Cerita Kaum Boro Wonogiri Cari Nafkah dan Jodoh di Kota Besar, Endingnya...

Cerita Kaum Boro Wonogiri Cari Nafkah dan Jodoh di Kota Besar, Endingnya...

Tara Wahyu NV - detikJateng
Jumat, 04 Apr 2025 16:43 WIB
Kaum boro tiba di Terminal Tipe A Giri Adipura Wonogiri Sabtu (30/4/2022).
Kaum boro tiba di Terminal Tipe A Giri Adipura Wonogiri Sabtu (30/4/2022). Foto: Dok detikJateng.
Wonogiri -

Kondisi Kabupaten Wonogiri yang terhitung gersang pada masa lalu membuat sebagian warga memilih merantau di kota besar. Bahkan tradisi itu tetap dilakukan meski Wonogiri sudah memiliki beberapa waduk untuk menunjang pertanian.

Para perantau yang mendapat julukan kaum boro atau ngalemboro alias pengembara ini berusaha mencari nafkah di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Lampung. Para perantau yang beruntung tidak hanya memperoleh nafkah, tapi juga mendapat jodoh di perantauan.

Kebanyakan warga merantau saat masih berstatus lajang. Mereka meninggalkan kampung halamannya saat lulus SMA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rata-rata lajang, jadi merantau sebagian besar lajang, dan baru menemukan jodoh di sini (perantauan)," kata Ketua Umum Paguyuban Wonogiri Manunggal Sedyo (Pawon Mas), Agus Suparyanto kepada detikJateng, Kamis (27/3/2025).

Di perantauan, mereka rata-rata menjalin ikatan dengan sesama kaum boro Wonogiri dengan membentuk paguyuban-paguyuban. Pawon Mas merupakan salah satu paguyuban perantau yang memiliki banyak anggota.

ADVERTISEMENT

"Jumlahnya di kami anggota ada 1.000 an tersebar di Jabodetabek, Lampung, dan Surabaya," kata dia.

Demi menyambung ikatan persaudaraan, mereka rutin mengadakan pertemuan atau kopi darat. Tak jarang muda-mudi yang berjumpa pada saat kopi darat tersebut menjalin ikatan percintaan hingga berujung pada pernikahan.

Mereka jauh-jauh merantau ke kota besar untuk mencari nafkah dan jodoh, namun akhirnya memperoleh pasangan hidupnya tetap sesama warga Wonogiri.

Suparyanto mengaku menjadi salah satu perantau yang memperoleh jodohnya di acara kopi darat sesama perantau. Dia dan istrinya kini sudah memiliki identitas tempat tinggal di Tangerang karena sudah 30 tahun tinggal di sana.

"Iya, sudah tidak jadi warga Wonogiri. Saya juga KTP sudah Tangerang, bertemu (jodoh) saat kopdar, ada banyak sekitar belasan yang saya tahu. Dari kopdar itu, mereka ketemu lahirnya menikah, banyak gitu, banyak banget," bebernya.

Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, menambahkan kaum Boro ini ada sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka merantau karena adanya tuntutan ekonomi.

"Itu kan karena ada tuntutan ekonomi. Jadi ketika daerah asal tidak bisa memberikan kehidupan yang layak, mereka bekerja ke tempat lain, dan mencari kehidupan yang layak," kata Dennys dihubungi detikJateng, Kamis (27/3).

Dennys juga pernah membuat riset mengenai Kaum Boro. Dia menyebut kebanyakan perantau meninggalkan kampung halaman saat baru lulus SMA meski ada pula yang sudah lulus kuliah.

"Pemuda-pemudanya tertarik untuk merantau ketika lulus SMA atau setelah perguruan tinggi. Memilih untuk merantau daripada bertahan hidup di daerahnya," ucapnya.




(apl/apl)


Hide Ads