Harga Tempe di Brebes Naik Gegara Kedelai Kian Mahal

Harga Tempe di Brebes Naik Gegara Kedelai Kian Mahal

Imam Suripto - detikJateng
Rabu, 16 Feb 2022 15:26 WIB
Perajin tahu dan tempe di Kabupaten Brebes, Rabu (16/2/2022).
Perajin tahu dan tempe di Kabupaten Brebes, Rabu (16/2/2022). Foto: Imam Suripto/detikJateng
Brebes -

Perajin tempe di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, terkena dampak dari kenaikan harga kedelai. Perajin terpaksa menyesuaikan harga jual tempe agar tidak mengalami kerugian.

Salah satu perajin tempe yang menerapkan harga baru adalah Nur Arifudin (36) warga Kelurahan Pasarbatang, Kecamatan Brebes.

Menurut dia, harga jual tempe produksinya terpaksa dinaikkan lantaran harga bahan baku kacang kedelai naik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga tempe buatan Nur Arifudin naik sejak harga kedelai naik sekitar satu bulan lalu. Disebutkan, harga kedelai Rp 11 ribu per kilogram atau naik Rp 1.000 dari harga sebelumnya Rp 10 ribu per kilogram.

"Saya jual tempe Rp 11 ribu per kilo. Sebelum ada kenaikan harga kedelai saya jual tempe Rp10 ribu. Mendingan menaikkan harga dari pada harus mengurangi ukurannya," kata Nur Arifudin di rumah produksinya, Rabu (16/2/2022).

ADVERTISEMENT

Di tengah fluktuasi harga kedelai, Nur Arifudin mengungkapkan, dirinya tidak merasa kesulitan mendapatkan bahan baku kacang kedelai.

Sebagai perajin tempe, pria ini tidak membeli kedelai dari Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti), melainkan dari toko. Alasannya, harga kedelai di toko lebih murah dibanding Primkopti.

"Saya sudah lama tidak beli di Primkopti lagi karena harganya lebih mahal dari harga toko. Kalau dipaksakan beli di situ (Primkopti) tentu saya jual tempe di atas harga sekarang (Rp 11 ribu)," jelasnya.

Sebagai perajin, Arifudin berharap, harga kedelai di pasaran bisa stabil sehingga pedagang tidak perlu menaikkan harga.

"Banyak yang tanya kenapa harganya naik. Tidak seperti kemarin-kemarin harganya Rp10 ribu," tutur dia.

Terpisah, Ketua Primkopti Brebes, Amrulloh menjelaskan, akibat adanya kenaikan harga, tidak bisa memasok kedelai ke semua perajin tempe Tercatat, Primkopti Brebes memiliki 360 anggota yang aktif dengan total kebutuhan 180 ton per bulan.

Sejak terjadi perubahan harga, Primkopti tidak bisa memenuhi kebutuhan seluruh perajin tempe. Dari total kebutuhan 180 ton, Primkopti Brebes hanya mampu membeli 40 ton karena keterbatasan modal.

"Kebutuhan 360 perajin sebanyak 180 ton per bulan. Karena adanya kenaikkan harga, modal kami hanya mampu membeli 40 ton," ungkap Amrullah.

Lebih lanjut, Amrullah menjelaskan, naiknya harga kedelai akhir akhir ini disebabkan beberapa faktor. Pertama produktivitas kedelai di negara asal mengalami penurunan. Faktor lainnya, ada permintaan besar besaran dari China untuk peternakan babi dan adanya hambatan pengiriman.

"Penyebab lonjakan harga kedelai itu karena di daerah produsen, Brasil, produksinya sedang menurun. Terus ada permintaan besar besaran dari China untuk peternakan babi dan adanya kendala dari pengiriman (shipping)," beber Amrullah.

Untuk harga kedelai sendiri, Amrullah mengungkap, Primkopti membeli langsung dari importir sebesar Rp 10.775 per kilo. Sebelum ada kenaikan, kedelai di tingkat importir Rp 9 ribu per kilogram.




(ahr/aku)


Hide Ads