Cerita Hendra Wisudawan Terbaik Untidar, Sempat Dilarang Kuliah karena Biaya

Cerita Hendra Wisudawan Terbaik Untidar, Sempat Dilarang Kuliah karena Biaya

Eko Susanto - detikJateng
Sabtu, 12 Apr 2025 20:28 WIB
Wisudawan terbaik Universitas Tidar (Untidar) Hendra Lana Saputra (22) bersama kedua orangtuanya, Sabtu (12/4/2025).
Wisudawan terbaik Universitas Tidar (Untidar) Hendra Lana Saputra (22) bersama kedua orangtuanya, Sabtu (12/4/2025). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Salah satu wisudawan Universitas Tidar (Untidar), Hendra Lana Saputra (22) benar-benar menjadi kebanggaan kedua orang tuanya. Pasalnya, dari tujuh bersaudara hanya dia lulus sarjana, sedang kakak-kakaknya dan adiknya hanya lulus SMP.

Lelaki kelahiran Brebes, 2 Juni 2002 diterima di Universitas Tidar melalui jalur undangan atau jalur prestasi. Alumni SMAN 2 Brebes itu semenjak diterima di program studi (prodi) Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) mendapatkan beasiswa atau Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.

Berasal dari keluarga pas-pasan tak membuat Hendra minder. Dia terus semangat untuk kuliah dengan dibuktikan sebagai lulusan terbaik atau cumlaude dengan indek prestasi kumulatif (IPK) 3,94. Tercatat dia lulus dalam waktu 3 tahun 5 bulan 20 hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia bahkan semenjak semester 4 tidak malu berjualan online makanan khas Tegal, Olos. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk mencukupi kebutuhan atau pengeluaran tak terduga selama ngekos di Magelang.

Saat wisuda, Hendra yang dipanggil kali pertama dan diwisuda langsung oleh Rektor Untidar Prof Dr Sugiyarto. Anak keenam pasangan Sudi (64) dan Daminah (59) didaulat mewakili 468 wisudawan menyampaikan pidato.

ADVERTISEMENT

"Kebetulan saya dari anak ke-6 dari 7 bersaudara dan kakak saya itu hanya lulusan SMP. Saat ini, adik saya harus mengenyam pendidikan di bangku SMA, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan orang tua sedang memfokuskan agar saya lulus terlebih dahulu," kata Hendra kepada awak media usai mengikuti prosesi wisuda Untidar, Sabtu (12/4/2025).

"Sehingga untuk saat ini, adik saya belum sekolah. Dan Insyaallah akan melanjutkan (sekolah) ketika saya selesai sarjana dan bekerja," sambung Hendra.

Hendra mengatakan, kakak-kakaknya hanya lulusan SMP yang sulit mencari pekerjaan. Kemudian, pihaknya berasal dari keluarga pas-pasan tersebut justru menjadi motivasi untuk menempuh pendidikan yang layak.

"Karena lahir dari keluarga yang serba pas-pasan justru menjadi motivasi besar untuk lebih bangkit dan lebih semangat. Karena melihat dari background kakak-kakak saya yang hanya lulusan SMP, yang sulit mencari pekerjaan. Tentunya, saya tidak mau kalau nasib keluarga saya itu hanya berhenti di situ saja. Saya harap dengan adanya saya sebagai anak yang ke-6 tentu ingin membahagiakan dan mengangkat derajat keluarga," tuturnya.

"(Beasiswa) Kalau untuk biaya hidup tentu cukup, nggak cukup. Untuk kebutuhan sehari-hari di Magelang, saya selain untuk menutupi kebutuhan hidup dan biaya lain-lain juga saya memiliki usaha sendiri di mana usaha (jualan) makanan khas Tegal namanya Olos. Dengan adanya usaha yang saya kembangkan itu setidaknya bisa menutupi biaya-biaya lain yang tidak terduga sifatnya," imbuhnya.

Hendra mengatakan, semenjak semester 4 sudah mulai berjualan makanan khas Tegal Olos. Meski demikian, kedua orang tuanya tidak mengetahui jika anaknya mencukupi kebutuhan hidup dengan berjualan.

"Dijualnya online. Kebetulan saya jual ke rekan-rekan magang, pegawai-pegawai yang dulu saya tempati magang. Saya kenalkan makanan tersebut, alhamdulillah mereka pada antusias dan membeli," tuturnya.

"Iya tentunya dari orang tua juga support, tapi memang sifatnya terbatas karena untuk mencukupi kebutuhan di rumah juga. Jadi, saya sifatnya tidak memaksakan kedua orang tua untuk selalu mentransfer uang atau misalnya saya butuh apa, tapi saya selalu mengusahakan dari diri saya sendiri dulu. Jika kalau memang saya sudah tidak sanggup, baru saya mencoba minta tolong ke orang tua, tapi itu jarang," ujarnya.

Pihaknya juga aktif di kampus maupun kegiatan di luar kampus. Untuk di luar kampus, dia aktif di Duta Genre Kota Magelang maupun Duta Antinarkoba.

"Untuk pulang kampung sendiri, lumayan (jarang) lama karena memang jarak yang jauh juga. Satu sisi, juga pada proses perkuliahan, saya aktif di berbagai kegiatan baik di internal kampus maupun di luar. Jadi ada kegiatan yang memang mengharuskan saya untuk tetap di Magelang," kata dia.

