.

"Selain tempe untuk masak, di sini juga tempe keripik. Harga minyak goreng curah sekarang satu jeriken Rp 310.000 padahal sebelumnya Rp 160.000," imbuh Toni.

Diberitakan sebelumnya, perajin tahu dan tempe bakal melakukan aksi mogok produksi mulai Senin 21 Februari hingga Rabu 23 Februari 2022.

Harga kedelai yang terus meningkat tajam membuat perajin tahu tempe melakukan aksi mogok produksi. Menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin, mogok produksi ini bakal terjadi di seluruh pulau Jawa.

"Awalnya, memang Jakarta saja. Cuma kan tukang tempe tahu ini saudara dan sama-sama merasakan kesulitan karena kedelai mahal ini. Makanya kebersamaan persatuan dalam koperasi itu akhirnya kami se-Jawa akan melakukan mogok," papar Aip saat dihubungi detikcom, Sabtu (19/2).

Mewakili para perajin, Aip meminta maaf apabila aksi mogok produksi ini membebani masyarakat. Menurutnya, aksi ini dilakukan agar nasib perajin tahu dan tempe bisa lebih diperhatikan.




(rih/mbr)


Hide Ads