Cerita Wisudawan Termuda-Terbaik Untidar, Sempat Minder-Raih IPK 3,95

Cerita Wisudawan Termuda-Terbaik Untidar, Sempat Minder-Raih IPK 3,95

Eko Susanto - detikJateng
Minggu, 01 Des 2024 08:01 WIB
Lulusan termuda Untidar usia 20 tahun Ridwan Rahmanto,Β Sabtu (30/11/2024).
Lulusan termuda Untidar usia 20 tahun Ridwan Rahmanto,Β Sabtu (30/11/2024). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Universitas Tidar (Untidar) melakukan wisuda terhadap 868 mahasiswanya, salah satunya wisudawan termuda berusia 20 tahun. Selain itu, ada wisudawan lulusan terbaik diraih anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang sejak kecil diasuh neneknya.

Wisudawan termuda itu bernama Ridwan Rahmanto (20), mahasiswa dari jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik. Mahasiswa angkatan 2020 ini lulus dengan masa studi 3 tahun 10 bulan 25 hari.

Ia pun mematahkan anggapan jika kuliah di Fakultas Teknik lulus lama. Hal tersebut tak berlaku baginya, selain lulus kurang dari 4 tahun juga dengan predikat cumlaude.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ridwan merupakan anak nomor dua dari tiga bersaudara pasangan Sugiharto dan Daryanti asal Macanan, Kebakkramat, Karanganyar. Dia kelahiran tahun 2004.

Selepas dari SMKN 2 Surakarta jurusan arsitek, Ridwan masuk Untidar melalui jalur undangan atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada awal kuliah, ia seperti mahasiswa pada umumnya.

ADVERTISEMENT

"Teman-teman tahu (paling muda) agak sedikit minder. Awalnya masuk takut, saya termuda nanti bersaingnya bagaimana, tapi dengan keyakinan dan percaya diri bisa mengikuti kuliah dengan biasa," kata Ridwan kepada awak media usai wisuda di Untidar, Sabtu (30/11/2024).

"Alhamdulillah, saya lulus 3 tahun, 10 bulan," sambungnya.

Ia pun sering mendengar orang yang menyebut kuliah di Fakultas Teknik lulusnya lama. Selain itu, jarang yang bisa lulus tepat 4 tahun.

"Itu tantangan bagi saya. Saya ingin membantah perkataan orang-orang,'wah apa bisa, Teknik Sipil lulus 4 tahun, minimal 5'. Di sini saya buktikan bisa dan alhamdulillah cumlaude juga. Sebelum 4 tahun sudah bisa lulus," kata dia.

Anak PMI Lulusan Terbaik

Hal berbeda dialami lulusan terbaik dari Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Muhammad Ardi Amirul. Dia saat menghadiri wisuda hanya di dampingi nenek dan saudaranya.

Pasalnya, ibunya menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia. Sedangkan ayahnya sudah meninggal saat Ardi masih balita. Ardi mendapat predikat cumlaude dengan IPK 3,95.

"Saya itu ditinggal ibu (ke Malaysia) mulai 8 bulan. Karena keperluan ekonomi dan sebagainya sehingga ibu mau tidak mau harus bekerja ke luar negeri tepatnya di Malaysia," kata Ardi.

Lulusan terbaik Muhamad Ardi Amirul berfoto dengan Rektor Untidar Prof Sugiyarto, Sabtu (30/11/2024).Lulusan terbaik Muhamad Ardi Amirul berfoto dengan Rektor Untidar Prof Sugiyarto, Sabtu (30/11/2024). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Kemudian setelah itu tinggal bersama neneknya, Sodiyah (71). Semenjak usia 8 bulan hingga sekarang tinggal di kampungnya Demangsari, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen bersama neneknya. Ardi merupakan anak pasangan almarhum Sihid dan Siti Jariyah.

"Ibu itu baru pulang (Kebumen) pertama kali ketika saya berusia 10 tahun. Saya dari lahir belum pernah ketemu secara langsung sama ayah," kata Ardi alumni SMAN 1 Rowokele, Kebumen.

Ia pun masuk di Untidar melalui jalur undangan atau SNMPTN pada tahun 2020. Menurutnya, prestasi yang diraih saat SMA kebanyakan nonakademik.

"Alhamdulillah 2 tahun berturut-turut juara lomba debat Bahasa Indonesia tingkat kabupaten. Juga juara 1 Olimpiade Palang Merah tingkat kabupaten dan lainnya," tutur Ardi yang kelahiran 2002 ini.

"Selama kuliah, alhamdulillah dapat beasiswa KIP-Kuliah. Dari awal dari akhir kuliah," kata Ardi.

Ardi pun selama kuliah aktif mengikuti berbagai kegiatan di kampus. Untuk itu karena mendapatkan beasiswa, pihaknya menargetkan lulus kuliah dengan IPK 3,5.

"Selain padat (kuliah) diselingi kegiatan organisasi kemahasiswaan baik himpunan, UKM Pramuka," katanya.

Setelah lulus, katanya, mau memperbaiki skill Bahasa Inggris untuk mempersiapkan masuk S2. Kemudian mempersiapkan berkas-berkas untuk beasiswa S2.

"Rencana ingin melanjutkan di dalam negeri, kalau tidak di Pendidikan IPA UNS, Unnes (Universitas Negeri Semarang) atau di Unesa (Universitas Negeri Surabaya). Itu rekomendasi dari dosen pembimbing," ujar dia.

Ardi mengatakan ibunya bekerja di Malaysia dan terakhir berkomunikasi pagi hari sebelumnya proses wisuda. Pihaknya mengirimkan link YouTube Untidar. Kemudian pulang di Kebumen terakhir sekitar 7 tahun lalu.

"Tadi pagi. Tadi saya kirim link YouTube belum sempat respons. Saya cuman bilang salah satu terbaik, belum bisa kalau saya terbaik. IPK saya 3,95," ujarnya.

Sementara itu, nenek Ardi, Sodiyah mengaku, senang dan trenyuh. "Ardi itu cucu paling kecil. Anaknya lucu, sekolah pinter sejak SMP," ujarnya.

"Tadi malam berangkat dari Ayah Kebumen jam 2 sampai sini jam 6. Saya sudah tiga kali ke sini (kampus) pertama ngantar daftar," tuturnya.

Sementara itu, Rektor Untidar Prof Sugiyarto mengatakan, pada wisuda ke-68 ini ada 868 mahasiswa. Menurutnya, wisuda yang dilangsungkan hari ini dinilai cukup istimewa karena jumlahnya banyak.

"Ada beberapa wisudawan istimewa juga, salah satunya wisudawan terbaik yang bisa memberikan motivasi kepada masyarakat umum. Yang saya pahami dari keluarga yang sangat penuh perjuangan untuk bisa hidup bisa mencapai puncak," kata Sugiyarto.

"Cerita dari keluarganya untuk menghidupi harus bekerja ke luar negeri dan sebagainya. Harus ada mbahnya yang punya dedikasi luar biasa tentu menjadi satu dukungan yang sangat bagus. Tapi yang paling utama adalah ini contoh generasi muda yang punya etos juang luar biasa, Mas Ardi. Saya rasa menjadi role model, bagaimana kita menjadi berprestasi itu jangan takut dengan segala rintangan dan keterbatasan," pungkasnya.




(rih/rih)


Hide Ads