"Untuk eksternal seperti saya mengikuti ajang-ajang event Duta Genre Kota Magelang, saya ikut forumnya. Kemudian, saya juga ikut Duta Antinarkoba, kadang ada panggilan untuk job MC (master ceremony) di berbagai kegiatan kemahasiswaan atau kegiatan wedding organizer," ujar Hendra.

Ingin Adik Dapat Pendidikan Lebih Baik

Hendra mengatakan, setelah lulus sarjana ingin meningkatkan value untuk diri sendirinya. Kemudian, pihaknya ingin adik perempuannya bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik.

"Ingin meningkatkan value untuk diri saya sendiri dan adik saya tentunya untuk bisa merasakan pendidikan yang jauh lebih baik. Dan tentunya, saya ingin melanjutkan hidup untuk bekerja dan bisa membahagiakan kedua orang tua serta keluarga," tutur Hendra.

Hendra menambahkan, saat ingin melanjutkan kuliah mendapatkan dukungan penuh dari ibunya. Justru sebaliknya mendapatkan penolakan dari bapaknya yang memintanya bekerja saja sebagai anak laki-laki membantu mencari penghasilan untuk keluarga. Hendra pun membagi waktu dan memanajemen waktu agar bisa lulus tepat waktu.

Selengkapnya bisa dibaca di halaman berikutnya:

"Jadi untuk membagi waktunya, biasanya saya menyusun skala prioritas. Jadi, saya dari kecil memang sering menuliskan beberapa note atau mimpi atau harapan yang ingin saya capai di sebuah catatan. Jadi, itu sebuah doa dan sekaligus menjadi planning ke depannya," katanya.

"Kayak skripsi kemarin juga saya menyusun agenda-agenda seperti nanti sidang tanggal berapa, bulan berapa dan nanti penelitian berapa waktu estimasinya biasanya seperti itu. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang sudah saya catatkan itu melenceng. Alhamdulillah sejauh ini dengan adanya catatan-catatan prioritas tersebut memudahkan saya untuk memanajemen waktu," ujarnya.

Ortu Sempat Larang Hendra Kuliah

Sementara itu, orang tua Hendra, Sudi, mengaku terharu dan bahagia atas diwisudanya putranya. Pihaknya pun sempat melarang Hendra untuk kuliah salah satu alasanya karena faktor biaya.

"Pokoke seneng lah (pokoknya senang). Bahasa Jawane seneng, bangga duwe anak (Bahasa Jawanya senang, bangga punya anak) sarjana," ujar Sudi dengan dialek ngapaknya, itu.

"Saya nggak boleh (Hendra kuliah). Karena saya nggak mampu, saya buruh (tani) paling harian (dapat uang) berapa. Satu hari (dapat) Rp 60 ribu, saudara tiga belum kawin. Saya kan mumet (untuk biaya). Adiknya saja lulusan SMP, waktu mau minta (sekolah) SMA, saya nggak boleh. Karena dapat sedikit-sedikit buat bantu Hendra. Jadi adiknya belum sekolah dulu, nanti Hendra sudah lulus, baru kamu (adiknya) lanjut," sambung Sudi.

Sudi mengaku, selama Hendra kuliah di Untidar belum pernah menengok. Bahkan saat Hendra jatuh sakit, pihaknya hanya bisa menangis di rumahnya karena tidak punya uang untuk biaya menuju Magelang.

"Belum (pernah nengok), sakit saja di sini (Magelang), saya di rumah nangis, nggak ada ongkos ke sini. Hendra ngebel (kasih kabar sakit), aku nangis, sedih. Sekarang nangis haru, dulu sedih," ujar Sudi berkaca-kaca.

Pihaknya bersama keluarga besarnya datang untuk melihat proses wisuda Hendra. Perjalanan dari Brebes hingga sampai di Magelang, Sabtu (12/4) sekitar pukul 02.00 WIB.

"Rombongan anak-anak saya dan cucu ke sini. Tetangga nggak ngerti, nggak percaya anak saya kuliah. Wong dipakai makan saja susah, dia (Hendra) kan cari sendiri biayanya," tuturnya.

Hal senada disampaikan ibunya Hendra, Daminah. "Alhamdulillah senang sekali (Hendra lulus). Dari 7 bersaudara, yang perempuan 4 dan laki-laki 3. Hendra anak keenam," ujar Daminah.

Rektor Untidar, Prof Sugiyarto mengatakan, wisuda untuk periode awal tahun 2025 mewisuda sejumlah 468 wisudawan. Pihaknya berharap untuk wisuda periode berikutnya bisa dilaksanakan lebih baik lagi.

"Bersyukur kali ini, ada wisudawan yang lumayan menunjukkan prestasi yaitu Mas Hendra. Sedikit kita pahami etosnya luar biasa, termasuk dari bidik misi dapat KIP," kata Sugiyarto.

"Orang tuanya nggak mampu, tapi ternyata memiliki prestasi yang sangat bagus. Dengan akademik yang IPK-nya sampai 3,94 dari prodi Administrasi Negara," pungkas Sugiyarto.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(apu/apu)


Hide Ads